BAGIAN 16

506 129 22
                                    

Ada yang galau niiiih. Jangan lupa ramaikan ya guys. Selamat membaca :)

***

META.

SERBA SALAH

"Met, kamu beneran tinggal di sini?"

"Maksudmu apaan nanya begitu?" Aku menggantung tas di ujung paku.

Alih-alih menjawab pertanyaanku, sekarang matanya lari ke laptop di atas meja kecil. "Ya ampun, Met, kalau aku ngedit video sambil duduk di lantai gitu, udah encok aku. Bosku sekarang benar-benar hijrah."

Aku terkekeh. "Jangan lebay deh, Drin. Kamarku yang sebelumnya juga nggak mewah-mewah amat. Sebelas dua belaslah sama ini. Aku juga udah terbiasa buat bikin video dan ngedit di mana aja."

Sandrina menjatuhkan badan di kasur. "Ya udah deh, terserah kamu."

Aku ikut berbaring, bersisian dengan Sandrina. "Drin, Gaya marah nggak ya, aku pulang sama Praha? Aku nggak enak sama dia."

Ucapan itu disambut kerutan di kening. "Lha, kenapa harus marah? Dia kan bukan siapa-siapa kamu."

"Tapi kan, awalnya aku pergi bareng dia. Terus pulangnya malah bareng kalian."

"Gitu doang." Sandrina bangun dari tempat tidur. Dia menilik-nilik wajahku dari atas, disusul tawaan keras.

"Apaan sih? Nggak jelas deh!"

"Menurut mata batin seorang Nyonya Sandrina, sepertinya kamu suka deh sama si Gaya itu."

"Heh?" Aku melotot. "Eng-enggak ...."

"Ya terus, kenapa harus nggak enak?" Sandrina mencebik. "Jangan sampe kamu jadi cewek maruk. Mau ngembat dua cowok sekaligus."

"Udahlah Drin, aku lagi pusing." Aku mengacak rambut. "Apa aku telepon Gaya aja ya?"

"Ngapain?" Sandrina membulatkan mata. "Mending kamu telepon Praha, bilang terima kasih. Dia udah baik banget hari ini."

"Iiih!" Aku menggeleng. "Yang bikin aku cemas itu Gaya. Aku nggak tenang kalau belum ngobrol sama dia."

"Terserah kamu deh!" Sandrina membelesakkan wajah di bantal. "Aku ke sini mau liburan, titik. Bukan mau dengerin masalah kamu."

"Bukan mau dengerin masalah kamu!" Aku memonyongkan bibir, mengikuti gaya bicaranya. "Sadar, Drin! Ini semua gara-gara kamu! Kalau kamu nggak ngajak Praha, mungkin keadaannya nggak akan canggung kayak gini."

"Lah." Sandrina memunculkan wajah lagi dari balik bantal. "Jangan ngadi-ngadi ye. Seharusnya, seorang Meta itu berterima kasih kepada Nyonya Sandrina. Ini momen yang pas supaya kalian bertemu."

"Ya nggak gitu juga. Kamu kan bisa ngajak Praha setelah acara. Besok misal. Nah ini? Duh, bikin rumit."

"Sebenarnya kamu suka nggak sih sama Praha? Kan kamu sendiri yang bilang kalau Praha itu salah satu cowok inceran kamu. Sekarang, Praha datang untuk memastikan kalau dirinya serius. Sampe dua kali lho dia datang ke rumahmu. Waktu itu, dia bahkan nelepon aku. Dia minta informasi kalau keberadaan kamu sudah diketahui."

"Dan kamu gitu aja ngasih tahu kalau aku ada di sini?" Aku berkata keras. "Drin, kamu berhasil bikin aku pusing. Aku suka sama Praha. Tapi sekali lagi, situasinya nggak tepat. Kegiatan tadi itu momen penting buat Gaya dan teman-temannya. Kesannya, aku malah ngerusak momen mereka."

"Emang, tadi itu kegiatan apaan?"

"Untuk pertama kalinya, Band-nya Gaya diundang salah satu café yang cukup oke di Bandung. Kamu bisa bayangin kan?"

METAFORGAYA  (Segera Terbit)Where stories live. Discover now