58 : Simfoni Hitam

503 129 49
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."
.

.

.

Waktu membuat Harits memutar kembali kenangan-kenangan itu ....

Semenjak Deva, Surya, dan Rava menjauhi Harits, kini bocah bertopi itu bermain dengan seroang anak yang persis sepertinya, memiliki kemampuan untuk melihat makhluk halus.

"Apa ini langkah yang benar?" ucap Kenzie. "Kamu jadi dijauhin gara-gara bantuin aku cari uang."

"Nyahaha jangan tanggung semua beban sendiri, Harits yang hebat ini pasti akan menolong semua orang."

"Kalian sedang membicarakan apa?"

Harits menoleh, ia dan Rizwana saling berpandangan.

Sial! Harits berusaha membuang pandangan, tetapi Rizwana menahannya. Ini bukan pertemuan pertamanya dengan Rizwana, Harits paham kemampuan Rizwana. Tidak ada yang bisa berbohong dihadapannya.

"Sedang mengumpulkan uang untuk biaya pengobatan Ken," ucap Harits. Kenzie terkejut mendengar jawaban Harits, seharusnya hal ini menjadi rahasia mereka berdua.

"Harits!"

"Kamu sakit apa?" tanya Rizwana. Kenzie yang tidak tahu tentang kemampuan Rizwana akhirnya terjebak, ia membeberkan tentang penyakit leukemianya.

"Kanker darah, ya?" tanya Rizwana. "Hmm ... kenalin, namaku Rizwana Radja, seneng bisa kenal kamu. Semoga tenang di alam sana."

"Rizwana!" Harits menatap tajam ke arah Rizwana.

"Bercanda." ucap Rizwana dengan senyum khasnya. "Yosh! Aku gabung, kita harus cari uang yang banyak untuk biaya pengobatan orang ini, kan?" Rizwana menatap Kenzie. "Siapa nama kamu?"

"Kenzie Maulana."

Sejak saat itu mereka bertiga mulai berteman dan melakukan pekerjaan dengan cara berpura-pura menjadi orang dewasa lewat sosial media dan membuka jasa pengusiran roh jahat. Simfoni Hitam namanya, Rizwana yang memberikan nama itu. Simfoni merupakan tangga nada yang berbeda, sementara hitam melambangkan warna kelam. Rizwana memiliki konsep bahwa hitam tak selamanya kelam jika dikupas dari sisi yang berbeda.

Grup yang berisi anak-anak SMP ini memiliki skema berupa 'anak buah'. Mereka mengaku bahwa mereka adalah anak buah dari seorang pengusir roh jahat terkemuka, lalu menyelesaikan pekerjaannya. Mereka hanya menerima uang berupa cash, mengingat mereka belum cukup umur untuk memiliki sebuah rekening.

***

Lambat laun Septa, ayah dari Rizwana mengetahui kelakuan anaknya. Alih-alih melarangnya, Septa justru mengajarkan banyak hal terkait ilmu putih untuk melawan makhluk-makhluk jahat. Ia juga menyediakan rekening, serta membantu mereka dengan memasukan Simfoni Hitam menjadi bagian dari unit Dharma. Mereka bertiga mendapatkan latihan khusus sedari muda, tentunya juga mendapat bayaran bulanan.

Jika unit Dharma bertugas untuk meringkus pengguna ilmu hitam, maka Simfoni Hitam bertugas untuk memburu setan. Meskipun hanya bertiga, Harits, Kenzie, dan Rizwana cukup berprestasi dalam pekerjaannya.

Sore itu Harits dan Ken pergi ke warung es kelapa muda di pinggir jalan. "Mau beli apa buat besok?" tanya Kenzie pada Harits.

"Besok?" Harits memicingan matanya. "Ada apaan?"

"Ih, benga!" Kenzie menjitak kepala Harits. "Rizwan ulang tahun."

"Masa?"

"Ah, lu mah jadi orang payah si. Sahabat sendiri masa enggak inget!"

Mantra Coffee : Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang