part : 58

14.1K 916 26
                                    

Mulai sekarang belajar menghargai orang lain, jangan sampai orang tersebut pergi baru merasa kehilangan dan menyesal.

-Happy reading all-

Anindya terbangun dari tidurnya, ia merasa lapar dan haus bersamaan. Seketika Anindya meneteskan air matanya, suaminya tidak kembali dan tidur bersamanya sejak kemarin siang.

Anindya mengambil ponselnya diatas nakas, tak di sangka di sebelah ponselnya ada beberapa makanan yang sepertinya sudah di persiapkan.

Anindya membuka kotak makan itu, di dalamnya ada makanan kesukaannya, tak memikirkan apa-apa lagi, Anindya berdoa dan memakannya dengan lahap.

Setelah selesai makan, Anindya masih menangis sesenggukan sembari beranjak turun dari kasur menuju kamar mandi untuk mencuci muka.

Entah kenapa setelah mencuci muka Anindya tak bisa melanjutkan tidurnya, ia terus kepikiran Tahfiz.

Anindya tahu, ia salah karena telah menyembunyikan rahasia yang selama ini ia pendam diam-diam. Sebagus apapun cara untuk menyembunyikan, pasti akan terungkap juga di lain hari.

Anindya bertekad, kalau Tahfiz kembali lagi ke kamar, ia akan langsung menceritakan semua apa yang telah di rahasiakannya selama ini.

"Hiks hiks hiks, maafin Anindya..." Lirih Anindya menangis.

Anindya mengambil ponselnya yang tergeletak di sampingnya, ia akan menelpon suaminya sampai bisa.

Tapi tidak bisa, walaupun ponselnya berdering tetap tidak diangkat oleh Tahfiz, dan Akhirnya Anindya menyerah juga setelah beberapa kali menelpon Tahfiz tidak diangkat-angkat.

My husband💅
(Online)

Anindya
Gus Tahfiz...

Anindya mohon
pulang ke hotel lagi
Anindya sendiri di sini

Anindya kembali menangis karena chat-nya tidak di balas oleh suaminya, Berangsur-angsur napas Anindya mulai teratur dan tidur dengan ponsel di genggamnya.

Di sisi lain, Tahfiz juga tak tega meninggalkan Anindya sendirian di kamar, tapi bagaimana lagi ia begitu kecewa melihat Anindya dan Hafiz dalam satu ruangan terkunci tanpa seizinnya.

Tahfiz meminum kopi yang di pesannya, begitu nikmat jika di minum sambil membaca beberapa kitab dan buku yang dibawanya dari hotel.

Cara Tahfiz menenangkan dirinya memang membaca buku, karena dengan membaca buku Tahfiz bisa mengalihkan pikiran dari masalahnya.

Tahfiz sekarang berada di Kafe dekat hotel, ia tidak punya niatan untuk kembali ke hotel. Kali ini ia ingin menenangkan dirinya dulu.

Beberapa jam kemudian, Tahfiz mulai lelah. Ia berpikir kembali saja menuju hotel agar paginya Abi sama Umi tidak curiga lagi ada masalah antara ia dan Anindya.

Mengendarai mobilnya pelan, Tahfiz sedikit penat ditambahi mengantuk yang cukup berat. Tiba-tiba saja mobil Tahfiz susah dikendalikan, ia berkendara tak beraturan, untungnya jalan sedang sepi.

Mobil Tahfiz oleng ke kanan dan ke kiri, Tahfiz mencoba mengendalikannya sekuat tenaga dan melawan rasa kantuknya.

Begitu tiba-tiba, ada sebuah truk yang juga melaju dengan cepat didepan Tahfiz. Tahfiz panik, ia mencoba membanting stir-nya, namun belum sempat membantingnya truk itu sudah berada di depan mobil Tahfiz.

Brakkk!

Mobil Tahfiz terpental saking kuatnya truk yang bertabrakan dengan mobilnya. Tahfiz hanya pasrah dan mengucap syahadat ketika serasa ia melayang dan terbentur dengan stir mobilnya.

Hanya Anindya lah yang kini sedang di pikirkannya, badannya begitu sakit dan kepalanya pusing tiba-tiba. Hingga akhirnya Tahfiz mendengar samar-samar warga yang berdatangan berlari menujunya.

Dan akhirnya, penglihatan Tahfiz hilang dan tak tahu apa-apa lagi.

__________________

Gimanaaaaa? double up nih..
Semoga kalian suka♡

see you!

Dijodohin With Gus | End Where stories live. Discover now