22.

83.1K 3.6K 159
                                    

Let's start!

"Bayi?"

"Ya, We are going to be parents."

"Are you seriously?" Tanya Rajendra.

"Lo so gak percaya atau gak mau nerima?" Kata Maureen yang tidak melihat raut kebahagiaan di wajah suaminya itu.

Dengan cepat Rajendra menggelengkan kepalanya, ia bergerak merendahkan tubuhnya, agar wajahnya setara dengan perut istrinya itu.

Ia mengecup perut Maureen dengan perasaan yang tiba bisa ia jelaskan.

"Halo bayi," Sapa Rajendra dengan nada riang.

Maureen yang tadinya merasa resah menjadi tenang.

"Usianya berapa?" Tanya Rajendra yang fokus menciumi perut istrinya itu.

"Masuk dua bulan."

Rajendra membenarkan posisinya, kemudian ia memeluk tubuh istrinya.

"Makasih dan maaf."

"Buat?" Tanya Maureen yang bergerak membalas pelukan Rajendra.

"Udah mau nerima anak gue di perut lo.. dan maaf udah bikin lo berbadan dua di umur lo yang masih muda." Jawab Rajendra dengan tulus.

"Kita buatnya bareng-bareng, jadi dia pantes di sebut anak kita, bukan anak lo doang. Gue juga gak butuh kata maaf, yang gue butuhin cuman kehadiran lo, supaya kita bisa liat pertumbuhan anak kita bareng-bareng."

Rajendra ingin menangis rasanya, ia terharu.

"Udah ah, katanya mau nongkrong." Ingat Maureen sambil mendorong bahu Rajendra agar pelukannya terlepas.

"Buset dah, gak bisa di ajak mellow dikit apa." Cetus Rajendra pada Maureen yang selalu menghindar di suasana seperti ini.

"Kasian temen-temen lo pada nungguin, sana pergi." Usir Maureen sambil mendorong bahu Rajendra dengan pelan.

"Yaudah. kalo gue pulang kemalaman, pintu kamarnya jangan di kunci." Ucap Rajendra sambil menjauh.

"Pulangnya bawa makanan."

"Makanan apa? kalo ngomong terserah gue pukul." Kata Rajendra mewanti-wanti.

"Bawa ayam bakar, kayanya enak." Jawab Maureen.

Rajendra mengangguk kemudian keluar dari kamar.

***

"Lo kesini jalan kaki ya? lama bener dah." Kata Raegan pada Rajendra yang baru memunculkan batang hidungnya setelah sekian lama.

"Gue naik bulan." Jawab Rajendra sambil mendudukkan tubuhnya di samping Rayan.

"Lo ingkar waktu 7 Menit dari jam perjanjian." Ucap Raegan dengan nada sedikit ketus.

"Tujuh menit doang anjir."

"Asal lo tau ya, waktu itu adalah uang, dan si Rajendra temen lo itu ngebuang waktu gue yang ber-uang." Kata Raegan semakin ketus.

"Lo lonte ya? kok punya jam bayaran." Ucap Rayan yang tiba-tiba menyela.

"Maksud lo apa?!"

RajendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang