part : 44

17.6K 1.1K 14
                                    

Jika kamu mubtada' maka izinkanlah aku menjadi Khobar sebagai pelengkapmu. Dan jika kita sudah menjadi sebuah pasangan jangan biarkan Amil nawasih merusaknya.-Tahfiz

-Happy reading all-

"Gus, mau ngapain?" Tanya Anindya yang kebetulan lewat ndalem setelah selesai sekolah pondoknya.

"Sini dulu." Pinta Tahfiz.

Anindya mengangguk berjalan menghampiri Tahfiz yang sekarang berada diruang tamu.

"Kenapa Gus Tahfiz manggil Anindya?"

"Duduk sini." Tahfiz menepuk tempat duduk di sebelahnya.

Anindya pun menurut dan duduk di sebelahnya, "Kenapa? buruan Gus, setelah ini Anindya ada kegiatan ekstra soalnya."

"Kaki kamu udah gak sakit?"

"Ngga lagi, tapi kalau buat lari ya sakit." Jawab Anindya sembari menengok kakinya.

"Saya izinkan kamu ngga masuk sampai minggu depan."

"Loh kenapa? Kata Bunda Anindya gak boleh bolos sekolah loh, Gus. Apalagi teman-temen Anindya udah pada curiga karena sering bolak-balik ke rumah ndalem." Terkejut Anindya begitu suaminya sudah mengizinkannya tanpa persetujuan darinya.

"Bukan gitu maksudnya.. Bukan tanpa alasan saya mengizinkan kamu tidak masuk ekstra hari ini. Dan saya sudah menjelaskannya pada semua santri dan juga semua ustadz ustadzah kalau kamu itu sepupu saya." Jelas Tahfiz menghela napas.

"Saya terpaksa berbohong." Lanjutnya.

"Makasih, Gus.. lega banget rasanya, tapi kenapa Anindya di izinkan satu Minggu? orang kaki Anindya aja udah lumayan sembuh." Anindya memposisikan duduk yang nyaman bersiap mendengar alasan suaminya mengizinkannya.

"Saya mau ke Bandung."

"Hah? Apa! Gus Tahfiz mau pergi ke Bandung?" Terkejud Anindya begitu mendengar suaminya bilang.

Tahfiz menganggukkan kepalanya tersenyum. "Mau ikut kan?" Tahfiz menawari.

"Mauuuu, kata Bunda Anindya harus ikut Gus Tahfiz kemana pun pergi."

Tahfiz geleng-geleng kepala sembari mengelus puncak kepala Anindya lembut. "Kalo saya mau ke kamar mandi kamu juga mau ikut?" Tanya Tahfiz menggoda.

Anindya menepuk lengan Tahfiz pelan. "Ngga!!! ya kali aja mau ikut."

"Mau ikut juga ngga papa." Ucap Tahfiz yang membuat pipi Anindya semakin bersemu.

"Ada apa ini? Kayaknya seru banget." Celetuk Umi ikutan nimbrung.

"Itu kenapa pipi mantu Umi merah." Lanjutnya tertawa kecil.

"Mana ada, Umiii." Balas Anindya jadi malu.

"Oh ya, tadi subuh Tahfiz udah bilang sama Abi dan Umi kalau mau pergi ke Bandung..." Tahfiz menatap Umi dan Abinya serius.

Umi menganggukkan kepalanya. "Iya, terus?"

"Tahfiz pergi ke sana ada keperluan mendadak, Umi." ucap Tahfiz tetep pada posisinya.

Dijodohin With Gus | End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang