1 : 4

38.5K 3.3K 88
                                    

Caera mendengus kesal entah kesekian kalinya. Adiknya ini dari awal masuk mobil sampai hampir tiba disekolah, mulutnya itu tidak hentinya bernyanyi. Memang Caera akui suara Cadenza bagus dan merdu, tapi lama lama pengap juga telinga mendengar suara Cadenza terus menerus tanpa ada penghentian.

"Anak Dajjal lo!" Seru kesal Cadenza, karna Caera memasukan kulit kacang kedalam mulutnya. Gadis itu mengeluarkan kulit kacang itu lalu melirik kakaknya yang cekikikan.

"Makanya tuh mulut jangan bikin telinga gue hampir lepas. Kesal gue dengar lo nyanyi!" Balas Caera tanpa melihat pada sang adik karna fokus menyetir.

"Babi!" Umpat Cadenza yang masih kesal bahkan emosi.

Caera menepuk manja bibir adiknya itu."Yang sopan kalau ngomong lo!" Peringat Caera. Kebiasaan sekali adiknya itu kalau sudah tidak ada bundanya pasti kata kata kasar selalu terlontar dari mulut Cadenza untuk Caera.

"Mulut siapa hah?" Tanya Cadenza sengit."Mulut gue, jadi terserah gue. Mau apa lo!" Lanjutnya. Emosi gadis itu saat ini sudah diatas rata rata.

Caera hanya diam sembari menggelengkan kepalanya. Lebih baik dia mengalah dari pada melawan seseorang yang ujung ujungnya akan menang beradu bacot.

"Bego?" Ujar Caera setelah beberapa saat mereka diam diaman.

"Apa? Bego, siapa yang lo katain bego?" Tanya Cadenza bingung tidak paham sama sekali dengan ucapan kakaknya. Tapi satu kata yang tidak mengenakkan dan pasti itu untuk dirinya, membuat gadis itu kesal.

"Lo," jawab Caera melihat sekilas adiknya."Mau aja dijadiin babu?" Lanjutnya kemudian berdecak heran.

"Kalau nggak lagi nyetir, udah gue acak acak muka lo!" Ancam Cadenza dengan tangan yang sudah siap mencakar kakaknya.

"Eh, gue baik ya, ngingetin lo," balas Caera."Kalau gue jadi lo, mending pulang jadi pembantu dirumah. Lebih bermanfaat dari pada jadi babu tuh para berandalan," lanjutannya bersungguh sungguh prihatin dengan keadaan adiknya.

"Nyeyeye," cibir Cadenza."Kalau lo emang peduli, lo belain gue. Lawan mereka saat gue ditindas kemarin!" Cadenza memukul kesal lengan kakaknya.

"Gue belaian lo?" Caera menatap serius Cadenza."Mending gue tidur!" Ujarnya berdecih.

Cadenza kesal mendengarnya lalu gadis itu mengupil."Nih makan nih upil gue." Cadenza mengarahkan telunjuk bekas upilnya kearah Caera.

"Anjing! Jorok banget lo! Enza!"

Caera susah payah menjauhkan diri tapi Cadenza dengan semangat melancarkan aksinya sembari tertawa bahagia melihat wajah frustasi kakaknya.

"Gue bilang bunda lo ngomong kasar!" Ancam Cadenza yang masih serius dengan kegiatannya.

"Jauhin tangan lo, Enza!" Seru Caera tidak perduli dengan ancaman Cadenza. Gadis itu hanya fokus menjauhi telunjuk adiknya yang hampir menyentuh lengannya.

Tawa Cadenza semakin menjadi jadi, saat Caera berteriak dan wajahnya memohon dirinya untuk meminta Cadenza berhenti. Tapi Cadenza yang terlampau senang dan kesal karna perkataan Caera tadi tidak mengindahkan itu semua. Sama sekali tidak takut dengan keadaannya saat ini. Padahal mereka masih berada dijalan raya dengan Caera yang masih menyetir.

.............

Cadenza memutar tubuhnya hendak masuk kembali kedalam kelas saat melihat Raynar dkk berjalan menghampiri dirinya. Tapi sepertinya pergerakan terhenti dan Cadenza tidak tahu apa masalahnya.

"Mau kemana lo, hmm?" Tanya Raynar yang sudah berada saja dibelakangnya.

Cadenza melirik kebelakang dan ia sekarang tahu penyebab dirinya terhenti mendadak. Tangan besar dan kokoh Raynar sudah mencengkam kerah seragam belakangnya.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang