home, 2025

462 65 7
                                    

Los Angeles, 2025.

Sunwoo menatap jalanan yang semakin padat oleh kendaraan. Digenggamnya ponsel yang terus bergetar memunculkan notifikasi pesan dari teman-temannya. Namun dari sekian banyak, belum ada kontak Eric muncul di sana.

Sunwoo kan jadi khawatir. Apa Eric tak mengingat jadwal kepulangannya?

“Kita mampir dulu ya ke rumah teman Mama.”

Ucapan Mama membuat fokus Sunwoo teralihkan. “Harus banget mampir ya, Mah?”

Sang Mama tertawa. “Kamu ini.. Mama kan mau pamit dulu, sekalian ngucapin terima kasih karena udah bantu banyak selama kita di sini. Sunwoo gak sabar ketemu Eric ya?”

Semburat merah muncul, Sunwoo tersenyum tipis. “Empat setengah tahun gak ketemu, Sunwoo gak sabar ketemu Eric.”

Mama tertawa lagi. “Dateng-dateng bukannya langsung ngajak balikan tapi dilamar. Kamu gak sabaran banget ya mau nikahin Eric?”

Kini gantian Sunwoo yang tertawa. Menatap kotak berisi cincin yang sudah ia siapkan tempo hari.

Tentu, Sunwoo tak sabar mewujudkan wish list terakhir bersama Eric. Menikah.

Mungkin nanti tambah satu; punya anak.

Sunwoo tertawa kecil membayangkan reaksi Eric apabila ia datang-datang langsung melamar. Entah mungkin akan pingsan? Atau Eric-nya marah karena salah tingkah?

Bagaimanapun responnya, Sunwoo sudah siap mental apabila Eric datang-datang memukulnya tanpa tenaga seperti biasa karena kesal atau Eric datang memeluknya dengan penuh cinta.

Kan perilaku Eric tidak bisa ditebak.

Mobil berhenti di pelataran rumah yang Sunwoo tahu jelas itu rumah teman Mama yang sering datang berkunjung membawa banyak makanan biasanya. Sunwoo memilih tak keluar, tetap didalam mobil dengan ponsel digenggam erat.

Menatap satu per satu foto Eric yang dijadikan satu folder dalam ponsel. Senyuman dan tawa yang sudah lama tak Sunwoo lihat membuat rindunya semakin tak bisa dikendalikan.

Banyak foto yang menyimpan kenangan, sederhana, atau mungkin video yang entah kapan direkam— saat itu Eric meminjam ponselnya.

“Halooo!!”

Sunwoo tertawa, sapaan khas Eric dengan antusiasnya.

“Ini Eric lagi minjem hp Nunu. Liat itu Nunu lagi makan.”

Terlihat Eric mengarahkan kameranya pada Sunwoo yang sedang makan mie dengan menahan pedas.

“Kalo gak kuat udahan aja, Sunwoo.”

“Gak mau. Nanti aku dikira laki cemen kali gak doyan pedes.”

“Eh, kalo kamu nanti diare jangan ngeluh loh ya!!”

Ucapan Eric hari itu menjadi karma Sunwoo keesokan harinya. Bangun dengan perut sakit, berakhir Sunwoo terbaring di ranjang selama seminggu lamanya.

Diare yang membuat Sunwoo menyumpah serapahi Hwang Hyunjin yang menantang makan mie instan pedas dengan embel-embel, “lo kalo gak doyan pedes, berarti lo gak LAKIK!”

Sunwoo menggeser layar ponsel, video selanjutnya diputar.

“Tuh liat apa kataku kemarin bener kan?”

“Eric.. Sakit..”

“Mana yang sakit?”

“Perut..”

“Mau ke kamar mandi lagi?”

Disitu respon Sunwoo hanya gumaman tak jelas sembari mengerucutkan bibir lucu.

Sedangkan Sunwoo sekarang yang memegang ponsel lantas menjauhkan ponsel itu dari wajahnya dengan ekspresi tak percaya. Kenapa ia seperti itu dulu? Mengurucutkan bibir manja?

Sunwoo menggelengkan kepalanya. Sungguh menggelikan.

Baru ia akan menggeser dan memutar video selanjutnya, suara Mama menginterupsinya.

“Langsung ke bandara ya?”

Sunwoo buru-buru mematikan ponselnya, mengangguk mantap. Bagaimanapun ia sangat tak sabar bertemu Eric-nya.

“Jangan lupa nanti itu oleh-olehnya dibagiin ke tetangga ya.”

“Mama udah bilang itu berulang kali.”

Mama tertawa. “Ya abisnya takut kamu lupa. Trus oleh-olehnya disimpen sendiri, dimakan sendiri. Kan kamu sukanya gitu.”

Respon Sunwoo hanya memasang raut wajah datar.

Tak lama ketika bandara sudah dekat, terlihat dari penglihatannya, Sunwoo lantas merapikan barang-barangnya.

Turun dari mobil, Sunwoo menyalakan ponselnya. Mengirimi Eric pesan, bahwa ia akan pulang.

Eric, aku pulang.

-----

Mendapat kabar bahwa Sunwoo akan tiba dijam empat sore, Eric rasanya tak sabar. Menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa untuk temui Sunwoo nanti— lalu Eric merebahkan diri menatap langit-langit kamar yang tidak dihiasi.

Bagaimana Eric menyambut Sunwoo nanti? Apa yang harus disiapkan?

Balon-balon bertuliskan ‘selamat datang’ atau lebih baik kecupan penyambutan?

Tapi nanti kalau ditatap terang-terangan kan Eric malu...

Jadi lebih baik Eric pilih opsi terakhir yaitu, berpelukan.

Tanpa tahu Sunwoo sebenarnya menyiapkan acara lamaran.

Memeluk gulingnya, Eric menutupi wajahnya yang memerah karena tak sabar bertemu Sunwoo setelah sekian lama.

“Sunwoo apa makin ganteng...”

Terakhir kali video call saja tampannya tak terkira padahal sekitarnya gelap, lampu hanya remang-remang dinyalakan. Apalagi jika bertemu langsung? Berhadapan langsung?

Ah, yang Eric takutkan pipinya akan memerah malu, seperti kepiting rebus, dan Sunwoo kurang ajarnya akan mencium Eric tiba-tiba.

Sunwoo kan penggila ciuman.

Memukul gulingnya gemas, Eric merengek— gladi bersih kalau nanti ia harus memukul Sunwoo karena salah tingkah.

Astaga, Eric sekarang wajahnya merah merona.

Memejamkan mata, jam dua belas siang entah kenapa Eric mengantuk. Harusnya nanti ia bisa bangun tepat waktu.

Tapi entahlah, takdir Tuhan juga tidak ada yang tahu.

update terakhir buat hari ini
dilanjut update lagi besok ya

ADUH BENERAN AKU GAK SIAP BANGET ㅠㅠ

apapun ending yang aku buat, semoga gak buat kalian kecewa ya :")

sampai jumpa besooookk—
di ending mellifluous.............
(。•́︿•̀。)

mellifluous, sunric ✓Where stories live. Discover now