10. New sister

9.3K 984 32
                                    

Seperti biasa di setiap pagi, kini kegiatan Viola adalah datang ke apartemen Dara. Menyiapkan keperluan gadis itu, menggantikan peran Fiona yang sudah tak lagi ada.

Kening nya mengerut saat melangkah lebih dalam, sudah lebih dari seminggu di setiap hari ia kesana. Dan biasanya saat Viola sampai, Dara sudah rapih dengan seragam sekolah yang melekat, duduk termenpung di meja makan. Sekedar menunggu Viona datang.

Hal yang belakang membuat wanita itu lebih besemangat adalah kehadiranya yang seakan di tungu-tunggu.

Tangan nya menaruh sepelastik bahan belanjaan ke atas meja, berjalan pelan menuju kamar Dara.

Hal pertama yang ia lihat adakah gadis itu yang meringkuk di atas ranjang dengan tubur bergetar, Viola tentu khawatir. Ia menyentuh kening Dara yang terasa seakan terbakar.

"Dara? Hei? Liat Bunda Nak—"

Wanita itu dapat meliat Dara yang mendongak, dengan mata mengerjap sesaat. Kepala nya terasa amat pening, seperti terasa ingin di pecahkan.

Bahkan sejak semalam, rasa mual di perut nya terus menggelayuti. Membuat Dara berkali-kali harus ke toilet, menahan rasa sakit nya seorang diri.

"Kepala nya pusing?"

Telinga nya tak mendengar apa-apa, dengan mata yang memburam. Dara tak mengerti atas apa yang Viona katakan.

Ia terpejam erat, rasa pusing nya kembali menyerang. Hingga di rasa cairan merah kental mulai keluar dari hidung mancung nya.

Viola buru-buru menarik Dara, mendudukan tubuh gadis itu agar darah nya bisa leluasa keluar.

Tanpa rasa jijik wanita itu mengusap Darah Dara dengan tangan kosong, menyandarkan wajah gadis itu pada dada nya. Mendekap tubuh lemah sang anak guna memberikan kehangatan.

"Harus nya kalo sakit Dara hubungin Bunda, jangan di tahan sendiri." Tangan Viola perlahan mengusap rambut Dara.

"Bunda gak mau kamu kenapa-kenapa, kamu itu sama seperti Ratu dan Raja."

"Bunda juga sayang sama Dara."

Percuma– hingga bibir Viola berbusa pun Dara tak bisa mendengar nya. Karna di setiap malam sebelum tidur. Alat bantu yang biasa ia kenakan pasti akan di lepas.

Gadis itu mengeratkan pelukan nya, pelukan yang tak senyaman milik Fiona itu tetap terasa menghangatkan.

Dara rasa Viola benar-benar menyangai nya sebagai Anak, karna lebih dari seminggu di setiap pagi. Wanita itu pasti datang ke sana. Mengurusi nya bak seorang ibu pada anak nya.

Ia merasa tak enak jika terus seperti ini– dan Dara rasa kini saat nya ia memang datang ke sana. Setidak nya, jika memang hanya penolakan yang ia dapat. Masih ada Viola yang mau memegang nya erat.

Namun jika Dara sudah tak tahan– ia bisa pergi kan?

"Bunda."

Viola yang awalnya ingin melepaskan tautan kedua nya untuk membersihkan  darah Dara seketika menegang. Tinggu, ia tak salah mendengar kan?

"Bunda."

Wanita itu melepas dekapan kedua nya, menatap kearah Dara dengan sorot penuh kehangatan. "Aku mau tinggal sama Bunda."

Viola tak bisa untuk tak tersenyum lebar, mencium kening Dara begitu lama. "Makasih, Bunda seneng dengar nya."

"Mulai hari ini, Bunda bakal bantu-bantu buat beresin keperluan kamu. Nanti kamu bilang aja apa yang kamu butuhin buat di sana?"

"Sekali lagi makasih Dara, Ratu pasti seneng dengar nya."

Ratu?

~•~

SUNYI [End]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora