1 : 6

37.1K 3.6K 137
                                    

Cadenza menutup matanya lalu merentangkan tangan dengan wajah hancur. Gadis berdiri diatas tembok pembatas jembatan jalan. Bersiap siap untuk loncat, mengakhiri hidup, menghilangkan penderitaan hidup baginya.

"Tunggu, Enza ayah," lirih Cadenza bersiap siap meloncat. Kakinya sudah ia injitkan. Mencondongkan tubuhnya lalu.....

"Woi mau ngapain lo?" Seseorang mengalihkan perhatian Cadenza. Gadis membuka matanya lalu menoleh ke samping kanannya.

"HUAAAAA ORANG GILA!" Teriak histeris Cadenza saat melihat laki-laki yang tidak terlalu tua dengan penampilan compang camping berdiri menatapnya dengan tatapan cengo.

"Sialan lo kaget gue!" Orang gila itu tersentak kaget memegang dadanya. "Iya, gue orang gila," jawab orang itu, kemudian matanya beralih kebawah jembatan lalu ke Cadenza. "Dan lo lebih gila!" Cibir orang itu.

Cadenza merasa kesal dengan ucapan orang gila itu. Gadis itu menaikan dagunya lalu menatap tengil orang itu."Enak aja lo bilang gue gila! Dasar nggak waras!" Balas Cadenza.

"Gue tahu gue gak waras terus gila, tapi orang waras mana yang mau bunuh diri di sini?" Balas orang gila itu.

Cadenza berkacak pinggang."Terus gue harus bunuh diri dimana?" Tanya Cadenza.

"Gue tanya sama lo, anda bisa berenang nggak?" Tanya orang gila itu menyadarkan badan sampingnya di tembok pembatas.

"Bisa," jawab Cadenza."Justru gue pernah ikut olimpiade renang dan tiga kali dapat mendali perunggu, kenapa emang?" Cadenza memiringkan kepalanya melihat serius orang gila itu. Pikiran kalutnya tadi seakan hilang, pergi entah kemana.

Orang gila itu tertawa ringan."Bego! Kalau lo bisa berenang, kenapa malah bunuh diri di jembatan ini? Udah jelas ada sungai dibawahnya. Mau berenang sama ikan emas yang nggak bertulang lo disana?" Tanya orang gila itu.

Cadenza menyeringit kemudian melihat kebawah jembatan. Gadis itu sontak tertawa ngakak saat paham maksud dari orang gila itu. Gadis menatap orang gila yang juga menatapnya, mereka berdua sama sama tertawa ngakak. Sampai sampai pengendara motor dan mobil yang melihat mereka meringis heran.

"Iya, benar lo, om." Cadenza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Cadenza turun lalu mendekati orang gila itu. Cadenza mengulurkan tangannya kearah orang gila itu.

"Cadenza," ujar Cadenza memperkenalkan secara sopan namanya.

Orang gila itu bukannya menjabat tangan Cadenza, justru ia malah mundur.

"Kenapa?" Tanya Cadenza heran melihat aneh orang gila itu.

"Gue orang gila, lo nggak takut?" Tanya orang gila itu.

Cadenza tersenyum tipus kemudian berjalan mendekati orang gila itu."Nggak lah, kenalin, Cadenza," ujar Cadenza mengulangi perkenalan diri.

Orang gila itu melihat penampilan Cadenza dari atas sampai bawah kemudian memutar tubuhnya, menyadarkan punggungnya ketembok.

"Gue nggak punya nama," jawabnya terdengar sedih.

Cadenza menghela nafas."Yaudah, gue panggil lo, Dybala? Gimana?" Tawar Cadenza.

Orang gila itu tampak girang mendengarnya."Boleh," jawabnya menatap wajah Cadenza berbinar."Yes, gue punya nama!" Serunya girang.

"Oh iya, makasih." Cadenza menyadarkan punggungnya digembok.

"Makasih Kenapa?" Tanya orang gila itu.

"Makasih, karna lo, gue nggak jadi bunuh diri," jawab Cadenza.

"Itu udah kewajiban sesama manusia untuk saling mengingati."

"Hmm."

"Kenapa lo mau bunuh diri? Putus cinta?"

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang