3 : 7

35.1K 2.8K 105
                                    

Cadenza menatap aneh kedua sahabatnya yang sedari tadi selalu saja melihat kearah tanganya yang diperban. Entah apa menarik dari tangannya ini sehingga bisa membuat dua orang tanpa mengedipkan mata hampir setengah jam lamanya.

"Sakit nggak, Za?" Tanya Rani entah sudah beberapa kali.

"Sekali lagi lo nanya!" Cadenza mengepalkan tangan kanannya tepat didepan wajah Rani."Gue beri lo!" Ancamnya.

"Nggak asik lo!" Rani memberengut kesal lalu refleks memukul tangan kiri Cadenza. Sontak Cadenza langsung menjauhkan tangannya itu.

"Sakit, Dajjal!" Sentak Cadenza sambil meringis.

Rani pun ikut meringis melihat itu. Ia mengigit bibir bawahnya."Sorry, Za. Refleks gue."

"Kasar banget lo jadi cewe!" Cibir Jamal sambil Ikut ikutan meringis juga."Oh iya, Za. Rasanya ditabrak truk gimana?" Tanya Jamal menatap Cadenza dengan serius.

Cadenza tersenyum lebar pada Jamal."Rasanya anda seperti menjadi iron man," jawab Cadenza yang kini wajahnya berubah kesal.

Mendengar hal itu membuat Rani tertawa ngakak. Bahkan suara tawanya itu sampai membuat keributan di kelas yang tengah free ini. Ia menutup mulutnya Sangking tidak kuat lagi menahan tawa padahal  para siswa sudah heboh memintanya untuk diam.

"Aneh lo! Udah tau sahabat lo ini abis koma. Malah lo tanyain pertanyaan gak jelas!" Ujar Rani mengingatkan Jamal. Gadis itu sampai saat ini masih saja tertawa.

Jamal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya cengengesan kepada kedua sahabatnya."Maaf, kan gue kepo."

"Kalau kepo, lo coba aja," saran sesat Cadenza sambil mengacungkan jempolnya."Dijamin rasa penasaran lo akan segera hilang!" Lanjutnya.

Jamal merinding mendengar hal itu."Nggak deh, makasih. Ngelihat lo koma hampir tiga hari aja gue udah takut." Jamal memundurkan tubuhnya agak ngilu melihat luka jahitan yang tidak sengaja ia lihat berada di kening paling atas Cadenza.

"Gue heran." Jamal dan Cadenza langsung menoleh kearah Rani."Bisa juga lo ketabrak. Nggak nyangka gue." Rani menggelengkan kepalanya heran.

"Woi Junaidi!" Sentak kesal Cadenza pada Rani."Lo pikir gue dinaosourus, nggak bisa ketabrak! Sinting!" Geram Cadenza.

"Lo kan moyangnya!" Balas Rani seraya terkekeh geli.

Cadenza langsung melempar wajah Rani dengan tutup pulpen."Monyet lo!" Balasnya.

"Lo tau nggak, Za. Bang Raynar nangis mulu waktu lo koma saat itu," ujar Jamal membuat Cadenza terdiam sambil menatap matanya bermaksud meminta Jamal untuk melanjutkan perkataannya itu.

"Serius lo?" Tanya Rani penasaran. Padahal mereka berdua bersama sama waktu itu menjenguk Cadenza. Namun kenapa hanya Jamal yang tau atau melihat Raynar menangis seperti perkataan cowok itu. Kenapa ia tidak melihat hal itu juga. Kan jadi nyesal, padahal ini bisa jadi berita hot kalau ia memotret saat Raynar menangis saat itu.

"Iya," jawab Jamal. Kedua gadis itu langsung merapatkan posisi duduknya ke Jamal."Gue lihat waktu di kantin sama ruang tunggu."

"Gue pernah dengar, kalau cowok udah mampu untuk ngeluarin air mata yang tulus untuk cewe. Berarti tuh cowo beneran sayang dan cinta sama itu cewe. Jadi berarti--" Rani menghentikan ucapannya lalu menatap Cadenza yang hanya terdiam saja tanpa ekspresi apapun."Kak Raynar beneran sayang sama lo, Za."

Kedua remaja itu kompak menatap wajah Cadenza. Mereka menunggu reaksi gadis itu. Tapi hampir lima belas menit menunggu tidak ada ekspresi apapun yang ditujukan gadis itu pada mereka. Hal itu mampu membuat jiwa kepo mereka berdua menjadi membara.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang