sun

1.8K 168 0
                                    

“Ric.”

Siang itu saat Eric sedang memakan bekalnya dengan lahap, Sunwoo memanggil— pelan, Eric menoleh dengan pipi menggembung; masih mengunyah makanan dengan wajah lucu.

Disaat inilah Sunwoo tak tega. Kelu, ingin mengucapkan sesuatu yang ia tahu akan menyakiti hati Eric-nya. Namun mau tak mau, Sunwoo harus mengatakannya.

Dikesibukan isi kepala yang berperang melawan perasaan hati, Sunwoo berbisik lirih dengan tangan mengepal kuat.

“What if our relationship ends today?”

Eric berhenti mengunyah, mengernyit menatap Sunwoo. “... Our relationship?”

Sunwoo menelan ludah, mengangguk. Batinnya sibuk mengutuk, dirinya kaku membisu.

Setelahnya Eric menaruh sendoknya, menutup bekalnya, makanan yang ia kunyah tadi sudah habis tak bersisa. Kini ia beranjak, berniat mengajak Sunwoo pulang.

“Nu, mau hujan.”

“Eric.”

“Ayo, kita harus sampai rumah sebelum hujan.”

“Ric, kamu—.”

“Sunwoo, ada banyak tugas yang harus aku kerjain.”

“Eric—.”

Eric kalah. Mengalihkan pembicaraan dengan Sunwoo adalah perbuatan yang sia-sia. Nyatanya batinnya lemah, bukannya menjawab Eric justru menangis terisak— yang Sunwoo sendiri terkejut, beringsut ingin memeluk yang lebih muda.

Eric menepis tangan Sunwoo, memberi jarak diantara keduanya. “Kenapa?”

“Maaf, Eric.”

“Bukan soal maaf, tapi kenapa? Kenapa kamu nanya kayak gitu yang jelas kamu tau jawabannya.”

Sunwoo menggeleng ribut. Lengannya terulur, ingin mendekap Eric yang menangis tanpa jeda.

“Apa aku kurang sempurna?”

“Enggak, Eric. Kamu ‘terlalu’ sempurna.”

“Apa aku punya salah sama kamu?”

“Enggak. Kamu—.”

“Apa karena kamu udah cinta sama orang lain?”

Sunwoo menggeleng kuat-kuat. “Enggak, Eric, aku cuman sayang sama kamu.”

“Terus, kenapa?” bisik lirih Eric-nya membuat hati Sunwoo sakit. Ia bingung menyampaikan suatu hal yang ia pendam sejak lama— bayang-bayang Eric menangis selalu menghantuinya. Dan benar saja, kini Eric menatap Sunwoo dengan air mata masih mengalir dipipinya.

Aku mau pergi, Ric.

Bagaimana Sunwoo mengatakannya?

“Eric.”

Eric mengusap air matanya kasar, sebelum dirinya ditarik oleh Sunwoo— bibirnya dilumat kasar.

Lampiaskan amarah, Sunwoo paling benci Eric-nya menangis. Apalagi alasan pemuda manisnya menangis adalah dirinya sendiri.

Eric bukannya tenggelam dalam lumatan yang menggebu-gebu itu, justru menangis diam— karena ia tahu, Sunwoo-nya sedang marah.

Marah kepada dunia, kenapa mereka harus dipisahkan— hingga Sunwoo melepas lebih dulu sebab Eric kehabisan napas, yang ia dekatkan bibir didepan telinga Eric menggumamkan kata maaf berulang kali sembari memeluk pemuda manisnya dengan erat, sebelum ia mengatakan,

“Eric, maaf hanya sampai di sini. Aku pergi ya.”

Kalimat terakhir yang Eric dengar sebelum Sunwoo benar-benar pergi. Tanpa jejak. Tanpa ada sapaan dan senyuman indahnya lagi

Apa Eric tahu pertemuan pertama Sunwoo di tahun 2019 akan berakhir bahagia?

Apa Eric tahu pemuda dengan segala keunikannya itu akan berakhir meninggalkannya?

Apa Eric tahu hampir 3 tahun berlalu, Eric menyadari bahwa keduanya akan berpisah?

Eric tak tahu.

Dari kepingan kehidupannya, yang luka ini tak pernah sembuh. Bahkan saat Eric mencari penawarnya, tak ada yang berhasil menghilangkannya.

Hingga hari ini, Eric masih bertanya kenapa Sunwoo pergi begitu saja—

Kemana?

mellifluous, sunric ✓Where stories live. Discover now