28. Just a Dream

7.7K 848 86
                                    

Dara mengerjap kecil, mengusap pergelangan tangan kiri nya yang seperti nya membengkak. Padahal sebelum tidur tadi sempat di kompres dengan es batu oleh sang Bunda.

Tubuh nya bangkit merubah posisi yang awalnya berbaring menjadi duduk bersandar di kepala ranjang.

Mata nya menatap kearah tangan nya dengan lirih, saat rasa nyeri semakin terasa.

Sahh–

Gadis itu menggigit bibir nya keras, menahan ringisan saat bahkan Dara ingin sekali berteriak.

Sungguh Dara sudah tak tahan akan rasa sakit nya, nyeri bercampur perih seakan membungkus tangan nya yang membesar.

"Bunda–" Ia bergumam kecil, kaki lemas nya mulai melangkah. Tak perduli bahkan pandangan orang lain nanti. Namun yang pasti– Dara ingin sekali mengahiri rasa sakit ini.

Tok! Tok! Tok~

Tangan kanan nya mengetuk pintu kamar Viola dan Damar, berdoa semoga mereka tak terganggu—

Klek!

"Pah?" Dara bergumam saat yang pertamakali ia lihat adalah Damar, meringis kecil.

"Kenapa?" Suara Damar terdengar begitu dingin, menatap Dara dengan sinis.

"Tangan aku sakit–"

"Ya Trus?" Damar menyahut malas.
"Tidur sana, besok juga sembuh."

"Tapi pah—"

"Tidur atau saya patahin sekalian! Manja banget si. Bengkak nya juga cuma sedikit kan!"

Dara menunduk, tak berani menatap wajah Damar yang merah padam.

"Pergi sana!"

"Aku mau ketemu Bunda—"

"PERGI!" Damar mendorong tubuh Dara hingga gadis itu terhempas, tangan nya yang bengkak membentur meja hingga terasa kian menyakitkan.

Mata nya berkaca, namun enggan keluar juga. Membendung di kelopak hingga terasa amat sesak.

"Ada apa si— Ya Ampun Dara!" Viola yang baru keluar berseru Panik.

Berjalan tergesa menghampiri Dara yang masih duduk di bawah lantai.

"Kenapa Sayang?"

Dara menunjukan tangan nya yang bengkak dengan lebam kebiruan, meringis nyeri. "Sak-it Bunda."

"Tolong sembuhin, sakit banget!"

Viola mengangguk tegas, tak memperdulikan Damar yang ada di sana, wanita itu berjari masuk kedalam kamar. Meraih konci mobil juga sebuah selimut untuk membungkus tubuh Dara.

"Ayo, Kita Ke RS sekarang!"

~•~

Ratu dan Raja saling pandang, menatap kearah kamar orang tua nya yang masih tertutup rapat, padahal biasanya Viola menjadi yang paling pertama ada di sana.

"Mamah mana, pah?" Ratu bertanya pada Damar yang sudah memakan sarapan nya dengan tenang, lelaki itu menoleh sekilas.

"Pergi."

"Ke Mana?"

Damar menatap kearah Raja yang bertanya, mengangkat bahu tanda ia pun tak tau. "Ke RS kali, tadi malam anak itu ke kamar. Bilangin tangan nya yang sakit—"

"Papah gak ikut? Mamah ke sana sendiri?" Ratu mencela, menggeleng tak mengerti atas apa yang di lakukan Damar.

"Papah kok sekarang jadi Jahat si!"

SUNYI [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang