22. Aritmia

8.7K 965 77
                                    

Dentingan itu terdengar merdu, menggema di seluruh ruangan saat Dara memainkan piano nya dengan lihai.

Damar menatap sang putri dengan sorot tak terbaca, seingat nya dulu Fiona juga gemar bermain piano.

Adik ipar nya itu juga amat mencintai musik, tak ia sangka jika bakat Fiona turun dengan sempurna pada Dara.

Lelaki itu melirik kearah mereka yang ada di sana, tampak jelas kekaguman yang mereka pancarkan dari binar mata penuh bangga. Terlebih Viola, wanita itu tak pernah berhenti untuk melunturkan senyum dari wajah cantik nya.

Ia mengerutkan kening saat Dara semakin menunduk dengan beberapa tetes darah yang mulai terlihat jatuh, namun sepertinya hanya Damar yang menyadari itu, mengingat mereka belum bereaksi apa-apa sebelum—

Bruk!

"Dara!"

Tubuh nya menegak saat gadis itu jatuh begitu saja ke bawah, tepat di atas karpet mewah berwarna merah.

Mereka serempak berdiri, tergesa menghampiri Dara.

"Bun-da?"

Lirihan itu terdengar begitu menyakitkan, dengan nafas tersendat. Tangan nya meremas dada nya yang begitu nyeri, saat Dara merasa amat sesak. Seakan udara tak bisa menyentuh paru-paru nya.

Ia dapat merasakan sentuhan tangan Viola yang mengelus rambut nya, dengan ujaran kepanikan milik Lamia juga tangisan samar Nada.

Uhuk!

Dara terbatuk dengan berat.

"Dia kenapa Ka?" Viola berseru, menatap Azka yang mulai memeriksa Dara.

"Raja telepone Ambulans!" Seru Azka.

"AZKA DARA KENAPA?"

"Syok anafilaktik!" Azka berujar cepat. "Reaksi Alergi berat! Tadi Dara makan apa aja?"

Viola menggeleng kecil, menatap kearah Damar yang berada di sebelah nya. "Pagi tadi dia gak sarapan, di sekolah aku gak tau dia makan apa– aku, bahkan gak tau kalo Dara punya Alergi." Ia menggegam tanga sang anak yang nampak kesakitan.

"Sandciwch. Dara makan itu tadi." Nada menoleh kearah Aida dengan tajam. "Dari ka Aida."

Aida menegang, mengusap wajah nya kasar. "Maaf tante aku gak tau—"

"Aku yang kasih dia roti itu." Ratu berujar, "Roti selai kacang."

"DARA ALERGI KACANG!" Nada berseru, dengan air mata yang sudah membanjiri wajah nya. Ingin menerjang Ratu begitu saja jika mana Raja tak menahan. "Makanya kalo gak tau gak usak sok deket!"

"Oh atau ka Ratu emang udah niat ngeracunin Dara, iya?"

"Lo gak suka kan sama Dara! Sejak awal juga gitu!"

"Tapi gak kaya gini!"

"Dara bisa aja pergi–"

Uhuk!

Uhuk!

Azka memiringkan tubuh Dara agar tak tersedak darah nya sendiri, nafas gadis itu mulai hilang timbul.

"Dara? Dara denger om Azka?"

Tangan nya meremas Jemari Viola, meski yang wanita itu rasakan hanya gengaman pelan karna tenaga nya sudah habis.

"Dara?"

"Sa-kit." Ia berujar lirih, hingga tak terasa air mata nya ikut mengalir.

"Bunda—"

SUNYI [End]Where stories live. Discover now