[10/10]

7.3K 1K 94
                                    

Rindou menahan tawanya saat melihat sang istri datang membawa satu gelas cokelat panas di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang ponsel sebagai pengganti senter dengan ekspresi wajah kesal.

Setelah [Name] meletakkan cokelat panas ke atas meja, Rindou langsung menepuk pahanya dengan maksud agar [Name] duduk di sana.

"Tidak mau." ucap [Name] sembari memalingkan wajahnya dan berniat untuk segara tidur saja. Tetapi Rindou sudah lebih dulu menahan pergelangan tangannya.

"Dari tadi kau yang memelukku," Rindou yang sempat berdiri untuk menahan pergelangan tangan [Name], kini kembali duduk sembari menarik [Name] agar duduk di pangkuannya. "Sekarang gantian aku yang memelukmu."

[Name] masih kesal karena Rindou yang menyuruhnya membuat cokelat panas. Padahal jelas-jelas Rindou tahu jika istrinya ini penakut.

"Memangnya tadi kau mimpi apa?" Rindou meminum cokelat panasnya—hanya satu tegukan, kemudian kembali memeluk tubuh mungil [Name].

"Mimpi kau mati," jawab [Name] seadanya—seperti tidak tertarik dengan topik pembicaraan kali ini. "Kau mati di tusuk."

"Sampai menangis seperti itu?" Yah, memang [Name] menangis terlalu lebay, tapi itulah kenyataannya, ia benar-benar tidak mau kehilangan Rindou. "Bagaimana jika yang di mimpi itu benar-benar terjadi?"

[Name] mempoutkan bibirnya. "Jangan bicara seperti itu."

"Kenapa?" Rindou meletakkan dagu nya di bahu sang istri sembari tangannya menguyel-uyel pipinya.

"Jika benar-benar terjadi, mungkin aku akan depresi, atau bahkan sampai gila," ucapan itu justru membuat Rindou tertawa kecil dan mencubit pipinya. "Jadi jangan mati secepat itu."

"Tentu saja!" Rindou berseru. Tangan yang tadinya berada di pipi [Name], beralih memegang perut [Name] yang masih rata. "Aku masih mau lihat dia lahir, dia tumbuh dewasa, kemudian aku akan mengajarinya cara mematahkan sendi lawan."

[Name] menyunggingkan senyum tipis, walaupun sebenarnya ia tidak menginginkan anaknya tumbuh besar menjadi berandalan seperti Rindou, atau bahkan sampai harus berada di tahanan remaja. "Rin?"

Rindou sedikit menundukkan kepalanya, yang justru langsung mendapat hadiah kecupan dari sang istri. Setelahnya, [Name] langsung melarikan diri masuk ke dalam kamar seraya tertawa, kemudian bersembunyi di balik selimut.

"Seharusnya aku yang mencium mu lebih dulu!!" Rindou menyusul [Name], dan ikut masuk ke dalam hangatnya selimut. "I love you too."

- end -

𝐖𝐈𝐅𝐄 » rindouWhere stories live. Discover now