Chapter 16 : Last Decision

153 31 47
                                    

Nyalakan lagu, supaya lebih nge feel

*

Aku melupakan bagian terpenting sebelum tidak sadarkan diri. Rumah Sakit.

Jadi aku mengalami koma tanpa adanya sedikitpun perkembangan selama 6 tahun.

Mati ya... Akhirnya hal itu akan resmi menjadi statusku sebentar lagi.

Bertahun-tahun aku menanti surga, Akhirnya saatnya akan tiba. Lelahku menanti, kini tiada lagi. Karena giliranku sebentar lagi.

Okaa-san sangat sedih ya... Maaf aku tidak bisa memelukmu sekarang. Yah... Aku bahkan tak kasat di matamu.

Sepertinya lorong ini jadi terlihat cerah dan berbunga ya...

Ahaha aku mulai berhalusinasi. Tubuhku juga semakin memudar, aku nyaris tak terlihat oleh mataku sendiri sekarang.

2 jam lagi aku akan benar-benar pergi sih...

Apa yang akan aku lakukan 2 jam ini ya? Aku bahkan tak berani mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman.

Sepertinya aku akan pergi sendirian.

*

*

"Kemana ya pergi nya hantu sialan itu?!!"

"Sana kemana ya?"

Tzuyu dan Hyunjin sudah mencari kemanapun, tapi tidak juga menemukan Sana.

"Apa tidak masalah jika sekarang kita menunggu di rumah?"

"Noona... Kau dimana sih??"

Terdengar suara ribut dari kamar sebelah, hal itu membuat Tzuyu dan Hyunjin penasaran untuk melihatnya.

"Jungkook? Kenapa dia histeris seperti itu?"

"Eh! Dia pingsan!"

"Astaga..."

.

"Jaehyun, apa yang terjadi?!" Tanya Tzuyu kepada pria yang memapang Jungkook itu.

"Akan saya jelaskan nanti, sekarang kondisinya sedang darurat."

Mereka membawa Jungkook ke rumah sakit, dengan cepat Tzuyu bergegas untuk mengikuti nya dari belakang.

"Kenapa kita harus ikut?" Tanya Hyunjin kepada Tzuyu yang tengah menghentikan taksi.

"Firasatku buruk."

*

*

"45 menit lagi... Aku akan benar-benar mati. Aku tidak akan menjadi arwah penasaran lagi. Akhirnya sebentar lagi aku bebas..."

Suara brankar yang didorong terdengar ke seluruh lorong rumah sakit. Seseorang tengah dibawa ke UGD.

"Pria yang ikut mendorong brankar itu? Asisten nya Jungkook. Lalu... Tzuyu? Hyunjin? Paman dan Bibi juga. Jangan-jangan..."

Seolah waktu berjalan sangat lambat, Sana melihat dengan jelas siapa orang yang terbaring di atas brankar dengan bantuan alat pernapasan itu.

"Jungkook??"

Tubuhnya bergetar hebat. Disaksikan oleh Hyunjin dan Tzuyu, ia terjatuh di lantai.

"Sana, kau disini?!" Tzuyu segera mendatangi nya dengan berhati-hati supaya tidak ada yang curiga.

"Tu-tubuhku melemah..." Sana kesulitan berdiri, lalu tubuhnya yang nyaris tranparan itu mulai mengeluarkan asap.

Riuh terdengar dari dalam kamar yang berada di belakang Sana. "Dokter! Dokter!"

Tzuyu terdiam begitu pula dengan Hyunjin. Tubuh di atas ranjang penuh alat medis itu, adalah Sana. Tubuh yang saat ini tengah kejang-kejang.

"Noona kau masih hidup?" Hyunjin bertanya dengan sedikit panik.

"Lebih tepatnya aku akan segera mati. Kupikir aku masih punya waktu setidaknya beberapa menit untuk meratapi semuanya. Tak ku sangka, ini berjalan lebih cepat dari yang seharusnya. Haha..."

"Sana! Apa maksudmu?!" Tzuyu meneteskan air mata nya seolah dia paham apa yang tengah Sana bicarakan saat ini.

"Hariku telah tiba, hari yang telah kunanti selama bertahun-tahun. Semua rasa sakit dan penyesalan ini akan sirna, bukankah itu bagus?"

Beberapa petugas berseragam masuk ke ruangan tempat Sana berbaring kejang-kejang.

"Lalu bagaimana dengan Jungkook? Bukankah dia adalah alasan kenapa kau bertahan selama ini?! Rasuki aku sekarang dan katakan segalanya, apa yang tersimpan di dalam hatimu! Jika dia masih bersikap bodoh dan tak percaya, aku akan memukulnya hingga kepalanya hancur!" Tzuyu merentangkan kedua tangannya, masih dengan air mata yang tak hentinya mengalir dari pelupuk nya.

Sana menggeleng lalu tersenyum. "Tidak... Ini sudah cukup, kau telah banyak membantuku. Oleh karena itu aku harus mengucapkan terimakasih, bukan malah meminta pertolongan egois di waktu yang sempit seperti ini. Tzuyu, hiduplah dengan baik. Setelah ini segalanya akan menjadi normal, maaf ya karna aku selalu merepotkan mu."

"Noona... K-kau akan pergi? Meninggalkan ku?!! Tidak boleh!" Hyunjin menunduk tak mampu menahan tangisnya.

"Haha... Bukannya kau yang paling ingin aku segera pergi?"

"Aku hanya bercanda... Kau lah yang membuatku merasa nyaman selama ini. Kau merawatku dan menjagaku seperti seorang Kakak, padahal kita sama sekali tidak berhubungan. Jika bukan karena kau, aku hanyalah arwah penasaran yang hampa. Aku paling menyayangi mu di dunia ini! Noona!!"

Hati Sana tergerak. Jika Sana pergi, Hyunjin akan kesepian lalu Tzuyu juga akan kehilangan kemampuan khususnya. Lalu ia juga dapat merasakan ketulusan dari ucapan pria muda itu.

Apa semua akan baik-baik saja setelah dirinya pergi?

"Hyunjin... Aku yakin suatu hari nanti semua akan terbongkar! Kau akan segera bebas! Aku yakin itu! Bersabarlah sebentar lagi, Noona mu ini bersumpah atas nama marga nya. Pelaku pembunuhan mu akan mendapatkan balasan yang setimpal."

"Tidak! Aku sudah tidak peduli lagi! Aku hanya butuh kau untuk berada di sisi ku!!" Dia menggeleng keras tidak setuju.

"Hyunjin, aku juga menyayangi mu. Sebagai adik yang baik, kau harus menuruti perintah kakak mu. Mengerti? Dendam mu adalah kekuatan mu! Kau harus membiarkan nya tetap berkobar. Jika itu hilang karena masalah sepele seperti ini, ini tak adil bagi korban-korban yang lainnya pula. Jadi kumohon jangan menyerah padaku."

"Noona..."

"Terimakasih kalian berdua."

"Sial, aku tidak bisa melihat apa-apa lagi! Akhirnya aku menghilang..."

Tubuh transparan itu benar-benar hilang, tak tersisa di hadapan mereka. Suara tangisan terdengar kencang dari dalam ruangan itu.

"Sana!!!"

"Noona, menyeberang?"

Tzuyu terduduk di lantai, dia terdiam tak berkutik saat ia juga tidak dapat melihat Hyunjin lagi.

"Berakhir, semuanya berakhir?"

Hari ini Tzuyu menyaksikan, sebuah kisah menyakitkan yang dialami oleh seorang gadis yang masih berjuang diambang Kematian nya.

Dia yang mengejar cinta, menemukan kekasihnya, mencari jati dirinya, dan berakhir menghilang dengan damai walaupun satu pun hal baik tak dapat ia wujudkan.

Sana.

Beberapa kalimat saja tidak akan cukup untuk mendeskripsikan dirinya. Selalu ada mendung di atas kepalanya, dan selalu ada duri di bawah telapak kaki nya. Dia sudah terbebas sekarang.

"Selamat jalan Sana... Hiks!"




















Tbc!

Utututu... Mati wkwkwk
Btw aku dah setahun ga update ini...

WP sekarang beda kah? Musik nya berhenti waktu ganti panel, ya ga sih?

Dysphoria [SaKook]Where stories live. Discover now