3 : 2

35.4K 3.3K 492
                                    

Suara tepukan tangan menggegam saat Arik dan Caera resmi bertukar cincin pertunangan mereka. Senyuman bahagia hadir di semua bibir orang orang yang melihat betapa bahagianya pasangan itu. Apalagi saat Arik mencium mesra kening Caera didepan semua orang, membuat tepukan tangan dan teriakan bahagia untuk mereka semakin heboh saja.

"Mau kemana lo?" Tanya Raina saat melihat Raynar ingin melangkah pergi.

"Keluar bentar," jawab Raynar melirik Panji yang sudah hilang dari balik pintu. Ia ingin menemui cowok itu, ia berfikir pasti Panji sedang sedih karna Cadenza.

"Gue juga." Raina menggandeng tangan Raynar."Bosan gue lama lama disini." Setelah mengatakan hal itu mereka berdua berlalu pergi dari sana.

"Gue ikut!" Seru Riski menarik tangan Ikhsan lalu mengikuti kedua kakak beradik itu. Dimas yang melihat teman temannya pada pergi semua memutuskan untuk menyusul.

Raynar tersenyum miring saat melihat sosok Panji yang selalu cool dan pendiam itu kini tengah menangis disebuah kursi perkarangan rumah Caera. Tidak hanya dia, bahkan yang lain juga melihat tangisan Panji itu. Tangisan tanpa suara namun terlihat menyedihkan.

"Segitunya lo tangisan cewe kaya dia! Udah murahan, dan sekarang ngebuat malu keluarga!" Cibir Raynar mendaratkan bokongnya disamping Panji duduk.

Panji yang menyadari kedatangan teman temannya langsung menghapus air matanya. Ia membuang muka menghadap kearah kiri.

"Gara gara cewe kaya gitu doang lo nangis? Malu maluin!" Cibir Riski yang ikut ikutan. Cowok itu memilih duduk dibawah bersama Ikhsan.

"Kalau nggak tau apa apa!" Jawab Panji menoleh perlahan kearah lima orang itu."Mending diam!" Lanjutnya sambil menatap penuh dendam kearah Raynar.

Ditatap seperti itu membuat emosi Raynar langsung meluap. Ia mencengkram erat kerah jas milik Panji. Menarik cowok itu untuk berdiri bersamanya. Nafasnya memanas seketika bersiap melayangkan tinjunya. Namun Untung saja Dimas berhasil menahan pergerakan cowok itu.

"Apa apaan sih lo bedua!" Sentak Dimas menarik tubuh Raynar."Kita ini sahabat. Bukan musuh yang saling pukul dan menjatuhkan kaya gini!" Geram Dimas berdiri ditengah-tengah kedua cowok itu.

"Gue gak sudi sahabatan sama dia!" Balas Raynar menunjuk Panji.

"Lo pikir gue mau sahabatan sama cowok kaya lo hah?" Balas Panji. Ekspresi yang ditunjukkannya saat ini belum pernah ia perlihatkan sebelumnya pada teman temannya. Ia balik menatap tajam Raynar."Cowok kasar! Yang bisanya nyakitin cewe! Brensek!"

"Jaga mulut lo ANJING!" Sentak Raynar ingin menyerang Panji tapi untung saja ada Raina yang menahan dirinya."Jangan sampai lo gue habisin!" Ancam Raynar.

"Lo pikir gue takut sama cowok brensek kaya lo! Nggak bangsat!" Tantang Panji. Kedua tangan cowok itu terkepal kuat. Matanya memerah menahan emosi yang siap kapan saja meluap. Hati dan dirinya saat ini benar-benar hancur saat melihat gadis yang ia cintai bertunangan dengan orang lain. Namun bukan memberikan dukungan malah para sahabatnya membuat dirinya marah seperti ini.

"Brensek?" Tanya Raynar tersenyum miring pada Panji."Karna gue lecehin tuh jalang! Karna itu lo katain gue brensek?" Tanyanya tertawa sinis. Hal itu makin membuat Panji emosi mendengarnya.

"Anjing!" Panji mendorong Dimas lalu mencengkram erat kerah jas Raynar."Jaga mulut lo itu! Udah gue bilang, Enza bukan cewe murahan!" Ujarnya menggebu gebu.

"Lepasin, Ji!" Sentak Riski mendorong tubuh Panji agar menjauh dari Raynar."Ingat! Raynar sahabat lo!"

"Lo kenapa masih belain tuh cewe huh? Jelas jelas Raynar yang korban! Cewe itu yang salah, Ji!" Ujar Ikhsan yang ikut ikutan membela Raynar. Bagi mereka Raynar itu yang paling menderita saat ini. Sebagai teman Panji harus membela tapi kenapa malah sebaliknya.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang