3: 40. Sirup

2 2 0
                                    

Social Science.

Bagian Cerita Social Science untuk Meyjira Arwinata Putri dan Nafar Bayu Laskara.

***
Meyjira

Pagi itu gue emang sengaja berangkat awal ke sekolah karena emang hari itu jadwal piket.

Gak ada yang aneh sih,

"Loh, lo udah dateng?" gue menanyai Aurel yang tumben-tumbenan udah hadir dikelas pagi banget. Biasanya anaknya telat mulu.

Cewek itu yang tadinya tiduran di meja jadi bangun, "hooh" jawabnya pelan, lalu tiduran lagi.

"Tumben?" gue ngomong, tapi gak ada respon.

Ya udahlah, pikir gue. Mungkin moodnya lagi gak bagus.

.....

Pelajaran bu Ratih ---- SBK----- sedang berlangsung ketika hp gue bergetar pelan.

Sebenarnya sekolah saat itu melarang siswa untuk membawa handphone, tapi emang dasarnya aja siswa yang bandel, makanya tetap dibawa. Hehe. Jngan ditiru ya adik-adik.

Gue mencuri-curi kesempatan untuk menunduk, membuka notif itu yang ternyata adalah chat dari Nafar.

Nafar: serius banget merhatiin bu Ratih, perhatiin gue juga dong...

Senyum di pipi ini perlahan mengembang, tapi sebisa mungkin gue tahan. Jangan sampai si kodok itu tahu gue senang di chat dia. Ya meskipun iya pake banget. Hehe.

Meyjira: idih, malas. merhatiin lo ga ada gunanya, mending merhatiin bu Ratih, dapat ilmu

Nafar: meskipun gak dapet ilmu, merhatiin gue pasti dapet cinta

Meyjira: gak minat😝

Nafar: kalo gak minat kenapa pipinya merah?

Sialan.

"Meyjira, menurut anda langkah apa yang tepat untuk membangun kesadaran masyarakat di Pulau Kita untuk tidak membuang sampah sembarangan?"

"Ra...." 

gue sedikit menoleh ke samping, untuk melihat Tifani yang ngode ke depan, bersamaan dengan itu hp gue getar lagi.

"Meyjira Arwinata?"

Nafar: itu bu Ratih manggil

Sontak gue langsung berdiri, terkesiap gitu aja.

"I-iya bu?"

"Tumben kamu tidak fokus di pelajaran saya?"

"Eum.. anu bu..."

Bu Ratih menatap gue dengan menaikan sebelah alisnya.

Ketika gue sibuk mencari alasan yang tepat, siapa sangka Nafar ikutan berdiri.

"Saya bu."

Gue yakin, saat itu gak hanya gue yang menatapnya heran.

"Kamu kenapa?" guru itu menanya.

"Fans berat ibu..."

Oh iya, dari sejak bu Ratih ngajar dikelas kami, beliau memang sering diajak bercanda oleh para siswa. Ku rasa beliau tidak masalah dengan itu.

"Oke, Jika kamu fans berat saya beritahu apa yang bisa kamu lakukan sebagai edukasi kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan?"

Gue diam-diam tersenyum untuk duduk kembali.

Nafar, cowok itu punya caranya sendiri untuk menunjukkan perhatiannya ke gue.

"Kalau itu, mungkin untuk mengedukasi masyarakat luas cakupannya. Atau bahkan edukasi yang saya berikan akan dianggap sepele, mengingat status saya hanya sebagai pelajar begitu juga dengan citra saya" Nafar ngomong, "Saya bisa memulainya dengan mengedukasi adik atau bahkan anak-anak untuk membuang sampah pada tempatnya."

KaleidoskopTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang