Chapter 04 - Masalah Baru

6 3 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.

Saat ini Kanaya sedang berada di rooftop sekolah. Bersandar pada tembok pembatas rooftop. Jika tidak ada yang penting, Kanaya tidak akan mau menghabiskan waktunya untuk seseorang yang ia perlukan penjelasan darinya.

Kanaya menghembuskan napasnya panjang. Mengapa Kanaya bisa berada pada posisi yang membingungkan. Terlibat dalam yang berkaitan dengan kontrak.

"Ada apa? Kangen?"

Kanaya membalikkan tubuhnya, menoleh pada sumber suara. Akhirnya yang ia tunggu sudah berada di depan mata. Agam, pria itu berjalan mendekati Kanaya.

"Aku tidak mau lama-lama. Aku membutuhkan penjelasan."

"Penjelasan apa, Naya?"

"Kenapa foto kita— ah foto aku dan kamu bisa ada di mading sekolah. Itu kamu kan pelakunya?" tuduh Kanaya dengan tatapan mengintimidasi.

"Tapi, aku tidak mencuri. Jangan asal menuduh." Agam mengelak.

"Tidak usah bercanda. Lalu kalau bukan kamu siapa lagi. Yang tahu hubungan kontrak ini hanya aku dan kamu." imbuh Kanaya. Agam hanya terkekeh. Kanaya menaikkan kedua alisnya—heran.

"Bagus dong kalau semua orang tahu. Jadi, kamu siap menjalankan tugasnya."

***

"Kanaya."

Kanaya tersadar dari lamunannya. Ia menarik tangan sahabatnya itu untuk duduk di sampingnya.

"Kenapa melamun? Lagi mikirin apa?" tanya Gladys tersenyum menghadap Kanaya.

Kanaya menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, Dis," jawabnya.

"Beneran?" Kanaya mengangguk kuat sebagai jawaban.

Sebenarnya banyak yang ia pikirkan dalam kepalanya. Terutama foto dirinya dengan Agam yang terpampang jelas tertempel di mading. Kini, Teman-teman sudah mengetahui. Bukan hanya teman-temannya saja mungkin satu sekolah sudah mengetahui akan hal ini. Apa Kanaya sanggup menjalani hubungan seperti ini—tanpa didasari cinta?

Lagi, Gladys menepuk pundak Kanaya yang berhasil membuatnya terperanjat. "Tuh kan. Lagi mikirin apa sih, Nay?

"Hehehe, laper." Kanaya berbohong.

Gladys berdiri menarik tangan Kanaya untuk mengikutinya. "Mau ke mana?" tanya Kanaya memberhentikan langkah mereka.

"Katanya laper. Nah, kebetulan gue juga laper. Ayo ke kantin," jawab Gladys.

Kanaya terkekeh, berjalan menuruti ajakan sahabatnya yang kebetulan memang sudah waktunya istirahat.

***

Agam berjalan menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku paket yang sempat ia pinjam waktu mata pelajaran Fisika.

Brughhh

Agam terhuyung ke belakang saat dirinya tidak sengaja menabrak seorang siswi kala hendak masuk ke perpustakaan.

"Bisa hati-hati ..., Agam?" Ucapnya.

Agam menoleh pada seorang siswi yang tak sengaja ia tabrak.

"Carissa, lo ngapain di sini?"

"Ini kan tempat umum. Ya, siapa aja bisa masuk ke sini juga," balasnya dengan tertawa.

Agam memutar bola matanya malas. "Gue tau, tapi, lo habis ada keperluan apa?"

"Nih, pinjam buku," kata Carissa sembari mengangkat buku yang ia bawa. Agam hanya mengangguk sebagai balasannya.

"Gue masuk dulu, ya."

"Tunggu, bentar." Carissa menahan tangan Agam yang membuat ia berhenti.

"Kenapa?"

"Maksud foto yang ada di mading sekolah itu apa?" Tanya Carissa.

Pertanyaan Carissa membuat napas Agam tercekat. Sebisa mungkin Agam harus tetap tenang.  "Bukan apa-apa, Car." Agam tersenyum simpul melepaskan cekalan tangan dari Carissa.

"Oke. Nanti gue pulang bareng lo. Boleh?" minta Carissa.

"Maaf Car, gue ada urusan. Jadi, nggak bisa pulang bareng, lo." Final Agam

Carissa menghela napas panjang. Ia tersenyum mengiyakan keputusan Agam.  "Yaudah gue duluan," kata Carissa berjalan meninggalkan Agam yang masih berada di tempat.

***

"Oh, ini ceweknya."

"Ini yang katanya pacarnya, Agam."

"Beruntung banget dia bisa pacaran sama, Kak Agam."

Kanaya dan Gladys baru sampai di kantin. Namun, sudah menjadi sorotan mata-mata tidak suka kepadanya. Jelas, Kanaya tidak menyukai tatapan orang-orang terhadapnya.

Ini baru permulaan bagaimana nanti ke depannya. Akankah lebih dari ini? Sungguh! Kanaya takut untuk saat ini melihat seisi orang di kantin. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya menelan kata-kata pahit dari orang-orang.

"Mereka kenapa sih, Nay?" Gladys sadar dengan perubahan sikap Kanaya. Ia tertunduk tanpa meliriknya sama sekali.  Gladys mencoba menguatkan genggaman tangannya terhadap Kanaya.

"Udah, biarin aja ..., " lirih Kanaya.

Brakk

Kanaya terjatuh karena ulah dari siswi yang terlihat bername tag Sindi. Gladys membantu Kanaya berdiri sebelum memaki-maki siswi yang sengaja membuat Kanaya jatuh. Kanaya meringis merasakan nyeri pada kedua lututnya.

"LO SENGAJA KAN NARUH KAKI LO DI SINI BIAR NAYA JATUH. IYA, 'KAN?! " Bentak Gladys tidak tahan dengan manusia di depannya.

"Kok, lo nyalahin gue? Dia, jelas-jelas punya mata. MASIH SEHAT, 'KAN?!" Gertak Sindi.

"Lo, kalau ada masalah sama gue selesaikan baik-baik. Jangan cari gara-gara," balas Kanaya yang berusaha bersikap tenang.

Sindi bangkit dari duduknya dengan tawanya yang meremehkan Kanaya. "Berani lo ngomong gitu. Udah hebat, gitu?"

"Iya, kan backingannya Kak Agam," imbuh teman yang satu meja dengan Sindi.

"Kalian nggak usah bawa-bawa Kak Agam di sini. Ini masalah gue .... Sama lo."

"Wahh oke. Pintar ngejawab juga, lo. LO, PANTAS DAPAT IN—awww sakit bego!" Tiba-tiba tangan Sindi yang ingin menampar Kanaya ditahan oleh seseorang.

"WOY! BUBAR NGGAK LO SEMUA!"

.
.
.
.
.

Klik bintang di bawah ini, ya ⬇Kami sangat mengapresiasi dukungan kalian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Klik bintang di bawah ini, ya ⬇
Kami sangat mengapresiasi dukungan kalian. Jangan lupa komen, biar author semakin semangat dan up sesuai dengan waktunya.
Maaciw😍

Agnaya (On going)Where stories live. Discover now