Chapter 06 - Khawatir

13 2 1
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.

Kanaya baru selesai mandi, lantas duduk di sisi tempat tidur seraya memainkan ponselnya. Belum sempat ia membaringkan tubuhnya, seseorang dari luar mengetuk pintu kamar. Terdengar tidak asing suaranya bagi Kanaya. Lalu, ia bangkit dari tempat tidurnya, berjalan membuka knop pintu.

"Astaga ternyata, lo? Ini udah malam Gladis lo ke sini sendirian?" tanya Kanaya yang tidak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya.

"I-iya terus sama siapa lagi. Besok libur, Nay pengen tidur sini. Boleh kan, ya?" rayu Gladis.

Kanaya hanya mengangguk dan menarik tangannya untuk masuk ke kamar Kanaya.

"Yang bukain pintu siapa tadi, Dis?"

"Bunda lo tadi," jawab Gladis.

Ting!

Kanaya dan Gladis terdiam. Pandangan mereka tertuju pada ponsel Kanaya yang tergeletak di atas bantal. Ia sesegera mengambil ponselnya. Terlihat jelas ada satu notifikasi pada layar ponsel milik gadis tersebut. Helaan napas tampak pada wajah Kanaya. Gladis mengerutkan keningnya, penasaran apa isi pesan tersebut.

"Kenapa sih, Nay? Siapa?" Gladis memecah keheningan yang melanda sesaat.

"Kak Agam," jelas Kanaya.

"Mau ngapain?"

"Nanya aja. Udah pulang apa belum," jawab Kanaya sekenanya.

"Hah? Bukannya lo tadi pulang bareng?"

Kanaya tersenyum simpul, "nggak jadi."

"Apa? Kok bisa?!" heran Gladis.

"Udahlah nggak penting juga dibahas, Dis. Kita drakoran aja kali ya malam ini," ajak Kanaya. Ia tak mau membahas sesuatu yang membuat sahabatnya menjadi khawatir terhadapnya. Pesan dari Agam tadi, tak ada niatan Kanaya membalas nya.

"Beneran nggak apa-apa?"

"Iya, lo tenang aja," dalih Kanaya.

Akhirnya dia sahabat ini memutuskan untuk turun ke bawah mengambil snack sebagai pelengkap marathon drama Korea.

Sepagi ini, Agam hanya memandangi makanan yang sudah berjajar rapi di meja makan tanpa niat menyentuhnya sama sekali. Sesekali mata itu menatap sisi layar ponselnya. Bukan tanpa alasan ini perkara gadis yang ia kirimkan pesan semalam. Pesan itu tak kunjung ada balasannya. Sekedar dilihat pun tidak.

"Itu kenapa belum makan kamu, Gam? Dari tadi mama liatin kamu gelisah banget. Kenapa, Nak?" Tanpa ia sadari Mama Agam sudah berada di samping tempat duduknya.

Agam hanya menggeleng tanpa niat menjawab pertanyaan Mamanya.

"Makan dulu gih," suruh Mama Agam.

Sudahlah Agam akhirnya memutuskan untuk makan. Lagi pula untuk apa ia mengkhawatirkan hal yang 'mungkin' tidak penting baginya.

Agnaya (On going)Where stories live. Discover now