7. Memulai

610 102 12
                                    

Sejujurnya suasana di dalam mobil ini terasa canggung bagi Riku. Ia tidak terbiasa dengan perubahan lingkungan seperti ini. Sejak tadi ia menunduk memainkan ujung bajunya. Tampak tidak menikmati perjalanannya kali ini.

"Ada apa Riku?" Tanya Tsukumo.

Riku tersentak. Ia terkejut dengan pertanyaan itu, "Ah! Aku tidak apa-apa paman. Hanya gugup saja," tutur Riku.

Tsukumo tersenyum melihat reaksi Riku. Ia meraih tubuh Riku ke dalam dekapannya. Riku membenarkan posisinya agar nyaman pada dekapan ayah angkatnya itu. Surai crimson yang halus dibelai dengan lembut. Membuat di pemilik surai itu merasa nyaman.

"Ingat Riku. Sekarang aku adalah ayahmu. Jangan panggil diriku lagi dengan sebutan paman."

Riku mengangguk, "Baik ayah. Aku akan mengingatnya," balas Riku.

"Ngomong-ngomong untuk beberapa hari kita akan tinggal di rumah sakit."

Riku terheran dengan penuturan Tsukumo. Ia melepaskan dekapan dirinya pada Tsukumo. Menatap sang ayah dengan muka heran, "Kenapa kita tidak ke rumah terlebih dahulu?" Tanya Riku.

"Ayah sudah janji pada Orikasa-san untuk merawat mu terlebih dahulu. Kita akan melakukan pemerikasaan menyeluruh. Dari catatan kesejatanmu, belakangan ini kau terlalu sering kambuh. Ayah juga khawatir ada penyakit yang belum terdeteksi," jelas Tsukumo.

Riku cemberut. Ia kembali menyenderkan tubuhnya kembali pads Tsukumo. Terlihat imut bagi Tsukumo. Bahkan Tanaka, supir pribadi Tsukumo, yang memperhatikan Riku dari kaca spion merasa gemas dengan Riku. Riku sendiri hanya memosisikan tubuhnya agar nyaman. Tidak peduli dengan reaksi dari Tsukumo dan Tanaka yang terkikik gemas dengan kelakuannya itu.

"Tidak perlu cemberut seperti itu Riku. Ayah sudah menyiapkan kamar yang dengan tipe kamar seperti yang ada di rumah. Jadi kau tidak perlu merasa muak dengan suasana rumah sakit. Lagi pula kamarmu nanti sudah kuganti pengharum ruangan menjadi wangi teh hijau agar tidak terlalu berbau disinfektan."

"Hmm..."

Riku hanya berdeham untuk menjawab. Dirinya sudah merasa mengantuk. Merasa nyaman dengan dekapan Tsukumo. Lambaian tangan Tsukumo semakin membuat mengantuk. Dengan perlahan dirinya mulai menutup kelopak matanya. Kembali menyelam ke alam mimpinya.

...

"Hei Riku, kita sudah sampai."

Tsukumo dengan perlahan membangunkan Riku. Anak itu tidak terlalu sulit untuk dibangunkan. Tapi mata Riku masih tetap terpejam walau anak itu sudah duduk. Mengumpulkan nyawanya sehabis pergi dari tubuhnya. Terlihat linglung.

"Kau ingin minum dulu?" Tanya Tsukumo.

Riku menggeleng. Masih dalam mata terpejam ia mengikuti Tsukumo keluar mobil. Memeluk tangan Tsukumo sebagai pemandunya. Membuat perhatian terpusat pada mereka. Cukup mengherankan jika pemilik rumah sakit ini sekaligus salah satu dokter peneliti yang dikenal dengan anti anak-anak membawa seorang anak dengan posisi seperti itu.

"Selamat pagi Tsukumo-san," salam seorang dokter yabg menghampiri mereka.

"Selamat pagi, Shimooka-san. Riku sadarlah, beri salam terlebih dahulu.

Dengan ogah-ogahan Riku melepaskan tangan Tsukumo. Ia mengusap matanya terlebih dahulu setelah itu ia membungkukkna tubuhnya, "Selamat pagi Shimooka-san. Perkenalkan nama saya Nanase Riku. Salam kenal."

Tsukumo mengernyitkan dahinya, "Namamu sudah berganti Riku," ingatnya.

"Ah! Aku lupa. Namaku Tsukumo Riku. Salam kenal," ulangnya.

Tatsukete Tenn-nii [END]Where stories live. Discover now