17 : Ulang Tahun

697 181 28
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Suasana Mantra kali ini cukup meriah, dengan pernak-pernik warna-warni yang mengisi seluruh ruangan. Hari ini juga ada potongan discount untuk para pelanggan. Mengapa demikian? Karena hari ini Deva ulang tahun.

"Selamat ulang tahun." Jay mengajak Deva untuk bersalaman.

"Wohohoho apa yang akan terjadi pemirsah," ucap Harits meledek. Memang ada suatu hubungan yang kurang sehat antara Deva dan Jaya. Penyebabnya hanya satu, yaitu Melodi.

"Harits enggak boleh gitu," celetuk Nada. "Nanti Jay enggak jadi selamat ulang tahun."

"Biarin aja," balas Harits.

Setelah Harits pulang membawa Deva yang terluka dan juga empat anak gadis yang menghilang beberapa hari lalu. Nada merasa tak seharusnya ia membangun jarak begitu jauh. Harits bukan orang jahat, hanya saja terlalu baik dan berwajah banyak, sehingga keberadaannya bisa saja mengancam Faris. Untuk seorang psikometri yang pernah mengintip masa lalunya, terlalu sulit untuk beranggapan bahwa Harits tidak keren.

"Kalo Harits kapan ulang tahun?" tanya Nada.

"Jenis binatang apa itu ulang tahun?" tanya Harits.

"Soalnya dari tadi Harits liatin kuenya Deva terus, mau, ya? Kalo malu biar Nada yang ambilin."

"Menjijikan, aku enggak mau makan kue berlendir gitu."

"Bukan lendir! Itu namanya cream!" Nada berjalan lewat belakang Harits. "Nada ambilin, ya."

Harits terlihat pucat, ia meraih lengan Nada. "Heh ... jangan," bisik Harits.

"Enggak usah gengsi."

"Aku bunuh kamu kalo sampe ambilin aku kuenya Deva."

"Emang berani bunuh orang?" tanya Nada.

"Kalo aku bilang enggak mau, ya enggak mau!" Nada Harits agak meninggi, membuat Nada ketakutan.

"Maaf, aku pikir kamu mau, tapi malu." Dengan mata yang takut menatap Harits, Nada kembali ke depan mesin kopi."

Tiba-tiba Melodi datang membawa dua potong kue. Satu untuk Nada dan satunya untuk Harits. "Spesial buat kembaranku yang cantik." Melodi meletakkan piring di meja depan Nada. "Dan pinggiran kuenya doang buat si cebol." Melodi meletakkan piring satu lagi di depan Harits.

Harits meletakkan potongan kue miliknya itu ke depan Nada. "Makan dua bisa, kan? Aku ada urusan sebentar." Kini pria bertopi itu keluar dari kafe. Harits mengambil motor dan pergi entah ke mana.

"Dia kenapa sih?" tanya Melodi dengan wajah yang agak sinis.

Nada hanya diam sambil mencengkeram lengan kirinya sendiri. Entah ada rasa tak enak, atau sejenisnya pada Harits.

***

Malam ini Malioboro tidak terlalu ramai, mengingat besok seharusnya bukanlah hari libur. Harits duduk di salah satu bangku sambil melamun.

Ulang tahun, ya?

Serangkaian ingatan terpampang dalam benaknya.

"Ayah, aku mau ulang tahun dong!" ucap Harits kecil.

"Ulang tahun itu enggak bisa mau atau enggak, Harits. Ulang tahun kamu pas banget malam tahun baru, jadi tunggu beberapa hari lagi, ya."

"Harits mau kue! Sama hadiah!" Bocah itu baru saja menghadiri pesta ulang tahun anak tetangga. Di acara tersebut begitu meriah, ada kue besar dan hadiah-hadiah yang berkilau.

Mantra Coffee : Next GenerationWhere stories live. Discover now