3 : 6

37.5K 2.9K 193
                                    

Raynar dan para sahabatnya baru saja turun dari motor mereka lalu melangkah masuk kedalam rumah sakit. Hari ini adalah hari keempat mereka menjenguk Cadenza. Tentu saja mereka semua senang untuk kesembuhan Cadenza yang di katakan oleh Panji sudah lebih membaik dari hari sebelumnya. Juga mereka mendapatkan kabar kalau besok  Cadenza akan pulang.

Senyuman Raynar yang tadinya mengembangkan sempurna disaat ia melihat Cadenza sedang tertidur pulas langsung hilang digantikan wajah kesal saat mendapati kehadiran Julian didalam ruangan Cadenza bersama Caera.

"Jangan berisik, dia baru tidur," ujar Caera saat kelima remaja itu duduk bergabung bersama mereka di sofa yang disediakan diruangan VVIP ini.

"Kita mau ngejenguk bukan mau tawuran, ngapain kita berisik!" jawab Raina setelah duduk tepat disamping Caera. Kedua gadis itu saling menatap tajam menunjukan sekali permusuhan mereka.

"Na!" Tegur Dimas. Ia takut kalau Raina akan berkelahi dengan Caera. Tujuan mereka adalah untuk menjenguk bukan baku hantam.

Raina terkekeh sinis pada Caera lalu menoleh kearah Dimas."Tenang aja, selagi dia nggak sok cantik. Dia aman!"

"Lo kali yang sok cantik!" Balas Caera yang tidak mau kalah.

"Apa!" Raina bergerak seakan akan ingin menyerang Caera.

"Apa lo! Gue nggak takut sama lo!" Balas Caera yang melakukan hal yang sama seperti Raina.

Dimas menghela nafas kasarnya lalu menarik Raina untuk berpindah posisi dengannya."Duduk disini dan tenang!" Tegas Dimas.

Beralih pada Raynar masih saja menatap dengan tatapan permusuhan pada Julian. Padahal Julian sama sekali tidak ada melihat atau pun berbuat apa, tapi cowok itu sangatlah terganggu dengan kehadiran Julian.

"Dia kenapa datang mulu?" Ujar Raynar entah pada siapa. Tapi perkataannya itu terdengar oleh semua orang. Hal itu membuat ia menjadi objek tatapan mata semua orang termasuk Julian yang kini menatapnya dengan tatapan remeh. Seperti ingin mengajak berkelahi saja.

"Gue?" Tanya Julian yang mengerti siapa yang dibicarakan Raynar tadi.

"Iya! Ngapain lo jenguk pacar gue?" Tanya Raynar dengan menggebu gebu.

"Pacar? Siapa yang bilang lo pacarnya, Enza?" Tanya Julian menantang Raynar.

"Gue bilang jangan berisik! Enza baru tidur. Dia abis nangis dari tadi. Kalau mau berantem silahkan keluar! Jangan ganggu adek gue!" Ujar Caera melerai pertikaian yang hampir saja terjadi. Kata katanya itu lebih kearah peringatan.

"Nangis kenapa?" Mendengar perkataan Caera tadi membuat rasa cemas dirasakan Raynar. Ia juga kesal karna disaat Cadenza menangis tidak ada dirinya saat itu. Ia juga marah karena ia pernah bilang pada gadis itu agar tidak menangis lagi.

"Dia abis kecelakaan, tulangnya pasti nyeri semua. Makanya dia nangis." Caera menunjuk Raynar."Dan lo kalau mau menjenguk jangan berisik!" Peringkatnya.

Raina yang tidak senang kembarnya ditunjuk tunjuk seperti itu langsung menepis tangan Caera."Jangan nunjuk nunjuk bisa?"

Caera mengeram kesal menahan mati matian emosinya yang ingin sekali ia luapkan. Kalau saja tidak karna Cadenza yang sedang tertidur pasti ia sudah balas perkataan dan perbuatan Raina padanya.

Tidak lama Arik yang baru datang sambil menenteng sebungkus makanan. Wajah cowok itu kelihatan setengah kaget saat melihat kehadiran Raynar dkk.

Raynar tahu kalau Arik memperhatikannya tapi ia tidak peduli ia lebih memilih fokus pada Cadenza. Senyumnya terbit disaat ia melihat wajah dan tubuh Cadenza menggeliat, mungkin sesuatu mengusik tidur gadis itu. Dan itu terlihat sangatlah menggemaskan dimatanya.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang