13. Piece by Piece

4.7K 590 101
                                    

Long time no see

Please VOTE COMMENT and SHARE

"GUE GAK MAU TAU, ENTAH LO MAU CARI PEMBUNUH BAYARAN ATAU LO BUNUH DIA PAKE TANGAN LO SENDIRI GUE GAK PERDULI! YANG PENTING GUE MAU DIA MATI, LENYAP, HILANG, POKOKNYA GUE GAK MAU DENGER APAPUN TENTANG DIA LAGI BAHKAN WALAUPUN ITU CUMAN SUARA NAFASNYA!!! NGERTIII!!!"

"nona Grisela, saya menyarankan sebaiknya kita memakai jasa pembunuh bayaran karena lebih aman. Agar identitas nona tidak diketahui. Selain itu saya juga mendengar tentang kelompok pembunuh bayaran terkenal. Mereka menjalankan perintah seperti anjing dan mereka tidak akan pernah melepaskan target mereka, jadi bisa dipastikan bahwa nona Queen tidak akan selamat" Ucap seorang pria diseberang telepon.

"GUE GAK PERDULI! INTINYA PELACUR BAJINGAN ITU HARUS MATI!"

"Tapi nona tentunya tau bahwa biaya untuk misi ini tidaklah sedikit,"

"LO PIKIR GUE PERDULI SOAL BIAYA! LO LUPA SIAPA GUE! GUE, GRISELA WILLIAM GAK SEKALIPUN KHAWATIR TENTANG UANG!"

"Baik nona Grisela, perintah dilaksanakan"

Brakkk...

Grisela melempar ponselnya keatas meja, kemudian beranjak duduk di sofa depan jendela besar yang memperlihatkan langit malam dan pemandangan kota Jakarta dari lantai 7 apartemennya.

Senyuman kejam tersungging di wajah cantik Grisela. Malam itu Grisela duduk disofa depan jendela besar dengan segelas wine ditangannya, memutarnya dengan gerakan anggun, matanya menyorot kedepan dengan penuh kebencian membayangkan wajah Queen.

"Nikmatin hari-hari terakhir lo di dunia bitch! Karena gak lama lagi lo bakalan gue kirim ke neraka with your bitchy mom!" Grisela berbisik kepada kegelapan dan menyumpah serapahi Queen dan ibu kandungnya yang mungkin sudah tenang di alam baka.

* * * * *

Queen baru saja memasuki kelas dan lagi-lagi pemandangan yang belakangan ini sering ia lihat kembali menyambutnya. Pemandangan yang setiap 2-3 kali sehari dalam satu minggu kembali menyambutnya. Tumpukan buket bunga, boneka, kotak-kotak yang entah apa isinya, coklat, paper bag dengan tulisan brand ternama, dan tak lupa tumpukan surat dengan warna mencolok berhamburan memenuhi meja, bangku,laci bahkan lantai tempat duduknya tak luput dari tumpukan barang-barang tidak penting lainnya. Dan benda-benda itu kian bertambah tiap harinya.

"Haaahhh..."

Sraaakk...Brakkk...

Dalam sekali sapuan tangan, tumpukan benda yang memenuhi meja dan bangkunya langsung berhamburan di lantai. Para laki-laki yang ada dikelasnya serta yang mengintip dari jendela lagi-lagi menghela nafas kecewa, tapi tetap saja tekad mereka tidak padam. Sementara para wanita menatap iri kepada Queen, jejeran barang-barang mewah bahkan tidak diliriknya sedikitpun sementara mereka menginginkan barang-barang itu tapi tidak punya cukup uang lagi untuk membelinya.

Queen melirik para wanita yang menatapnya iri lalu kembali membuang muka tidak perduli. Saat Queen sudah menutup matanya tiba-tiba bahunya ditusuk-tusuk pelan oleh seseorang.

"Apa?" Tanya Queen malas. Ia menatap wanita yang kini berdiri di samping kursinya sambil meremas kedua tangan didepan perut, terlihat juga jika wajah manisnya sedikit berwarna merah muda dan ia mengulum bibirnya kedalam, malu-malu.

"Ehh...hai, nama gue Diandra Dandelion, gue duduk didepan lo..."

Queen mengangkat sebelah alisnya saat melihat wanita itu memperkenalkan dirinya, perasaan dia tidak pernah memintanya.
Melihat raut Queen yang seakan berucap "gue gak pernah minta lo buat ngenalin diri" membuat Diandra semakin malu.

SAVAGE QUEENWhere stories live. Discover now