4|| Usulan Ariel

37 22 10
                                    

Happy reading..❤
.
.
.
.
.
.

_______

"Ada yah jaman sekarang kasus bully membully gini?" Sahut perempuan yang baru sampai di toilet wanita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ada yah jaman sekarang kasus bully membully gini?"
Sahut perempuan yang baru sampai di toilet wanita. Suaranya terdengar menjengkelkan.

Ke-3 perempuan itu menoleh. Di pintu toilet terlihat Ariel sedang berdiri anteng sambil bersedekap dada. Melihat aksi pertunjukan yang sedang berlangsung.

Salah satu perempuan itu berdecih sinis. "Lo nggak usah ikut campur." dia Jovanca, si ratu bullyng di SMA talima cakra.

Ariel tersenyum, lalu langkahnya perlahan maju mendekati tempat mereka berdiri. "Gue bukannya ikut campur. Cuma, berpendapat aja kok. Masih ada pembully-an di sekolah favorit kek gini."

"Dan lo." jari lentiknya menunjuk ke arah gadis yang sudah basah kuyup.
"Mau-mau aja di tindas, kalau lo diemnya kek air sih mending lah ya! Tapi, kalau di liat sih lo itu mental tahu. Udah lembek, padatnya sementara, mudah di hancurin lagi."

"Lebih baik lo pergi deh, anak baru sok mau jadi pahlawan?." Sungut gadis pirang di sebelahnya.
Ariel menatap name tag perempuan di depannya dengan tatapan terkejut minta di tabok. Tampang Ariel ituloh yang minta di cemplungin ke rawa-rawa.

"Zeviera Marchellina! Nama yang bagus tapi, kok mau sih jadi perundung?" mata Ariel memicing curiga, tatapan kesal dari lawannya itu sangat kentara membuat Ariel tersenyum kemenangan.

"Kasian tau dia. Eh ntar deh. Bukannya lo wakil ketua osis sama ketua paskibraka di sini? WHAT? Kok lemah banget sih jadi cewek." dia mendengus pelan melihat wakil ketua osis itu yang hanya bisa menangis pilu. Sungguh ternisTAI.

"Tapi, gue gak mau ikut campur sih cuma mau nyaranin sama kasih ilmu pembullyan yang sesungguhnya. Kalau cara kek gini itu udah pasaran, kalau memang mau menindas itu pakek cara yang anti mainstream. Bawa piso kek, kalau bisa tali biar bisa adu kekuatan. Lomba gantung diri, siapa yang mati duluan dia yang lemah." terdengar sadis. Ariel tersenyum miring lalu berjalan menuju bilik kamar mandi. Usulannya memang anti mainstream.

"Bermain secara halus. Bunuh mentalnya, permainkan jiwanya tanpa menyentuh. Baru pemain yang cerdik." bisiknya pelan saat melewati Jovanca tepat di daun telinganya. Terdengar berat seperti lirihan, sang empu meremang. Suara penuh penekanan yang tidak pernah dia dengar sebelumnya.

Setelah selesai melakukan ritualnya Ariel bersiap kembali ke kelas. Saat sampai di luar toilet dia melihat dua manusia berbeda gender.
Dia Tria dan Rexal. Tria yang sedang menangis lirih dan Rexal yang sedang menenangkan, tak lupa memberikan seragam baru untuk si ketua paskib.

Manik mata keduanya saling bertubrukan namun, hanya beberapa detik sebelum Ariel memutuskan kontak matanya dengan Rexal. Dia kembali membawa langkah kakinya menuju kelasnya. Tanpa ada yang tau ada dua wajah yang sedang tersenyum sinis mengetahui apa yang sedang terjadi.

______

"Astaga Ariel lo dari mana aja hah? Bilangnya mau ke toilet ini sampai jam pembelajaran pak Arsen lo baru datang." cerocos Ana sekali tarik nafasan. Ariel tersenyum kikuk sementara Agatha melongo. Ana memang perlu di ajari cara bicara yang baik.

"Biasalah lagi liat pertunjukan gratis sang antagonis dan protagonis." jawab Ariel santai setelah kembali duduk di sebelah Agatha.
Kedua temannya bingung tapi, sedetik kemudian mereka paham.

"Gak heran lagi sih kalau dimana-mana ada Jovanca pasti ada si Tria yang sedang nangis bombai. Lebay bet di gituin nanges, dikit-dikit nangis. Kok bisa yah padahal dia wakil osis dan ketua paskibraka pasti punya kekuasaan lebih di sekolah ini. Masa dia diem aja di bully? Heran deh."

"Biasalah kek lo gak tau aja tipe perempuan yang caper ke geng nya si Rexal apa lagi si Tria kan jadi ratunya tuh laki." sambung Agatha menimpali ucapan Ana. Sudah tidak aneh lagi kalau Tria diam saja saat di perlakukan dengan buruk oleh siapapun tuh, ada lelaki itu yang membelanya.

Ariel hanya menjadi pendengar yang baik karena dia memang tidak tau apa-apa masalah di sekolah ini.
"Emang mereka pacaran?" tanya Ariel penasaran, keduanya menggeleng tegas mengundang lebingungan dari dirinya.

Ana mulai memperbaiki duduknya bersiap untuk menjelaskan lebih detail sama Ariel. "Mereka nggak pacaran tapi, mereka saling punya komitmen untuk terus bersama tanpa ikatan. Menurut mereka status itu nggak penting yang terpenting adalah niat dan kepercayaan mereka. Dan menurut info yang gue denger kalau keduanya itu sudah saling akrab sama keluarga dari pihak mereka masing-masing."

"HOLLA MY BESTIEKU TERCWINTAH!" terpaksa acara ghibah menggibah mereka terhenti akibat suara menbahana milik Vano yang baru datang dari kantin sehabis rapat membolosnya sudah kelar.

"Berisik." pekik Agatha kesal di iringi lemparan spidol merah di tangannya, dengan gesit Vano menghindar alhasil spidol itu mengenai kening Aldo.

"Woy sakit njirr! Sekate-kate lo Tha. Jidat gue kalo peyot gimana? Lo pikir nih skincare gue harganya murah?" omel Aldo yang sedang setia mengelus keningnya sambil meringis. Mereka memutar bola mata malas mendemgarnya. Sepertinya jiwa Scincarenable nya Aldo sedang kumat.

"Gak keliatan abisnya gue kira kening lo papan tulis. Sama-sama mengkilat akibat silau dari luar jendela." Agatha hanya menunjukkan cengiran bodoh

Vano menaruh kresek hitam di depan Ariel. "Nih gue bawain cireng buat lo pada." setelah memgatakan itu Vano kembali duduk di belakang bangku Ariel tepat di atas meja.

"Lo nanggung banget sih jajanin kita mana nggak ada airnya lagi." sungut Ana saat melirik Vano sekilas.

"Heh Anayam makanya nanya dulu tuh air Aldo yang bawa."

"Bilang makasih kek An." protes Aldo saat minumannya sudah ada di tangan Ana dengan merebut paksa.
"Dih? Emang ini pake uang lo?"

"Y-ya nghak sih kan gue yang bawa." Aldo tetap mencari pembelaan agar tidak kalah bacot dari parthnernya itu.

"Kalau mau gue baikin makanya modal duit juga kek. Lo mah cuma ngandelin tenaga yang gak seberapa. Ciri-ciri orang miskin minta di hujat yah gini."

Sontak mereka tertawa mendengar hujatan yang keluar dari bibir Ariel, kecuali sang korban yang sudah teflihat masam.

"Keknya waktu pembentukan lo tuhan gak sengaja numpahin bumbu cabe di bagian mulut lo deh Riel. Pedes amat." gerutunya kesal.

"Ya gak papa lebih baik punya mulut pedes dari pada mental yupi kek lo. Kena lempar spidol aja ngalahin cewe. Mana lo tipe cowo yang nggak bermodal lagi."

"Astagfirullah! Sabar Aldo sabar. Orang sabar tambah kinclong."

Mereka justru menye-menye mendengar kalimat Aldo yang memuakkan untuk di dengar tapi, kalau tidak di dengarkan kasian dia suaranya terbuang sia-sia.

"Udah gak usah bacot kita mau makan. Mending kalau bacotan lo itu menghasilkan makanan." sergah Agatha. Bersiap takut-takut Aldo malah kembali bersuara.

______

Hii guys?❤

Kabar gimana?

Kalau udah baca jangan lupa pencet bintang di bawah dan komen setiap paragrafnya yah!

BIAR AKU TAMBAH SEMUNGUT GITU NULISNYA HEHE!

10012 KATA DULU YAH!😘

Sagitarius [On going]Where stories live. Discover now