Mengabaikan televisi yang sejak tadi dibiarkan tetap menyala serta tidak terlalu peduli akan pemborosan listrik, pasangan Haitani itu justru sibuk dengan ponsel masing-masing. Sesekali tangannya terulur untuk mengambil kue kering dari atas meja.
"Rindou lihat ini!" [Name] menepuk-nepuk bahu seorang yang sejak tadi menggunakan pahanya sebagai bantal. Setelah seorang yang tak lain dan tak bukan adalah Rindou itu menatap ke arahnya, [Name] langsung mengarahkan layar ponselnya tepat di depan wajah pemuda itu. "Kalau kau pakai ini, pasti bagus." ucapnya disusul kekehan pelan.
Rindou menaikkan salah satu alisnya, tidak habis pikir dengan ucapan [Name] barusan. Pasalnya wanita itu menunjukkan gambar pakaian maid lengkap dengan ekor dan juga telinga kucing. "Pasti bagus dari mananya?!"
"Bagus dari mana-mana," [Name] membayangkan Rindou dengan baju maid dan juga pose dua jari sedang menatap tidak ikhlas ke kamera karena dipaksa melakukan hal seperti itu. Hanya sekedar membayangkan saja sudah membuat [Name] ingin tertawa. Bagaimana jika Rindou benar-benar mengenakan baju maid? "Rindou wangy wangy."
"HAH?!" Rindou tersentak kaget, tetapi di detik berikutnya ia menertawakan ucapan [Name]. "Wangy wangy??"
"Tidak—lupakan saja."
Rindou tersenyum smirk. Masih tidur dengan paha [Name] sebagai pengganti bantal, tangannya terulur mencubit pipi wanitanya. "Tidak jadi lihat Rindou wangy wangy?"
"Memangnya kau mau?!!!" tanyanya tak santai. Sedikit berharap Rindou akan menjawab 'ya' atau 'mau', namun hal itu sepertinya mustahil terwujud.
"Kenapa tidak kau saja?" Rindou bangun dan duduk di samping [Name]. Tangannya mengambil kue yang dibuat pagi tadi, memasukkannya ke dalam mulut lalu mengunyah dan menelannya sebelum kembali membuka suara. "Biar jadi [Name]-chan wangy wangy."
"Nanti malam nonton film yuk Rin?" ucap [Name] mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Segera memalingkan wajah sebelum Rindou menyadari jika pipinya sedikit memerah.
"Sekalian cuddle?"
