2: 33. Iya Atau Tidak

1 1 0
                                    

Social Science-

Sains One

Bagian cerita Sains One untuk Meyjira Arwinata Putri dan Nafar Bayu Laskara.

****
Meyjira

"Gue ada pertanyaan buat lo."

Gue ingat banget waktu itu hari Jumat, dimana seragam kita adalah batik. Masih di minggu tenang sebelum libur tiga minggu.

"Tapi lo cuma bisa jawab iya atau tidak."

Gue menyerngitkan dahi, lalu natap Nafar bingung.

Waktu itu, entahlah, gue sama dia datang pagi banget ke sekolah, bisa dibilang kebetulan, atau takdir? 

Kalo dipikir-pikir sering banget gue sama dia kebetulan berduaan gini.

"Lah ngatur?" gue menanya.

"Iyain aja dulu napa." cowok itu merengut.

"Gak minat." gue lanjut menghapus papan tulis ini.

"Kalo lo mau, gue bisa gantiin piket lo buat bersihin kelas."

Tawarannya buat gue jadi tertarik.

"Serius lo?" bibir ini ngomong, "Nanti yang nyusun kursi sama ngehapus papan tulis sebelum pulang, lo juga kan?"

"Gampang." cowok ini menaikkan alisnya sambil mandang gue.

"Oke, deal!" gue berseru.

Nafar jadi berdehem sebentar.

"Kalo dikasih pilihan, lo bakal lebih milih Cendol itu kan daripada cowok nyata?"

Kening ini berkerut.

"Cendol?" gue mengulang.

"Cendol ituu, yang fotonya pernah lo kirim dulu." dia sedikit ragu, "anak Exo, yang pirang itu."

Eh?

"HAHAHAH!" Gue benar-benar tertawa dengan sangat keras pagi itu.

"Jangan ketawa pagi-pagi, apalagi dikelas." dia ngomong.

Gue sontak terdiam, mengingat rumor gak jelas tentang sekolah ini.

Yah, belakangan ini tuh sering banget ada yang kesurupan. Apalagi yang ke perpus, atau ke Uks. Soalnya letak gedungnya tuh dipojok sekolah.

Bahkan, jauh sebelum gue masuk SMA ini, pernah ada kasus dimana hampir seluruh siswi kesurupan waktu upacara, yang membuat aktifitas belajar diliburkan pada hari itu.

"Hahahah!" gantian dia yang tertawa. "Gue kira lo gak akan terpengaruh, haha. Ternyata penakut juga."

"Goblok." gue melempar penghapus ke mukanya dengan bete.

"Dih ngambek ya.." cowok itu mendekat, tangannya bergerak ingin menyubit pipi ini tapi segera gue tepis.

"Btw, pertanyaan yang tadi belum lo jawab?" suaranya kembali normal.

"Bukannya udah jelas ya jawabannya?" gue ngomong, "Tentu saja iya, gue akan lebih memilih Chanyeol. CE HA A EN YE E O EL! CHANYEOL!" gue menegaskan kalimat ini diakhir.

"Bahkan meskipun bandingannya adalah gue...
Lo akan tetap milih cowok korea lo itu?" Nafar masih menanya, tapi kali ini ekspresinya jauh lebih serius.

Percaya deh.

Melihat dia dengan jarak sedekat ini, dan dalam situasi dimana hanya ada gue dan dia dikelas,

Gue rasanya pengen ngilang aja saking gugupnya.

Karena gimanapun, gue menyukai cowok yang berdiri didepan gue saat ini.

KaleidoskopWhere stories live. Discover now