1 : 2

39.7K 3.4K 49
                                    

Raynar melirik sekilas papa dan mamanya bergabung bersamanya duduk dimeja makan. Cowok itu tersenyum miring disaat kedua orang tuanya itu bukannya sarapan malah mereka mengeluarkan iPad mereka masing-masing.

"Bisa nggak dimeja makan itu ya  makan! Bukan malah ngurusin pekerjaan!" Sindir Raina. Kedua orang tua itu kompak menoleh ke arah Raina.

"Kalau papi nggak kaya gini, kita nggak bisa makan," jawab Riko seraya terkekeh."Siapa bilang papa kerja, nih papa makan." Riko mengambil sepotong roti yang sudah diolesi selai kemudian memakannya.

"Papi kerja untuk kami, tapi mama?" Tanya Rio adik Raina yang berumur 6 tahun itu melihat serius semua keluarganya.

Riko melihat istrinya sambil makan."Jawab, Mih," sindir Riko pada isterinya itu.

Dania meletakan iPad di diatas meja."Mana? Nggak, mami nggak lagi ngurusin kerjaan," dalih Dania lalu mengambil sepotong roti dan memakannya.

Melihat itu Rio dan Raina tertawa kecil. Tapi tetap saja Raina dan Raynar juga Rio sering sekali merasa kesepian dirumah sebesar ini, dikarenakan orang tuanya yang terlalu sibuk. Hanya sedikit memberikan waktu luang kepada mereka. Tapi walaupun begitu keluarga mereka tetap harmonis seperti kebanyakan keluarga lainnya.

Riko yang sibuk dengan dunia bisnis dan Dania sibuk dengan dunia model. Dania memang sudah berumur tapi aura model dalam dirinya masih terpancar sampai sekarang. Dan Riko pengusaha sukses yang makin hari makin berjaya.

"Gimana, Nar, udah punya pacar belum?" Tanya Riko yang nadanya bukan seperti bertanya malah kearah menyindir. Umur Raynar sudah delapan belas tahun, dan itu masanya cowok itu mengenal cinta dan mempunyai pasangan atau bisa disebut pacar. Namun Riko sama sekali tidak pernah melihat seorang gadis datang kerumah ini bersama Raynar. Riko mengetahui fakta bahwa Raynar sama sekali tidak pernah berpacaran dari Raina. Hai itu membuat Riko khawatir akan putranya memiliki kelainan suka sesama jenis. Bukan apa apa, tapi Riko hanya melihat empat teman pria Raynar saja yang ia ajak kerumah ini.

"Aku nggak mau pacaran. Pacaran hanya membuang uang dan waktu saja," jawab Raynar kemudian berdiri menghampiri kedua orang tuanya."Aku pamit." Raynar mencium punggung tangan papa dilanjutkan dengan mamanya.

............

Keluar dari mobil, Cadenza berjalan penuh khawatiran. Topi sekolah ia sengaja turunkan untuk menutupi wajahnya. Tas biola yang ia peluk dan berhasil menutup bagian wajah sampai perutnya. Tujuan melakukan itu tidak lain tidak bukan untuk menghindari mahkluk bernama Raynar dkk.

"Kenapa lo?" Tanya Caera heran."Entar jatoh." Caera meraih topi dikepala adiknya itu. Caera khawatir, topi itu menutupi wajah adiknya. Bisa jadi adiknya tidak melihat kehadiran batu di jalan dan bisa saja Cadenza menginjak baru itu dan membuatnya terjatuh. Kakak yang baik bukan.

"Sini topi gue!" Cadenza mengambil kembali topi ditangan Caera."Nggak usah sok khawatir. Jatoh pun gue pasti kebawah! Nggak akan kemana-mana!" Lanjutnya kesal memakai topi dan menutup wajahnya kembali.

Caera menggelengkan kepalanya."Gue khawatir, Za. Entar jatoh nangis," cibir Caera.

Cadenza kesal mendengarnya. Dengan geram gadis itu membuka topinya kasar kemudian memukul bahu kakaknya menggunakan topi itu.

"Gue aja diselingkuhin nggak nangis. Apalagi jatoh!" Sindir Cadenza ingin pergi tapi Caera mencekal lengan gadis itu.

"Lo nyindir ceritanya nih?" Tanya Caera melihat adiknya dengan tatapan menantang.

"Siapa yang nyindir hah? Gue nggak ngerasa nyindir seseorang. Tapi kalau lo merasa yah itu bukan salah gue! Lagi pun yang gue ucapin tadi benar kan?" Balas Cadenza tengil.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang