17 : The First Snow

29 5 19
                                    

"Karena kita hanya anak-anak, ketika kita jatuh cinta, tidak tahu apa itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Karena kita hanya anak-anak, ketika kita jatuh cinta, tidak tahu apa itu."

—Ed Sheeran - Perfect

Ps: sebenarnya part ini aku tulis di akhir Desember tahun lalu, dan alurnya pun masih seputar bulan Desember. Maaf karena telat publish, but I hope you like it ^-^

"Hei, kau tidak pulang?"

"Ah malas, nanti saja."

Min Yoongi hanya bisa meringis melihat Jeon Jungkook yang masih asik bermain game dengan beberapa kaleng soda kosong dan juga makanan ringan yang menemani acara bolos mereka.

Iya, Jungkook membolos bersama Yoongi.

Entah kenapa di antara semua sahabatnya, hanya Min Yoongi-lah yang agak mudah untuk di ajak membolos. Sisanya akan sangat sulit, terlebih Kim Seokjin dan Kim Namjoon.

Hari sudah semakin sore. Sejak tadi pagi keduanya menetap di atap sekolah nyatanya tidak membuat Jungkook bosan. Bocah itu bahkan enggan pulang ke rumahnya sendiri. Apalagi alasannya jika bukan karena malas bertemu sang Ayah tiri.

"Jungkook-ah,"

Dia menyahut tanpa memalingkan perhatiannya.

"Bagaimana Nam Soojin?"

Seketika Jungkook menatap keheranan pada Min Yoongi. Melihat pria berkulit seputih susu itu dengan tatapan bertanya-tanya. "Apanya yang bagaimana? Soojin Sunbae orang yang baik, memangnya kenapa?"

Menggelengkan kepala dengan cepat, Yoongi mengelak. Memalingkan wajahnya. "Bukan apa-apa."

Rupanya sebuah respon yang menurut Jeon Jungkook berlebihan itu membuat sebuah senyuman sinis muncul di bibirnya. Dengan ekspresi wajah yang sulit di tebak, Jungkook bergumam kecil yang entah apa itu.

Gumaman yang bahkan tidak bisa di dengar Min Yoongi.

---oOo---

Pria bersurai hitam legam, dengan turlte neck dan juga mantel yang membalut tubuhnya, baru saja keluar dari dalam sebuah toko bunga. Pria yang memakai beanie di kepalanya itu keluar dengan sebuket bunga matahari yang ia pegang. Mengendus aromanya, dia terkagum.

"Astaga... baunya harum sekali, pantas saja mereka terpikat dengan bunga matahari."

Itu Park Jimin yang baru saja selesai mengendus aroma khas bunga matahari sembari mengingat akan dua orang wanita yang begitu menyukai bunga matahari. Ibunya dan sang gadis, Lee Yuri.

My Sunshine EuphoriaWhere stories live. Discover now