Tigapuluh Tiga🦊

233 37 22
                                    

💎Happy reading💎

Bahkan setelah dua hari Fero kembali dengan luka-luka di sekujur tubuhnya, Barara masih belum pulang juga. Begitupun dengan Akira dan Torano yang semua orang harapkan pulang dengan sendirinya.

Fero sudah bangun saat malam di hari pertama ia pulang ke rumah. Mulai malam itu juga ia tidak pernah ke luar kamar. Pertama karena tubuhnya yang terasa sakit saat digerakkan. Kedua karena Fero malas untuk bertemu deretan orang-orang yang tidak ada nama Akira di dalamnya. Fero hanya ingin bertemu Akira saat ini, tapi Akira tidak ada. Jadi, untuk apa Fero keluar dari kamarnya? Bahkan setiap jam makan tiba, Fero hanya akan menunggu sampai Nujio atau Ayumi datang membawakan makanan untuknya.

Selagi Fero berdiam diri di kamar, yang lain tetap melakukan aktifitas seperti biasa. Seperti Ayumi dan Nikie yang latihan bersama di halaman samping. Laguna tidak ada di sana karena gadis itu sedang memasak nasi di dapur. Sedangkan Nujio hanya memperhatikan Ayumi dan Nikie sambil memakan ubi yang pagi tadi Ayumi masak dengan sedikit kepayahan.

"Ada yang haus?" tanya Laguna dari dalam rumah.

Saat semua orang menghentikan kegiatan dan melihat ke arah Laguna, Laguna terus tersenyum dan berjalan pelan ke luar rumah. Di tangan gadis itu terdapat tiga gelas yang berisikan air putih biasa. Lalu, pandangan gadis itu tertuju pada dua orang yang berjalan melewati jalan utama. Dua detik setelahnya, nampan berisi tiga gelas di tangannya ia jatuhkan begitu saja. Takjub dengan apa yang baru saja matanya lihat di depan sana.

Tiga orang lainnya mengikuti arah pandang Laguna dan menampilkan wajah terkejut seperti Laguna juga. Bagaimana tidak, di sana Akira dan Torano datang dengan raut wajah tak terbaca. Mereka sama-sama diam dan menatap lurus ke dalam rumah. Kabar baiknya, tidak ada satu pun tubuh mereka yang terluka.

Torano memperhatikan satu per satu orang yang kini menatap takjub ke arah mereka berdua. Kemudian saat matanya berjumpa dengan manik kebiruan milik Nujio, lelaki itu melambaikan tangannya. Menyuruh Nujio mendekat ke arahnya.

"K--Kak Torano?" tanya Nujio tak percaya. Nujio berlari secepat yang ia bisa. Melebarkan langkahnya ke arah di mana Torano berdiri dengan wajah datar seperti biasa. Kemudian, tepat setelah jarak mereka hanya tinggal satu langkah lagi saja, Nujio merentangkan tangannya dan memeluk erat tubuh Torano.

Anak itu menangis dalam pelukan Torano. Suaranya bahkan sangat besar sampai Akira hampir menutup telinga. Nujio meremas kuat baju belakang Torano, tidak peduli Torano membalas pelukannya atau tidak. Nujio hanya ingin memeluk Torano saja. Setidaknya dengan begitu, rasa rindunya bisa hilang.

Lalu, tepat saat Nujio menjauhkan tubuhnya dari Torano, Torano menjatuhkan pandangannya ke wajah Nujio. Menatap jauh ke dalam manik mata Nujio hanya untuk menemukan betapa anak itu merindukannya. Dua detik setelahnya, Torano mengangkat tangannya ke atas kepala Nujio dan mengelusnya beberapa kali.

"Maaf, aku terlambat."

Mata bocah itu seketika berubah. Ada kilau yang tak biasa menguar dari sana. Hangat tangan Torano saat menyentuh kepalanya membuat Nujio ingin menikmatinya lebih lama. Kemudian Torano meminta maaf kepadanya. Ini benar-benar terasa lebih indah daripada mimpinya semalam.

Nujio menggeleng singkat, kemudian berkata, "Tidak apa-apa. Selagi Kakak pulang, itu sudah lebih dari cukup."

Lagi, anak itu memeluk tubuh Torano. Bedanya kalau tadi Torano hanya diam saja, kini tangan kanan lelaki itu sibuk mengelus pucuk kepala Nujio.

"Di mana Fero?" Itu Akira yang bertanya. Setelah tadi sempat lupa kalau di sini juga ada yang menunggu kehadirannya. Fero tidak terlihat di mana-mana.

Half BeastHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin