part : 56

14.9K 978 37
                                    

Ketika kamu lelah dan ingin menyerah ketahuilah bahwa pertolongan Allah hanya berjarak antara kening dan sajadah.

-Happy reading all-

Setelah memberitahu perihal kehamilan Anindya kepada Abi dan Umi, tidak akan lupa Tahfiz juga memberi kabar baik ini kepada mertuanya.

Mertuanya juga senang dan bahagia sekali tampaknya, walaupun Tahfiz tidak melihatnya sendiri, namun suaranya dari ponsel sudah menandakan mertuanya itu berteriak senang.

"Bunda lucu ya, sayang."

Anindya tersenyum tipis. "Bunda emang gitu orangnya, tapi kadang juga nyebelin."

"Kok bisa?" Tanya Tahfiz antusias dan memposisikan duduknya disebelah istrinya yang duduk di sofa dekat jendela sedang menikmati pemandangan.

"Emang Bunda sukanya make up-in ala Korea Anindya sampai dirasa puas, biar ngga jadi pergi keluar."

"Waktu itu Bunda seneng banget sama idol K-Pop."

Tahfiz terkekeh pelan. "Black pink ya."

Seketika muka Anindya murung. "Bukan... Jamannya Bunda mah belum ada Black pink, pokok idol K-Pop waktu itu."

"Lucu."

"Karena lucu, sekarang Anindya kepengen jalan-jalan."

"Apa hubungannya, sayang?"

"Adalah pokoknya ada, gak mau tau pokoknya jalan-jalan."

"Yaudah, tapi sambil belanja makanan dan susu ibu hamil untuk kamu."

"Heem." Jawab Anindya menganggukkan kepalanya tersenyum senang.

"Bentar yah, mas mau keluar sebentar sama Rasya."

"Jangan lama-lama." Balas Anindya.

"Iya, sayang..." Jawab Tahfiz mengelus dan mencium puncak kepala Anindya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Jawab Anindya tersenyum senang karena rencananya berhasil.

"Sekarang... Ganti baju dulu." Gumam Anindya.

Setelah mengganti pakaiannya, Anindya hari ini entah kenapa ingin sekali memakai jilbab pashmina.

Tidak begitu lama, Anindya udah tampil cantik didepan kaca. Karena ini di negeri orang, Anindya diminta Tahfiz untuk memakai cadarnya, lagi pula disini kebanyakan kaum hawa memakai cadar.

"Siap." Ucap senang Anindya dan memutuskan untuk menunggu suaminya sembari scroll tik-tok di ponselnya.

Tok! Tok! Tok!

Mendengar ketukan itu, Anindya segera membukakan pintunya. Ia tersenyum lebar karena yakin yang mengetuk pintu adalah suaminya.

"Kok cepet ba--" ucap Anindya tidak meneruskannya, ia terkejut karena bukan suaminya yang mengetuk melainkan Adiknya, Hafiz.

"Ikut gue." Ucap Hafiz langsung meninggalkan Anindya.

Anindya masih mematung di tempatnya, setelah itu ia mengikuti Hafiz dari belakang sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar. Jujur, ia tidak ingin mengikuti Hafiz, tetapi bagaimana lagi kalau Hafiz marah  padanya, di tambah tadi Hafiz menatap Anindya tajam seperti ingin menerkamnya.

Hafiz tidak seperti ini, ia yang sopan dan lembut gaya bahasanya sekarang jadi pakai logat lo-gue.

Hafiz berhenti didepan pintu, Anindya pun ikutan berhenti dibelakangnya. Ternyata Hafiz mengajaknya menuju roftoop paling atas hotel yang ditempatinya saat ini.

"Bisa dijelasin?" Pinta Hafiz menatap datar Anindya dengan jarak sedikit jauh, sadar karena Anindya milik Abangnya.

"Je-jelasin apa?"

"Shit!" Umpat Hafiz kelepasan.

"Jelasin apa yang terjadi ketika gue gak ada di pondok." Tegas Hafiz menarik napasnya perlahan.

"Maaf, aku ngga tahu kalau surat itu menyatakan kalau kamu ngelamar aku." Jawab Anindya memejamkan matanya sembari menghela napas agar ia tidak terlihat gugup.

"Apa kurang jelas tulisan aku?!"

Anindya menganggukkan kepalanya, "Beberapa hari kemudian orang tua aku datang ke pondok, tetapi dengan alasan lain bukan untuk menjenguk putrinya, melainkan merencanakan menjodohkan aku dengan Abang kamu bersama Abi dan Umi."

"Lo gak nolak?" Tanya Hafiz lirih tetap dengan muka datarnya.

"Aku gak bisa nolak keinginan Bunda."

"Sialan!" Umpat Hafiz langsung pergi meninggalkan Anindya sendiri di roftoop.

Anindya meneteskan air matanya yang sedari tadi ia tahan, ia tidak ingin Hafiz seperti ini karena dibuatnya, Hafiz sudah merubah dirinya menjadi lebih baik malah ia yang membuat sifat jelek Hafiz kembali lagi.

"Maaf, Hafiz." Lirih Anindya sesenggukan berusaha menahan tangisannya agar tidak terdengar serta menggigit bibirnya.

Anindya pun kembali ke kamarnya, ia tidak mau membuat Tahfiz menunggu dan mencarinya.

_________________

Semoga kalian suka♡
huhuhu udah part 56 aja yah

See you part selanjutnya ...

Dijodohin With Gus | End Where stories live. Discover now