~Bagian 37: Hanya Boleh Terpesona Padaku!~

13.1K 1.6K 177
                                    

Setelah sekian purnama akhirnya aku punya mood lagi buat lanjutin Opportunity. Sorry gaes moodku sempe anjlog, seperti yang aku bilang laptopku rusak. Padahal ada beberapa part yang udah aku tulis di sana. Katanya Harddisk Bad Sector, Laptopku tak terselamatkan. Terus habis itu aku kan fokus ngebabu biar punya duit dan Alhamdulillah bisa beli laptop lagi. 😌

Part ini sama part yang dulu aku tulis jadi agak beda. Aku nggak bisa nulis sama persis karena agak lupa juga. Tapi semoga tetep menghibur.🥰🥰🥰

Soal pindah ke KK aku tekankan yah aku nggak pindah KK, seenggaknya sebelum cerita ini tamat aku nggak punya niat pindahin cerita ini kemanapun. Part 36 aku nanya gitu cuma iseng aja, tapi malah ada komen yang kurang enak. Tapi..... abaikan semoga setelah ini aku bisa konsisten nulis lagi. 🙃

Happy reading
_____

Mervyn melangkah dengan cepat. Koridor menuju asrama perempuan benar-benar lenggang. Kemarahan masih menyelimuti dirinya. Hinaan yang dilontarkan para gadis itu juga sikap Lazarus membuat suasana hatinya menjadi begitu buruk. Andai saja raja Dominic tidak datang, dia tidak akan membiarkan Lazarus dan para gadis bangsawan itu lolos begitu saja.

Kadang ada masa dimana Mervyn tidak ingin percaya dengan apa yang Lazarus lakukan pada Alesha. Bagaimanapun, persahabatannya dengan Lazarus tidak hanya berjalan satu atau dua tahun saja. Mereka sudah dekat sejak kecil dan tumbuh bersama. Dibanding Kevan, Lazarus adalah orang yang sangat dia percaya. Itulah kenapa dia setuju dengan rencana perjodohan antara Alesha dan Lazarus.

Mervyn percaya Lazarus akan memperlakukan Alesha dengan baik. Percaya bahwa Lazarus akan menjaga adiknya mengingat hubungan keduanya sudah terjalin sejak kecil. Mervyn tidak pernah menyangka Lazarus akan menyakiti Alesha juga bertindak arogan dan tidak memikirkan dirinya sebagai seorang sahabat. Dia tidak tahu akan ada saat dimana persahabatan mereka hancur seperti sekarang. Lazarus benar-benar berubah.

Sekarang Mervyn tahu bahwa hubungannya dengan Lazarus tidak akan pernah bisa seperti dulu lagi. Apa yang Lazarus lakukan tidak akan pernah bisa dia maafkan. Pemikiran itu membuatnya berhenti melangkah. Dia lantas menatap Kevan yang terus berjalan di depannya.

"Kevan," panggilnya pelan.

Kevan tersentak dan langsung menoleh. Saat itu dia baru sadar bahwa Mervyn telah berhenti beberapa langkah di belakangnya.

"Iya."

Mervyn menghembuskan napas berat. Keputusannya ini pasti terdengar egois tapi dia tetap harus mengatakannya. "Mungkin ini terdengar kekanakan tapi aku tidak mungkin bisa berteman dengan Lazarus lagi."

Tidak ada jawaban. Kevan hanya diam seolah menunggu Mervyn kembali bicara.

"Apa yang sudah dia lakukan tidak akan bisa aku maafkan," Lazarus kembali bersuara setelah beberapa saat. "Aku harap kau tidak lagi berusaha untuk mendamaikan kami! Itu tidak akan mungkin. Aku tahu maksudmu baik. Hanya saja setelah apa yang dia lakukan pada Alesha juga sikapnya tadi, aku benar-benar tidak bisa menganggapnya sebagai teman lagi."

Selama ini, Mervyn sadar betul bahwa Kevan berada dalam posisi sulit. Menjadi pihak yang terjebak perang dingin dua orang yang menjadi sahabat dekatnya. Itu bukan posisi yang mudah. Dia tidak ingin Kevan merasa terbebani tapi juga tidak bisa bersikap seolah semuanya baik-baik saja.

Kevan sendiri tentu paham kenapa Mervyn sampai berkata seperti ini. Apa yang dilakukan Lazarus tadi benar-benar di luar batas. Meskipun tidak menyukai Alesha, tapi bukan berarti dia harus diam saja saat gosip buruk tentang gadis itu menyebar. Seolah ingin menunjukkan bahwa Alesha memang tidak pantas untuknya. Lazarus bahkan menggunakan statusnya sebagai putra mahkota untuk mengancam Mervyn. Kevan tidak bodoh. Entah apa yang terjadi tapi Lazarus benar-benar sudah berubah.

OPPORTUNITYWhere stories live. Discover now