i am still here without you, 2021

849 124 6
                                    

Bohong apabila Sunwoo tak merindukan Eric. Sehari setelah Sunwoo memutuskan untuk pergi— berpamitan dengan terpaksa pada Eric-nya. Hatinya begitu sakit melihat pemuda manisnya menangis, seolah tak membiarkan Sunwoo pergi barang sedetikpun.

Sunwoo juga tak mau. Namun ia terpaksa melakukannya. Bagaimanapun, daripada harus menyiksa dirinya dengan perjodohan gila yang memakai embel-embel perusahaan Papa— Sunwoo memilih opsi kedua, kuliah di Los Angeles sebelum kembali ke Korea Selatan dan melamar Eric.

Opsinya benar-benar gila! Papa memberikan dua opsi yang jelas-jelas Sunwoo tersiksa karenanya. Dengan berat hati Sunwoo memilih pergi tiba-tiba, daripada melihat Eric menangis saat mendengar kabar dirinya dijodohkan.

Sunwoo sudah melemparkan sumpah serapah pada dirinya sendiri karena memilih tak jujur pada kekasihnya sendiri. Harusnya si ‘Kim’ itu mengatakan bahwa ia pergi untuk kuliah, namun mengucapkan kata berpisah saja rasanya kelu. Apalagi untuk mengucapkan janji bahwa ia akan kembali suatu hari nanti? Sunwoo tak yakin. Ia takut janjinya tak bisa ditepati.

Boleh katakan Sunwoo pria brengsek di sini, namun pemuda ‘Kim’ itu sama tersiksanya. Mencoret halaman buku yang ia pelajari sebelum tangannya bergerak menulis satu kalimat dengan wajah dan suara tawa merdu Eric Sohn yang terngiang dikepala.

I miss you.

Mengacak rambutnya frustasi, bayangan Eric selalu berhasil membuatkan tak bisa berkonsentrasi. Sunwoo Kim menutup bukunya kasar, beranjak menuju balkon apartemen guna menghirup udara segar yang ia harap bisa menjernihkan pikirannya.

Apa kabar Eric-nya? Apa dia baik-baik saja?

Sunwoo takut. Kepergiannya tanpa memberi tahu alasannya akan membuat Eric-nya sedih— atau kemungkinan terburuknya suatu hari nanti Eric memilih menikah dengan pria lain— ah! Tak bisa dibayangkan!

Maka dari itu Sunwoo mengambil ponselnya, guna untuk mengirimi pesan bahwa ia baik-baik saja— agar pemuda manis Sohn tak lagi mengkhawatirkannya.

Jarinya dengan cepat mengetikkan kalimat. Sunwoo kewalahan karena kalimat yang ia sampaikan terlalu panjang, seperti lebih baik berbicara lewat telpon— namun Sunwoo sudah tak sempat keburu ia ada tambahan les hari ini— sepuluh menit lagi.

Baru saja ibu jarinya akan menekan opsi mengirim pesan, namun pintu kamar Sunwoo dibanting kencang membuat pria bermarga Kim itu terkejut.

“Apa?! Bisa gak, gak ganggu gue satu hari aja, Kak?!”

Saeron Kim, kakak Sunwoo, menggelengkan kepala panik. “Urusan ini lebih penting, Sunwoo Kim. Batalin les tambahanmu, kita harus ke rumah sakit sekarang!”

“Apa? Kenapa?!” Sunwoo ikut panik, mematikan ponselnya lalu memasukkannya ke dalam saku celana.

“Penyakit Papa kambuh lagi!”

Ini alasan utama Sunwoo memilih menuruti ucapan Papanya dan memilih opsi yang menyiksa batinnya ini.

Papanya sakit, dan penyakitnya bisa kambuh kapan saja. Maka dari itu, bungsu Kim tak mau mengecewakan— kapan saja bahagianya bisa ditunda namun kesehatan sang Papa adalah prioritas utamanya.

-----

Eric menghembuskan napas berat, berkali-kali mengecek ponselnya— berharap mendapat pesan dari Sunwoo namun sepertinya tak mungkin, mengingat salam perpisahan Sunwoo yang menjadi awal hubungan mereka terputus begitu saja.

Mematikan ponselnya, Eric menaruh asal ponselnya diatas meja belajarnya lalu menyembunyikan kepalanya dilipatan tangan atas meja.

Hanya memikirkan Sunwoo saja membuat air matanya menetes. Eric menutup mulutnya rapat agar suara isakannya tak terdengar.

Sunwoo, aku masih di sini, kamu kemana?

Yang bukan Eric gelisahkan sekarang adalah Sunwoo tak memberi kabar, namun ketika bayang-bayang Sunwoo dikepala selalu berhasil membuat rindunya semakin menggema.

Sederhana, ketika Eric yang menangis kala itu saat mendapat nilai buruk di sekolahnya— Sunwoo datang memeluknya, menepuk-nepuk pelan kepalanya.

Dari sekian banyak orang yang menganggap Eric gagal, namun pemuda Kim itu tidak— malah mengatakan,

“Hei, kamu udah berhasil.”

Bagaimana Eric tak semakin jatuh cinta dibuatnya? Yang kehadiran Sunwoo membuat Eric bersyukur setiap hari diberi bahagia.

“Udah makan? Makan dulu yuk, belajarnya bisa dilanjut nanti.”

“Nu, nilaiku—”

“Ssshh, jangan nunda makan. Aku bisa ajarin kamu habis ini. Makan dulu ya?”

Eric saat itu berakhir menurut. Memakan makanannya dengan Sunwoo yang tersenyum tipis melihatnya.

Mengunyah makanannya sampai mulut penuh, sebelum menelan dan berbicara pelan, “kamu tau anak OSIS yang kemarin nyapa aku?”

“Tau kenapa?”

“Udah punya pacar.”

“Oh baguslah,” Sunwoo menyodorkan minum untuk Eric, diterima dan diminum beberapa tegukan untuk menghilangkan dahaga.

“Tapi kemarin katanya putus.”

“Loh kenapa?”

“Ditinggal pacarnya pergi gak tau kemana, Nu,” Eric memakan makanannya lagi sembari menatap Sunwoo, menunggu respon.

“Kok gitu? Jahat banget dong... Kasian dianya.”

Eric mengangguk menyetujui, menelan makanannya sebelum menatap Sunwoo dalam dan berbicara pelan.

“Kamu jangan kayak dia ya? Pergi tiba-tiba.”

Sunwoo mengangguk tanpa berpikir. “Aku janji, Ric.”

GIMANA WEI TEASERNYAAAA

KECE BGT GAK SIHHHH T___T

mellifluous, sunric ✓Where stories live. Discover now