Chapter 02 - Terlambat

9 4 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.

Seorang gadis dengan seragam kas SMA putih abu-abu tengah berlari

dengan napas yang tersengal. Keringat membasahi pelipis Kanaya. Kanaya, panik karena gerbang sekolah sudah di tutup.

Ia mengedarkan pandangannya. Lalu, menatap jam tangannya. Kedua mata Kanaya membulat ternyata waktu menunjukkan pukul tujuh lebih seperempat.

"Ini semua karena cowok menyebalkan itu. Bisa-bisanya membuat ku terlambat." ucap Kanaya kesal.

Kanaya berjalan mendekati gerbang. Mencoba membuka gerbangnya namun, sudah terkunci rapat.

"PAK! PAK SATPAM TOLONG BUKA GERBANGNYA." teriak Kanaya. Percuma saja tak ada yang membukanya. Terlihat pos satpam tidak ada orang.

Kedua pundak Kanaya merosot berjalan dengan malas ke arah bangku kosong yang berada di depan sekolahnya. Ia menyibakkan rambutnya kebelakang menghela napas panjang.

"Kenapa?"

Kanaya menengok ke arah sumber suara yang menurutnya tidak asing lagi. Benar saja, itu adalah Agam. Dia lagi rupanya. "Kamu tidak lihat gerbang sekolah sudah ditutup? Ini semua juga gara-gara kamu," gerutu Kanaya

"Jadi, ini semua karena aku. Begitu sayang?" ucap Agam dengan menaik turunkan alisnya.

"Kau!" Kanaya menatap tajam ke arah Agam. Jika saja tidak ada kejadian pencopetan mungkin Dia tidak bertemu dengan Agam. Terlebih menjadi pacar kontraknya. Ah, mengingat nya saja sudah membuat Kanaya kesal.

"Ikut aku." Agam menarik tangan Kanaya untuk berjalan mengikutinya. Sontak, Kanaya mencoba melepaskan diri dari Agam. Namun, cekalan tangan seorang Agam sangat kuat sehingga membuat Kanaya mengekor di belakang Agam. Lebih baik menurut daripada nanti ia bisa terkena masalah.

Agam berhenti disebuah tempat dibelakang sekolah. Ia menunjuk sebuah pintu kecil di depannya. Benar, sekarang Agam dan Kanaya berada di belakang sekolah untuk masuk melewati pintu itu.

Kreeek

Agam mencoba membuka pintunya dan ternyata tidak dikunci. Kanaya bernapas lega untuk kali ini.

"Ayo masuk!" perintah Agam.

"Takut," cicit Kanaya.

Agam terkekeh. "Apa yang kamu takuti. Kamu ingin masuk, kan?"

Kanaya mengangguk kaku. Berusaha melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam.

Tuk tuk tuk

Tiba-tiba Kanaya mendengar suara langkah kaki berjalan kian mendekat ke arahnya. Membuat Kanaya menarik langkah kakinya. Ekor matanya melirik ke arah Agam. Agam nampak kebingungan dengan tingkah laku Kanaya.

"Ada apa?" tanya Agam penasaran. Sontak Kanaya membekap mulut Agam sehingga membuat si empu bergeming. "Husttt..." suruh Kanaya dengan suara pelan.

Dirasa suara itu sudah tidak terdengar lagi, Kanaya menurunkan tangannya dari mulut Agam. Agam bernapas lega. Memasok udara ke dalam paru-parunya akibat ulah Kanaya yang tiba-tiba membuatnya heran. Kanaya mengerti maksud Agam dengan tatapan ke ingin tahuannya itu.

"Tadi, ada suara langkah kaki orang. Sebab itu aku mundur lagi."

"Biar aku dulu." Agam berjalan dengan memegang tangan Kanaya. Kanaya gelagapan. Ia menjadi takut sekarang. Bagaimana kalau mereka tertangkap basah oleh guru. Bagaimana nasibnya.

Agam dan Kanaya melangkahkan kakinya memasuki lorong pemisah antara kelas IPA dan IPS. Baru saja berjalan, suara bariton seorang pria membuat langkahnya berhenti. Agam dan Kanaya saling menatap satu sama lain.

"Berhenti kalian berdua!" teriak seorang pria paruh baya dengan seragam securiti berlari ke arah mereka dengan diikuti seorang guru yang Agam dan Kanaya tahu jika itu guru BP.

Tamat riwayatku sekarang, batin Kanaya

Kok bisa ketahuan, batin Agam

"Kamu lari sekarang."

Kanaya hanya menggeleng pelan.

"Ayo cepat lari, Kanaya!" perintah Agam dengan mendorong tubuh kecil Kanaya. Kanaya hanya bisa menurut. Ia berlari menjauh dari tubuh Agam. Isi kepala Kanaya hanya ia takut jika Agam yang terkena hukuman sendiri. Sedangkan ia meloloskan diri.

"Agam! kenapa bisa telat?!" Guru yang Agam ketahui adalah seorang BP berteriak marah.

"Maaf Bu tadi ada masalah sedikit," ucap Agam.

"Tidak usah alasan. Ikut Bapak sekarang."

Agam hanya pasrah. Ia sekarang berada di lapangan dengan matahari yang sangat terik. Baru sebentar saja rasanya ingin meneduhkan diri. Fyuh, tidak masalah dia juga harus bertanggung jawab atas kesalahannya. Setidaknya ia tidak membuat perempuannya—Kanaya merasa lelah dan kepanasan jika bersamanya sekarang.

"Hormat sekarang. Jangan sekali-sekali kamu lari ke kelas sebelum bel istirahat. Paham?"

"Paham, Pak."

.
.
.
.
.

Klik bintang di bawah ini, ya ⬇Kami sangat mengapresiasi dukungan kalian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Klik bintang di bawah ini, ya ⬇
Kami sangat mengapresiasi dukungan kalian. Jangan lupa komen, biar author semakin semangat dan up sesuai dengan waktunya.
Maaciw😍

Agnaya (On going)Where stories live. Discover now