12 : A dream or Future Event?

50 8 32
                                    

"Oh, Bunda."

Ponselnya seketika bergetar, membuat atensi Lee Yuri harus teralihkan. Itu Bundanya.

"Aku bosan Bunda, jadi pergi keluar sebentar."

Berada di dalam sebuah toserba, di temani dengan satu cup mie instan, kimbap dan juga soda kaleng di meja. Yuri hanya sedang mencari udara segar, tapi entah kenapa perutnya terasa lapar.

Loud speaker-nya tidak dinyalakan, itulah kenapa kalian tidak bisa mendengar percakapan diantara anak dan Ibunya itu.

"Bunda...tidak lupa apa yang aku minta tadi pagi, bukan?"

Mengapit ponsel diantara telinga kanan dan juga bahunya, gadis itu membuka bungkusan kimbapnya, melahap makanannya dengan begitu tenang sembari mendengarkan perkataan dari sang Ibu.

"Ehm... entah, belum ada rencana sampai kesitu, Bunda."

Keningnya mengernyit, alisnya menyatu, perkataan dari seberang sana begitu membuatnya sedikit kebingungan. Namun...

"Wah, Bunda serius? Ide bagus, Bunda! Ah! Bunda paling terbaik! Aku sayang Bunda." Pada akhirnya anak perempuan itu tersenyum kegirangan. Lalu mematikan sambungan teleponnya.

Melahap sisa-sisa kimbapnya yang tinggal sedikit, Yuri menengguk setengahnya soda miliknya, dan juga tak lupa kembali melahap makanannya. Kali ini dia harus cepat menghabiskan makanan yang dia beli.

Tidak berapa lama kemudian gadis itu berjalan keluar toserba, setelah perutnya terisi. Sudah pukul 8 malam, dan ia harus segera pulang. Tapi, baru saja ia berjalan beberapa langkah menjauh dari toserba. Matanya menyipit tatkala melihat seseorang yang sangat ia kenal, orang itu tengah menikmati beberapa tusuk odeng di sebuah kedai di pinggir jalan.

"Oh? Jihoonie!"

Dan, sesuai ekspektasinya. Orang yang ia panggil namanya itu menoleh dengan mulut penuh odeng. Tersenyum, lalu melambaikan tangannya pada Yuri.

Lee Yuri menghampiri orang itu kemudian.

"Hallo Kak," Sapa Jihoon yang tak lain adalah adik dari Park Jimin.

"Kau ini... sudah malam kenapa belum pulang?"

"Aku baru pulang sehabis dari rumah Daniel, hehe..."

Baiklah, dari sini Yuri agak kebingungan. Pasalnya ia tidak tahu siapa yang di maksud oleh Jihoon. "Daniel? Siapa Daniel?"

"Kang Daniel, anak dari Dokter Kang."

Sejenak terdiam, lalu gadis itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Ah...Dokter Kang." Katanya, "Jadi kalian berteman?" Tanyanya lagi yang kemudian diangguki Jihoon, anak laki-laki itu masih sibuk memakan odeng.

"Kak, mau odeng?"

"Tidak usah, habiskan saja punyamu." Tawarannya ditolak, membuat Jihoon tampak tidak begitu memperdulikan hal itu. Dia kembali melahap satu tusuk odeng terakhirnya.

Bocah itu sangat lucu. Bahkan Yuri pun gemas melihatnya.

Selesai memakan odeng, Jihoon kembali menegakkan sepedanya yang semula ia sandarkan pada kursi kayu panjang di kedai itu. "Kak, ayo pulang. Aku antar."

My Sunshine EuphoriaWhere stories live. Discover now