02. Dua Puluh🦊

134 17 21
                                    

💎Happy reading💎

Nujio masih mencoba mempertahankan kesadarannya, walau kantuk itu terus menyerang dan seolah meniup-niup mata Nujio pelan agar tertidur segera. Nujio tidak ingin tertidur di sini dan berakhir menjadi beban nanti.

Satu kesimpulan yang bisa Nujio ambil saat Rora tidak terpengaruh oleh hipnotisnya adalah, Rora itu sangat kuat, bahkan jauh lebih kuat dari yang ia kira sebelumnya.

"Bersiap melakukan penyerangan beruntun," gumam Rora.

Rora mengeluarkan lagi senjata besinya, tapi kali ini jauh lebih banyak dari sebelumnya. Mungkin ada sepuluh buah atau bahkan lebih banyak lagi. Gadis itu merentangkannya di udara. Membuat Nujio, Laguna, dan Nikie terperangah. Senjata-senjata itu melayang di udara, ujungnya tentu saja mengarah pada mereka. Bergerak-gerak seperti sedang menunggu perintah kapan akan terbang ke arah mereka bertiga.

Rora menyapu tangannya di udara dan senjata-senjata itu mulai bergerak cepat ke arah mereka bertiga. Laguna menggerakkan rambutnya untuk melindungi mereka bertiga. Hanya saja, senjata seperti itu hanya akan tertahan oleh rambutnya yang mengeras dan itu hanya bisa Laguna lakukan di ujung rambutnya saja.

Bukannya menyelamatkan diri dengan mengumpulkan ujung rambutnya menjadi perisai tubuh, Laguna justru membagi dua rambutnya dan mengeraskan rambutnya segera. Setengah rambutnya ia gunakan untuk melindungi tubuh Nujio dan setengah lagi untuk melindungi Kittie yang tampak syok di tempatnya. Sebagai gantinya, dua senjata malah menembus tubuh Laguna. Yang satu di bagian perut, yang satu lagi di lengan kanannya.

"Bodoh! Kenapa malah melindungi kami? Lindungi saja dirimu sendiri!" pekik Kittie.

"Ti--tidak sakit kok! Kau ... tidak apa-apa?" tanya Laguna.

"Sial!" umpat Kittie, mata gadis itu sudah berkaca-kaca. Marah pada Laguna yang justru mempertanyakan dirinya, padahal di sini jelas-jelas Laguna yang terluka.

Sepertinya Rora membutuhkan waktu beberapa detik untuk melakukan serangan selanjutnya. Serangan pertama tadi juga begitu, ia harus menunggu beberapa detik baru bisa mengaktifkan serangan selanjutnya. Itu artinya ada kesempatan untuk menyerang Rora dalam keadaan sedang mengumpulkan tenaga.

Kittie melompat lagi ke arah Rora, kali ini tidak mau didahului oleh pergerakan Rora. Kittie mengincar tangan kiri Rora yang tadi ia gunakan untuk melempar senjata. Menurut penglihatan Kittie, Rora hanya bisa menggunakan senjata dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya hanya berfungsi untuk mengeluarkan api. Dan mematahkan tangan kiri Rora terlebih dahulu tentu lebih menguntungkan bagi mereka. Alasannya, yang pertama, dalam waktu yang singkat itu, Kittie hanya bisa melakukan satu kali serangan saja, jadi ia harus benar-benar memilih pilihan yang menguntungkan mereka. Yang kedua, tangan kiri Rora mungkin lebih berbahaya dari tangan kanannya. Karena api yang dihasilkan tangan kanan Rora, hanya bisa menyerang dari jarak dekat. Berbeda dengan tangan kirinya yang bisa melempar senjata sejauh yang ia mau. Tentu yang seperti itu lebih berbahaya.

Kittie berhasil meraih tangan kiri Rora, gadis itu sepertinya juga tidak sempat mengelak karena Kittie yang menyerang terlalu tiba-tiba. Kittie langsung merentangkan tangan Rora dan meninju kuat persendian tangan Rora. Berharap dengan begitu, Rora tidak bisa lagi menggunakan tangan kirinya. Kittie yakin setelah ini gadis itu akan berteriak karena tangannya yang patah.

Namun, bukannya mendengar teriakan dari mulut Rora, Kittie justru dikejutkan dengan tangan Rora yang tertinggal dalam genggamannya, sementara tubuh gadis itu sudah berpindah menjauh dari sana. Kittie baru akan membayangkan darah yang cukup banyak menetes dari tangan yang ia pegang, tetapi saat mata gadis itu mengamati tangan Rora dengan seksama, ia terkejut saat menyadari tangan Rora berbeda. Tidak ada darah, ini terlihat seperti kayu yang dipahat dengan begitu sempurna.

Half BeastWhere stories live. Discover now