Tsukumo membawa Riku menjauhi taman itu. Berjalan di remangnya pencahayaan lorong rumah sakit ini. Riku hanya mengeratkan pelukannya. Tidak ada pergerakan darinya sama sekali. Tsukumo tidak mempedulikannya sama sekali. Ia teru berjalan menuju kamar rawat Riku.
Kamar rawat Riku masih berada di akses dua. Hanya saja kamar itu terletak tersembunyi. Ada akses khusus untuk memasuki ruangan itu. Hanya orang-orang tertentu yang bisa keluar masuk kamar ini. Riku sendiri tidak bisa sembarangan keluar masuk tempat ini. Riku diberikan akses keluar masuk jika didampingi oleh Kanzaki dan Akira. Tsukumo tidak mengizinkan orang lain selain mereka berdua untuk membawa Riku keluar masuk.
Tsukumo memasuki kamar rawat Riku. Kamar yang terlihat sangat kosong. Terdapat brankar pesakitan dengan dilengkapi segala peralatan kesehatan serta sepasang meja dan kursi belajar. Tidak ada barang lain selain itu.
Tsukumo mendudukan Riku di atas brankarnya. Ia lepaskan pelukan erat dari Riku secara paksa. Riku mau tidak mau melepaskan tautannya. Ia masih terdiam. Menunduk dengan bergetar. Napasnya masih memburu. Walau tidak sesesak tadi. Riku masih berusaha untuk mengatur napasnya.
Rasa ketakutan itu masih ada. Riku benar-benar terkejut akibat kedatangan orang itu. Secara refleks ia tidak bisa mengatur kepanikannya. Kini kepenikannya berubah menjadi ketakutannya. Tsukumo melihat kelakuannya kali ini. Pasti Tsukumo akan marah jika ia bertemu dengan orang lain.
"Tidak perlu setakut itu pada orang itu Riku," ucap Tsukumo.
Riku sedikit berjengkit mendengar suara Tsukumo. Aura disekitarnya memburuk. Hal yang paling Riku takutkan. Ia tidak bisa menebak apa yang akan terjadi setelahnya. Entah hukuman apa yang akan ia terima.
"Kenapa kau ketakutan seperti tadi hmm?" tanya Tsukumo dengan penuh penekanan.
Riku masih berdiam. Ia merematkan pegangannya pada ujung pakaian pesakitannya itu. Tsukumo jengah melihat kelakuan Riku. Tapi berhubung kondisi hatinya tidak terlalu buruk ia masih bisa menahan emosinya untuk saat ini.
"Kau bosan bukan? Bertemanlah dengannya."
Riku terheran. Tumben sekali Tsukumo memberikannya keringanan seperti itu. Senyum Tsukumo tergambar jelas di wajahnya begitu Riku menatapnya dengan wajah keheranan. Senyuman yang kembali mengingatkannya pada rasa ketakukan.
"Kau harus menghilangkan rasa kebingungan anak itu. Kau harus memperbaiki kesalahanmu akibat sikapmu yang tadi."
Sudah Riku duga. Tidak ada yang baik-baik saja dari Tsukumo jika menyangkut orang lain.
"Jangan sampai anak itu mengusik tepat kita ini. Ayah tidak ingin mendengar keributan mengenai masalah ini."
Sang ayah sudah bertitah. Mau tidak mau harus Riku laksanakan.
"Baik ayah. Aku mengerti," jawab Riku.
"Bagus. Ayah sudah meminta koki rumah sakit untuk membuat omurice kesukaanmu. Nanti kita makan bersama ya."
Riku mengangguk. Tsukumo benar-benar tidak bisa ditebak. Auranya kembali berubah. Ia mengusap surai crimson yang mulai memudar itu. Riku hanya diam menerima perilaku dari Tsukumo. Memang apa yang bisa ia lakukan selain menerima perlakuan ini?
...
Sudah berbulan-bulan Yuki menempati apartemen yang tidak terlalu besar ini. Seluruh anak telah diadopsi kecuali Marie. Padahal beberapa keluarga sangat tertarik dengan Marie. Namun, anak itu terlalu dekat dengan Yuki. Ia menganggap Yuki bagai ayah kandungnya sendiri. Oleh sebab itu Yuki memutuskan untuk mengadopsi Marie secara resmi di pandangan hukum. Ia juga pindah ke apartemen lebih kecil.
Kebutuhannya otomatis berkurang sebagian besar. Itulah salah satu alasan Yuki untuk pindah rumah. Rumah yang lama terlalu besar untuk mereka berdua. Biaya perawatannya juga cukup tinggi. Dengan kepindahannya ini Yuki dapat mengalokasikan dana perawatan rumah pada hal yang lebih bermanfaat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tatsukete Tenn-nii [END]
Fanfiction"Padahal kau selalu janji untuk ada bersamaku." Berkali-kali kalimat itu terlintas dipikiran Riku. Tenn meninggalkannya untuk kedua kalinya. Membuat dirinya sendiri di dalam keramaian panti asuhan. Berharap Tenn dapat kembali di saat ia menetap. Nam...