[2/10]

8.3K 1.3K 127
                                    

"Rin??" [Name] berusaha melepaskan tangan yang sedari tadi melingkar di perut rampingnya. Jika hal yang samar-samar ia lihat bukan mimpi, [Name] melihat Rindou mencium keningnya dan kembali memeluk tubuhnya—setelah sempat ia dorong dada bidangnya karena merasa kesal.

Rindou mengerang karena tidurnya terusik. Saat ini, sama seperti yang [Name] katakan semalam, Rindou lebih sering membuatnya sesak napas daripada memeluk. "Aku masih mengantuk."

[Name] mengulas senyum tipis, tangannya terulur menyelipkan anak rambut Rindou yang sudah menutupi ketampanannya. "Tapi sekarang bukan hari libur." Ucapnya lembut.

"Sebentar [Name]." Pemuda itu belum memiliki niat sedikitpun untuk segera membuka kedua matanya. "5 menit lagi, ya?" Tawarnya sekali lagi.

[Name] menggelengkan kepala seraya menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Karena Rindou tidak lagi mendekapnya dengan erat, [Name] jadi mudah untuk segera beranjak dari ranjang—meninggalkan sosok Haitani Rindou yang masih enggan membuka mata.

"5 menit beneran ya?" Tanya [Name] memastikan. Setelah laki-laki berambut ubur-ubur itu menganggukkan kepala, [Name] bergegas ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

Karena ia bangun sedikit kesiangan dari biasanya, [Name] harus bergerak cepat agar nantinya sang suami tidak terlambat. Walaupun kenyataannya, sang suami itu justru masih sibuk di dunia mimpinya.

[Name] lebih dulu mencuci muka—sebenarnya ia juga masih mengantuk. Perihal tentang mandi, [Name] akan melakukannya bersamaan dengan mencuci pakaian nanti ketika Rindou sudah pergi ke kantor.

"Rin, sudah lebih dari 5 menit!" [Name] berteriak dari dapur dengan tangannya yang sibuk memotong beberapa sayur. Tak kunjung mendapat balasan dari Rindou, [Name] menghela nafas dan kembali ke kamar setelah memasukkan sayuran yang sudah ia potong ke dalam air mendidih.

"Rind—" Ucapannya terpotong kala netra menangkap pemandangan di hadapannya. Adik dari Haitani Ran itu baru saja keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih sangat basah serta otot perut yang di biarkan terekspos begitu saja tanpa adanya kain yang menutupi.

Rindou tersenyum smirk, "Kenapa [Name]??"

[Name] tersadar dari pikiran setannya. Langsung saja ia memalingkan wajah dan membalikkan tubuhnya. Kemudian berniat untuk kembali ke dapur, namun Rindou sudah terlebih dahulu mencengkeram pergelangan tangannya.

"Keringin rambutku!" Pintanya seraya menyodorkan handuk.

"Pakai baju mu dulu." Ucap [Name] tanpa berani menatap lawan bicaranya yang mampu menimbulkan kekhilafan.

"Huh—padahal ini upahnya."

. . . mengeringkan rambut mendapat upah melihat roti sobek?














































saya juga mau ˵ ͡° ͜  ͡°˵

𝐖𝐈𝐅𝐄 » rindouWo Geschichten leben. Entdecke jetzt