174 : Ada yang Berbeda

345 92 14
                                    

Cring~ Gemerincing lonceng di pintu pertanda kehadiran pengunjung.

"Selamat datang di Mantra Coffee."

.

.

.

Satu hari berlalu dari kepanikan Deva dan kawan-kawan terhadap Cakra yang menghilang ke Pantai Baron. Meskipun semua berakhir baik-baik saja, tetapi pria gondrong itu tidak pernah menemukan ketenangan. Beberapa kali ia memimpikan hal buruk tentang Cakra saat matanya terpejam. Masalahnya mimpi Deva berbeda dengan mimpi orang lain, semua kejadian dalam mimpinya sering kali berupa teka-teki mentah tentang sesuatu yang akan terjadi di waktu mendatang.

Pagi ini Cakra sedang duduk di pojok kasur sambil bersandar di dinding dengan pandangan kosong. Tiba-tiba darah segar keluar dari hidung memecah lamunannya dan mengalir turun melintasi senyum di bibir. Cakra menghapus darah mimisan itu dengan tangannya, kemudian beranjak dari kasur. Ia mengambil dompet, lalu membuka isinya. Matanya tak berkedip menatap kartu identitas dirinya sendiri selama beberapa detik, setelah itu ia memejamkan mata sejenak sambil menghela napas. Setelah merasa agak tenang kemudian ia berjalan keluar kamar.

"Mau ke mana, Cak?" tanya Deva yang sedang mengambil air dari dispenser di ruang tengah.

Cakra tersenyum pada Deva. "Mau olahraga sebentar, udah lama enggak keluar."

Deva memicing. "Udah lama enggak olahraga? Gua sering liat lu main skate deh perasaan, itu olahraga bukannya?"

Cakra tak merespons, ia mengambil sepatu kets di rak sepatu dan berjalan menuju teras. Deva berjalan membawa gelas minumnya dan memperhatikan Cakra yang sedang mengenakan sepatu. Setelah memakai sepatu, pria berambut pirang itu melakukan pemanasan, lalu mulai berlari kecil menjauh. Karena jarak yang mulai terbentang, Deva kehilangan sosok Cakra dari pandangannya.

***

Keringat yang berjatuhan itu milik Cakra Petang Buana, pada satu titik Cakra menghentikan langkahnya di tengah kerumunan manusia dengan napas terengah-engah.

Sepasang langkah itu membawa Cakra ke Sunmor UGM yang memang tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya. Untungnya ia membawa dompet sehingga bisa sedikit menikmati beberapa jajanan yang terlihat menarik. Ada sempol ayam, gurita bakar, takoyaki, telur gulung, cilok, dan masih banyak lainnya.

Cakra membeli beberapa jajanan untuk dirinya dan teman-teman di rumah. Setelah membeli makanan, tak lupa ia juga membeli minuman untuk membunuh dahaganya. Pria itu berdiri di salah satu stand minuman dan menatap menu yang tertulis di x banner.

"Americano es satu ya," ucap Cakra.

Menurut Journal of Applied Physiology, meminum kopi dapat membantu lebih cepat pulih dari kelelahan setelah berolahraga.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa atlet yang mengonsumsi kafein sekaligus karbohidrat memiliki peningkatan glikogen sebesar 66 persen lebih cepat dibanding atlet yang hanya mengonsumsi karbohidrat saja.

Cakra memicing menatap penjual yang terlihat melamun ke arahnya. "Halo?"

Saat ini Cakra sedang berdiri di depan Mantra kecil. Harits yang tersadar dari lamunannya segera membuatkan pesanan Cakra tanpa mengatakan sepatah kata pun pada pria itu. Setelah kopi dibuat, Harits memberikannya pada Cakra.

Cakra mengeluarkan dompet. "Jadi berapa?"

Harits menatap datar ke arah Cakra. "Ambil aja."

"Eh?" Cakra tampak bingung. "Ada acara apa kok disuruh ambil aja?"

"Lu mau kagak itu?" tanya Harits.

Cakra mengerutkan kening. "Kita kenal?"

Mendengar pertanyaan itu kini giliran Harits yang mengerutkan kening. "Lu ada masalah apa sih sama Nada? Gua jangan dibawa-bawa."

Mantra Coffee : Next GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang