2: 14. One Kick

1 2 0
                                    

Social Science-

Sains One.

Bagian Sains One untuk Meyjira Arwinata Putri dan Nafar Bayu Laskara.

****
Meyjira

"Katanya rindu."

Gue mencoba untuk gak memikirkannya, tapi kalimat itu terus terulang-ulang dikepala gue.

Bahkan saking dekatnya Nafar ngebisikin gue saat itu, gue sampai bisa mendengar nafasnya yang terdengar gak beraturan.

Apakah cowok itu sama gugupnya seperti gue ketika berbisik dengan jarak sedekat itu?

Entahlah gue gak ingin menduga-duga sendiri.

....
"Rel, lo tau gak Nafar tadi ngebisikin gue katanya rindu gituuu."

Gue hanya terlalu senang untuk gak menyadari luka orang lain.

"Oh ya? Dikasih lampu hijau tuh." bahkan nadanya terdengar sedih ketika berbicara.

"Terus ya, Nafar sering ngechat gue. Nanya udah makan, lagi ngapain gitu."

Gue hanya gak ingin menyadari kalo ekspresi Aurel benar-benar terlihat kalut.

"Tiap malam?" dia jadi menanya dengan senyum yang dipaksain.

"Iya. Bahkan dia pernah mau nelpon tapi selalu gue tolak." Gue tersenyum dengan sangat ceria sewaktu bercerita.

"Kenapa ditolak?" bahkan responnya terdengar malas untuk melanjutkan percakapan.

"Ya gak mau aja, nanti nyokap dengar bisa bahaya."

Waktu itu, nyokap gue emang masih ngelarang buat pacaran.

"Eh eh Aurel." gue berkata seraya menggoyangkan lengan cewek itu heboh, buat dia jadi menoleh malas.

"Menurut lo Nafar emang beneran ada rasa ke gue?"  pertanyaan gue agak terdengar memaksa, dan sekali lagi gue akan berpura-pura untuk gak menyadari ada kesedihan dalam ekspresinya.

"Maybe."

Disaat gue pikir hanya itu jawaban darinya, "gue pikir... Nafar juga ngasih feedback ke lo." Aurel justru melanjutkan perkataannya.

"Gue perhatiin, selama ini Nafar selalu ngeliatin elo. Dia selalu nyari cara biar bisa ngomong sama lo."

"Tiap lo presentasi, gue perhatiin, Nafar selalu senyum-senyum mandang lo."

Harusnya gue tau sendiri dari kalimat, "gue perhatiin" ber-arti Aurel masih selalu memerhatikan Nafar.

Tapi sekali lagi,

Dengan perasaan konyol gue saat itu,

Gue memilih untuk gak menyadarinya.

"Iya kan. Gue juga sering gak sengaja menangkap basah Nafar yang lagi merhatiin gue."

Jangan bilang gue egois.

"Nafar juga sering nanyain gue ke Acha."

Tanyakan ke Aurel kenapa dia gak mau berterus terang kalo dia masih ada rasa ke Nafar.

"Dia juga sering minjam pulpen ke gue disaat gue liat jelas terpampang pulpen disaku bajunya."

Jangan salahin gue.

"Dia juga sering ngechat gue bilang kangen."

Aurel hanya tersenyum ketika gue bercerita.

Gue tau, dia hanya berusaha menutupi lukanya.

KaleidoskopWhere stories live. Discover now