5.

272K 9.1K 132
                                    


Let's start.

Maureen merebahkan tubuhnya di sofa yang di sediakan di ruangan itu, gadis itu merasakan bahwa kepalanya sedikit pusing.

Dan tak lama kemudian Rajendra masuk ke ruangan itu, laki-laki itu menolehkan kepalanya kearah meja kerjanya.

Disitu terdapat beberapa berkas penting yang harus ia kerjakan sebelum jam meetingnya tiba, Rajendra duduk di meja kerjanya.

Kemudian laki-laki itu menelepon sekertaris papanya untuk datang ke ruangannya, dan tak lama kemudian 2 orang yang berbeda jenis kelamin masuk.

Sekertaris laki-laki yang bernama niko itu membacakan jadwal Rajendra satu persatu, namun saat di tengah-tengah niko di hentikan oleh Rajendra.

Karena laki-laki itu melihat istrinya bergerak tidak nyaman, laki-laki itu melangkah kearah Maureen. Ia berniat memindahkan Maureen ke ruangan pribadi milik ayahnya yang terdapat kasur.

Dengan pelan ia mengangkat istrinya, namun Rajendra tidak sadar bahwa ada yang memperhatikan paha istrinya dengan tersenyum kecil.

Rajendra masuk kedalam ruangan pribadinya kemudian merebahkan tubuh Maureen, Rajendra mengelus pipi Maureen yang sedikit memerah.

Setelah itu ia kembali duduk di kursi kebesaran miliknya, kemudian niko langsung membacakan kembali jadwal tuan mudanya.

"Antarkan saya ke tempat meetingnya," Ucap Rajendra sambil berdiri. tanpa memperdulikan kedua sekertaris papanya yang mengangguk.

Ia berjalan keluar di dampingi oleh kedua sekertaris itu, tempat meetingnya memang tidak terlalu jauh. bahkan masih di dalam perusahaan.

Untuk menuju ruangan itu, mereka hanya perlu turun 1 lantai saja. dengan langkah tegas ia masuk kedalam ruangan itu, terlihat rapih.

Rajendra menganggukkan kepalanya kemudian memutuskan kembali ke ruangannya untuk merebahkan tubuhnya terlebih dahulu, meetingnya di mulai pukul 12 dan sekarang masih menunjukkan pukul setengah 9.

***

Rajendra merebahkan tubuhnya di samping Maureen tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu, ia menghadapkan tubuh istirnya kearah dirinya.

Kemudian laki-laki itu memeluk pinggang ramping milik Maureen, wajah Maureen di benamkan di dadanya.

Tidak memerlukan banyak waktu, cukup 10 menit saja mata Rajendra sudah tertutup rapat. wajahnya terlihat tenang dan damai padahal ia tidak mengerjakan berkas-berkas yang ada di mejanya.

***

Jam terus berputar hingga kini jarum pendek jam dinding di kamar itu menunjukkan pukul 11 siang.

Maureen mengerjapkan matanya perlahan-lahan hingga kini pengelihatannya sudah kembali jernih, namun pakaian yang di pakai Rajendra menganggu pengelihatannya kembali.

Maureen mendorong tubuh Rajendra hingga pelukannya terlepas, namun tercium wangi parfum yang berbeda di tubuh suaminya itu.

Dengan penasaran Maureen mengendus leher dan kemeja yang di gunakan oleh suaminya, dan ternyata benar. ia mencium parfum yang bukan miliknya ataupun milik Rajendra.

Gadis itu mendongakkan kepalanya guna menatap wajah Rajendra, seketika perasaan sedikit kecewa mengerubuni hatinya.

Dengan sedikit lesu ia berjalan kearah kamar mandi untuk mencuci wajahnya. gadis itu menyalakan keran air kemudian membasuh wajahnya.

Ia menatap dirinya di pantulan. baru saja di mulai mengapa masalah seperti ini malah berdatangan? rasanya seperti awal namun juga akhir.

Maureen pernah mengira bahwa menikah akan meringankan bebannya, namun ternyata ia salah. tidak ada yang harus ia salahkan kecuali dirinya sendiri.

Setelah gadis itu merasa cukup untuk merenung, gadis itu langsung keluar. pemandangan yang ia lihat adalah Rajendra yang sudah terbangun.

Dan kini laki-laki itu menyenderkan tubuhnya di heandboard sambil bermain handphone, Maureen tidak memperdulikannya sama sekali.

Gadis itu melanjutkan langkahnya kearah kaca untuk memperbaiki bajunya dan menata kembali rambutnya.

"Gue mau meeting," Ucap Rajendra sambil menatap Maureen yang sedang memperbaiki roknya.

"Terus urusannya sama gue apa?" Tanya gadis itu sambil menatap wajah Rajendra dari pantulan kaca.

"Roknya jangan di naikin tinggi-tinggi, gerak dikit bikin ngaceng."

"Ck, ribet lo. padahal gak apa-apa, siapa tau ada bujang ganteng kecentol sama gue" Jawab Maureen.

"Lo udah punya suami kalo lo lupa," Ucap Rajendra dengan sedikit sinis.

"Hidup gue terserah gue, ngapain lo ngatur-ngatur." Ucap Maureen sambil memberanikan diri menoleh kearah Rajendra.

"Jangan kaya bocah deh." Ucap Rajendra dengan nada sedikit kurang mengenakkan.

"Gue masih SMA kalo lo lupa."

"Salah emang ngomong kaya gitu sama lo." Ucap Rajendra dengan malas.

"Salah juga gue ngerespon omongan lo." Sinis gadis itu.

"Jangan bikin gue kesel, gue mau meeting." Ucap Rajendra dengan nada rendah, dan tatapan yang tajam.

Tak memperdulikan ucapan Rajendra, gadis itu mengambil sepasang kemeja kantor milik suaminya yang sudah disiapkan oleh Moreno, kemudian melemparkannya ke kasur.

"Kredit card lo mana?" Tanya Maureen sambil menyodorkan tangannya kedepan wajah suaminya.

"Mau ngapain?" Tanya balik Rajendra.

"Selingkuh."

"Jawab yang bener," sinis Rajendra.

"Mau shopping terus beli handphone," Jawab gadis itu kepada suaminya.

"Harus pake kredit card gue banget emang?"

"Iyalah, biar lo gak bisa nyewa hotel kalo gue ambil kredit card lo." Jawab Maureen sambil memutarkan bola matanya malas.

"Nih, kalo ketauan lo yang check in. gak usah pulang ke rumah, jadi gembel aja sekalian."

***

Tandai aja ya kalo ada yang typo, soalnya aku jarang check lagi kalo udah di publish !

See you the next chap💗💗

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang