Enam🦊

592 73 21
                                    

💎Happy reading💎

Barara terdiam untuk beberapa saat. Penjelasan singkat dari Fero sukses membuat lelaki itu terdiam sepenuhnya. Barara bahkan tak menyangka kalau Gerin akan pergi secepat itu. Padahal mereka berjanji akan bertemu lagi, tapi Gerin justru begitu saja mematahkan janji yang mereka rangkai sebelum Gerin memutuskan untuk pergi.

"Kau bohong 'kan? Katanya kau itu serigala, tapi aku tak mencium bau apa-apa. Kau pikir aku bisa percaya begitu saja?"

Perkataan Akira sukses membuat lamunan Barara buyar semua. Kalau diingat-ingat, sedari tadi Akira selalu berbicara padanya dengan nada tinggi. Sedikit menyebalkan juga, mengingat umur Akira yang masih bocah, tapi sudah berani meninggikan suara di hadapan Barara.

"Fero, kau percaya tidak kalau aku ini juga serigala seperti ayahmu?"

Fero mengangguk saja saat Barara bertanya padanya. Karena ia sama sekali tak punya alasan untuk tak percaya pada Barara.

"Baiklah, sepertinya sudah terlambat menangisi kepergian Gerin. Sekarang aku mau bertanya padamu, Akira." Barara menjeda ucapannya sejenak, hanya untuk mengatur udara yang masuk ke paru-paru, "Kau benci serigala? Kenapa?"

"Karena Gerin membunuh ibuku. Katanya agar bisa melindungi kami, tapi ujung-ujungnya dia juga tak bisa berbuat apa-apa."

"Darah, ya? Sepertinya kau salah paham pada ayahmu. Dari awal Gerin itu sedikit lemah dan hanya bisa bertarung kalau sudah mendapatkan darah. Kalau sudah minum darah, sikap sombongnya akan kelihatan," Barara tersenyum singkat, bukan senyum bahagai, tapi ada luka yang menguar bersama senyumnya yang merekah, "ibumu pasti tahu itu. Aku yakin itu semua permintaan ibumu. Semuanya tak sia-sia 'kan? Mereka berdua berhasil menyelamatkan kedua putranya."

"Lagi-lagi kau berbicara seolah kau tahu segalanya. Padahal kau tidak tahu apa-apa."

Barara menarik napas lelah, Akira benar-benar mirip seperti Gerin waktu masih muda. Keras kepala dan tak mau mengalah begitu saja.

"Sepertinya Gerin cukup keras dalam mengajarimu. Buktinya saja kau ingin membunuhku walau kau tak tahu aku ini serigala. Keinginanmu untuk membunuh serigala begitu saja muncul saat melihatku, itu artinya hatimu berkata kalau aku ini adalah serigala, tapi penciumanmu tak menemukan bukti apa-apa. Itu bukan karena hidungmu bermasalah, tapi karena aku sudah menyembunyikan jiwa serigalaku sedalam mungkin. Hatimu terlalu kuat hingga bisa mengenalinya. Pasti Gerin begitu keras, ya?"

Seketika Akira merubah raut wajahnya. Apa iya tadi hatinya berkata kalau Barara adalah serigala? Tapi karena hidungnya tak mencium aroma apa-apa, Akira jadi meragukan kata hatinya.

"Buktikan kalau kau benar-benar serigala," tantang Akira.

Barara lagi-lagi tersenyum di tempatnya. Yang satu ini benar-benar anak Gerin ternyata.

Barara berdiri dari posisinya, kemudian mengatur jarak agar tak terlalu dekat dengan Fero dan Akira. Setelahnya lelaki itu mulai berubah. Dan Akira tak punya alasan lagi untuk tak percaya kalau Barara adalah manusia serigala.

"Bagaimana, Akira?" tanya Barara saat ia sudah kembali pada wujud manusianya.

"Satu lagi, katanya hanya satu di antara kami yang manusia serigala. Menurutmu, siapa?"

Barara menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal. Menghadapi Akira benar-benar harus ekstra bersabar. Susah sekali meyakinkan Akira. Padahal Fero iya-iya saja saat Barara berkata kalau ia dan Gerin itu teman lama.

"Pertanyaan yang mudah."

"Jawab saja! Jangan mencari celah."

"Tentu saja kau ,Akira."

Half BeastWhere stories live. Discover now