[3/10]

7.2K 1.2K 155
                                    

Ketika jarum jam sejajar dengan angka dua belas, serta matahari berada tepat di atas kepala, wanita yang sudah berganti marga menjadi Haitani sejak beberapa bulan lalu itu menghembuskan nafas lelah seraya mengelap peluh keringat menggunakan punggung tangannya.

"Capek banget."

Ia memilih duduk di kursi panjang dengan kaki yang di luruskan. Tangannya terulur mengambil jus jeruk dari atas meja—meneguknya hingga sisa setengah. Cuaca yang sangat panas menjadi sebab mengapa dirinya terlihat begitu lesu.

Pandangan wanita itu salah fokus dengan ponsel yang berada tak jauh dari letak gelasnya. Benda pipih tersebut sedikit bergetar bersamaan dengan bunyi nada dering kala sebuah panggilan video masuk.

Tanpa menunggu waktu lama, [Name] langsung mengambil ponselnya dan menekan tombol terima. Beberapa detik kemudian, nampak seorang pria yang tersenyum lebar ke arahnya seraya menyodorkan sendok ke arah kamera.

"Suapan online." celetuknya, membuat pria di seberang telepon terkekeh pelan.

"Kau... sudah makan?" pria yang tak lain dan tak bukan adalah Rindou itu melontarkan sebuah pertanyaan setelah menelan satu sendok nasi yang merupakan bekalnya.

[Name] menggelengkan kepala. Kembali meneguk jus itu hingga sisa setetes air di dasar gelas. "Aku baru selesai mengepel."

Rindou menaikkan salah satu alisnya. "Padahal sudah ku bilang, jangan mengerjakan semua pekerjaan rumah dalam sehari."

"Ini juga bukan semua," [Name] menjeda kalimatnya. Otaknya memikirkan hal yang begitu mengerikan tentang seberapa banyaknya pekerjaan rumah yang mengantri untuk segera di selesaikan. "Aku belum melipat baju, menyetrika, me—"

"[Name]," panggilan itu memotong ucapan [Name]. Ekspresi Rindou berubah menjadi serius—dan [Name] tahu akan kemana arah pembicaraan ini. "Yakin tidak butuh asisten rumah tangga?"

[Name] menganggukkan kepala antusias. "Aku masih bisa mengurusnya sendiri."

"Padahal tujuanku menikahi mu untuk menjadikan istri, bukan pembantu."

Mendengar penuturan Rindou barusan, entah dimana letak lucunya, namun [Name] tertawa hingga menampakkan rentetan gigi putihnya. "Mengerjakan pekerjaan rumah itu kewajiban seorang istri, bukan pembantu."

Rindou menggaruk tengkuk lehernya. "Kumatikan yang teleponnya? Jam makan siang sudah habis." Ucapnya di akhiri senyum tipis. "Nanti aku pulang telat, kau tidak usah menungguku. Langsung tidur jika sudah mengantuk, dan sekarang istirahat!! jangan terlalu memaksakan diri, kasian Haitani ke—"

"Iya iya."

"—cil."

𝐖𝐈𝐅𝐄 » rindouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora