24.

70.5K 3.3K 172
                                    

Let's start!

"Hiks hiks.."

Maureen membenahi posisinya di sebelah anak kecil itu dan dengan perlahan ia memindahkan kepala anak itu agar tidur di lengannya.

"Kenapa hm?" Tanya Maureen sambil mengelus rambut halus anak itu.

Anak itu menggelengkan kepalanya sambil terus mengeluarkan air matanya.

Sementara Rajendra turun ke bawah untuk mengambil susu yang sudah di siapkan oleh Raegan sewaktu di rumahnya.

"Don't cry, everything is fine." Bisik Maureen di telinga anak itu.

Dan tak lama setelah itu ia tak mengeluarkan suara tangisannya, hanya ada lirihan kecil berasal dari bibirnya.

Dan tak lama setelah itu juga, Rajendra datang dengan botol susu di tangannya.

"Tidur?" Tanya Rajendra pada Maureen yang kini menglus punggung anak angkatnya.

Maureen menggelengkan kepalanya, kemudian meraih botol susu yang di sodorkan Rajendra.

"Mau susu?" Tanya Maureen.

"Cu?" Tanya balik anak itu dengan hidung dan pipi yang memerah.

Maureen menganggukkan kepalanya, kemudian menyodorkan dot silikon itu ke bibir anaknya.

"Siapa namanya?" Tanya Maureen pada Rajendra.

"Gue gak tau."

"Huh, lo mau kasih nama buat dia?"

Rajendra mengangguk.

"Maren Abercio." Jawab laki-laki itu, yang kemudian ikut berbaring di samping kiri Maren.

"Kenapa gak pake Moreno?" Tanya Maureen lagi.

"Gue udah muak denger nama Moreno terus." Jawab Rajendra.

"Durhaka lo sama bapak lo."

"Bapak gue aja gak tau, jadi aman." Jawab Rajendra membuat Maureen memutar bola matanya malas.

Maureen kembali memfokuskan dirinya kepada Maren.

"Hello Maren!" Sapaan pertama yang Maureen ucapkan pada anaknya, dengan perlahan ia mengecup pipi anak angkatnya yang kini di beri nama Maren Abercio.

Sedangkan Maren hanya diam dan menatap Maureen tanpa berniat membalas sapaan Maureen sama sekali.

Maureen yakin jika tidak akan ada orang yang menyangka jika Maren adalah anak angkatnya.

Di lihat dari segi wajahnya saja, anak itu sudah pantas memasuki keluarga Moreno.

"Kok Maren minum susunya lama ya ren?" Tanya Maureen pada Rajendra yang kini mulai memfokuskan diri pada handphonenya.

Rajendra menolehkan kepalanya kemudian menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu.

Tak lama setelahnya botol yang masih sisa setengah itu di lemparkan oleh Maren.

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang