02. Dua Belas🦊

151 28 28
                                    

💎Happy reading💎

"Torano, kalau nanti orang-orang meneriakimu macan atau apalah, kau diam saja. Jangan dengarkan mereka! Kau mengerti 'kan?"

Naomi memperingati Torano tepat sebelum mereka kembali memasuki desa. Karena Naomi tahu, selama ini, walau Torano diam saja, diam-diam lelaki itu begitu terluka. Naomi tahu betul kalau lahir sebagai manusia macan membuat Torano begitu tersiksa. Bocah yang masih berumur enam tahun itu kerap menangis kalau sedang sendirian. Kadang, Naomi melihat anak itu memukul kepalanya secara berulang.

"Aku tidak pernah mendengarkan mereka."

"Tidak, kau selalu mendengar ocehan mereka. Kau---"

Perkataan Naomi terhenti saat tiga lelaki dewasa tiba-tiba berdiri di hadapan mereka. Tatapannya sangat tajam dan menunjukkan kebencian. Di tangannya masing-masing memegang senjata berbahaya. Yang paling kiri memegang pisau kecil yang ujungnya begitu runcing dan berkilau ditimpa cahaya. Yang tengah membawa pedang panjang yang ia selipkan di pinggang. Lelaki sebelah kanan juga membawa pisau kecil sebanyak dua buah.

"Kalian berdua." Lelaki berpedang itu menunjuk Naomi dan Irgi, "Pergilah sejauh mungkin. Kami ditugaskan untuk memburu macan ini."

Naomi tersentak di tempatnya, anak itu menggenggam tangan Torano lebih erat dari sebelumnya. Sepertinya Irgi juga melakukan hal yang sama, menggenggam tangan Torano erat seperti tidak mau melepasnya barang sebentar saja.

"Kalian dengar tidak?" ulang lelaki itu.

"Torano, kita kembali ke hu---" Perkataan Naomi terhenti saat lelaki yang membawa satu buah pisau melayangkan pisaunya ke arah Torano. Dengan sigap Naomi menghadangnya dan berakhir dengan pipinya yang terluka. Naomi hanya beruntung saja. Karena sepertinya lelaki itu sudah jago menggunakan pisau, terbukti dari bagaimana ia segera membelokkan serangan saat tahu Naomi menghadangnya. Kalau tidak, mungkin Naomi akan mendapat sayatan panjang di wajahnya.

Irgi menarik tangan Torano cepat dan membawanya lari dari sana. Naomi otomatis ikut tertarik karena ia tidak pernah melepaskan genggaman Torano.

Tiga lelaki di sana mulai mengejar. Sialnya Irgi berlari ke tempat yang salah. Karena posisi yang tidak menguntungkan dan keadaan yang mendesak, Irgi hanya berlari cepat ke arah kanan. Yang mereka jumpai justru banyak warga yang berkumpul dan menghalangi jalan. Sialan.

Pada akhirnya, mereka bertiga terjebak di jalan buntu. Ke depan sana hanya ada tembok yang menghalangi, di samping kiri ada seperti pasar yang pasti akan susah untuk mereka jelajahi. Di samping kanan ada seorang yang tadi memegang dua pisau sekaligus di tangan. Kalau berbalik, ada dua lelaki lain yang sudah siap dengan senjata mereka.

"Mau lari ke mana, hah?"

Torano melepaskan genggaman dua orang di sampingnya. Anak itu maju satu langkah. Membiarkan dua gadis di belakangnya menggeleng dengan kaki gemetaran.

Walau sudah gemetaran begitu, Naomi tetap tidak terima saat salah satu di antara mereka---yang kini sudah sama-sama berdiri di depan---mencoba menjangkau Torano yang terlihat sudah pasrah. Lalu, saat Naomi melayangkan tatapan ke arah warga, Naomi bisa melihat mereka hanya memperhatikan dan seperti sangat senang kalau Torano dilenyapkan saja.

"Jangan menyentuh adikku!" pekik Naomi.

"Haish, bocah ini! Kalau kau pergi, kau tidak harus mati di sini. Memangnya kau pikir siapa yang menyuruh kami membunuh Tora, hah?"

"Namanya Torano!" peringat Naomi.

"Baiklah, baiklah. Kau mau tahu siapa yang memberi kami perintah? Itu ibumu sendiri dan para warga juga menyetujuinya. Tentu saja, memangnya orang bodoh mana yang sudi membiarkan macan sepertinya hidup bersama mereka?"

Half BeastWhere stories live. Discover now