[5/10]

6.2K 1.1K 117
                                    

Ketika sang surya mulai menampakan diri—walau masih malu-malu, namun keluarga kecil itu sudah asik sendiri dengan kegiatannya. Gelak tawa terdengar dari arah dapur, kala kebodohan seorang Haitani Rindou tidak terealisir.

"Sebentar, aku masih ingin tertawa." Wanita itu menyeka cairan bening di ujung matanya, kemudian kembali tertawa.

Rindou yang merupakan penyebab kenapa [Name] tertawa justru hanya menampilkan ekspresi wajah datar. Ia bahkan tak tahu dimana letak kelucuannya, dan bingung dengan apa yang sebenarnya [Name] tertawakan.

[Name] mengambil mixer dari tangan Rindou. "Jangan hanya di putar-putar, harus di hidupin juga Rin."

"—oh." Setelah berpikir beberapa saat, Rindou baru menyadari jika tadi ia hanya sekedar memutar-mutar mixer pada adonan kue tanpa menghidupkannya lebih dulu.

Setelah adonan kue jadi, [Name] membentuk menjadi bulatan-bulatan kecil. Sedangkan Rindou hanya menatapnya penuh tanya, tetapi setelahnya pemuda itu meniru apa yang dilakukan oleh sang istri.

"Lihat kesini [Name]!" pinta Rindou karena sejak tadi [Name] terlalu fokus dengan adonan kue.  Setelah wanita itu menolehkan kepala ke arahnya, Rindou langsung mencubit pipi [Name]—padahal kondisi jari nya penuh dengan tepung.

[Name] mengernyitkan dahi. "Jangan bermain-main, Rin." ucapnya pelan tanpa menatap lawan bicara yang berdiri di sampingnya.

Rindou mendengus kesal. "Kau terlalu fokus dengan adonan kue, padahal aku di sini, di sampingmu."

"Jadi suamiku yang satu ini cemburu dengan adonan kue?" tanyanya—masih sama, [Name] tidak menatap Rindou.

"Cemburu dengan guling juga," Rindou kembali mencubit pipi [Name], dengan maksud agar wanita itu segera menolehkan kepala ke arahnya. "Maksudmu suamiku yang satu ini? memangnya kau punya suami berapa?!"

[Name] kembali tertawa—tidak sampai terbahak-bahak seperti tadi. "Rencananya mau punya banyak sih."

"Tidak boleh!" Rindou meninggikan nada bicaranya seraya menarik tangan wanitanya, membuat [Name] menolehkan kepala.

"Aku hanya bercanda." Tentu saja bercanda. [Name] tidak perlu suami banyak, sebab Rindou sudah merupakan paket lengkap—walaupun terkadang otaknya sedikit kurang.

"Bercandanya tidak lucu," Rindou menjentikkan jari telunjuknya tepat di dahi [Name]. "Apalagi kau sering bilang jika kakakku lebih tampan, aku tidak mau berbagi istri."

"..."

𝐖𝐈𝐅𝐄 » rindouWhere stories live. Discover now