20

218 26 0
                                    

Hi readers
Mungkin tinggal beberapa part lagi kita akan berpisah, dan di waktu yang singkat itu aku mau ngasih yang terbaik untuk readers😊

Tapi sedih sih kalau baca diem-diem tanpa ngasih vote atau komen apalagi follow.

Semangatin author lewat komen+vote+follow kalian yuk guyysss biar author semakin bersemangat untuk up cerita menarik lainnya

Jangan lupa share ke temen-temen kalian

★★★★

Airla terus terbaring diatas brankarnya ia belum di perbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit, dan kali ini Airla tidak membantah.

Airla terus berharap Darren datang menjenguknya, tetapi tiga hari ini cowok itu belum mengunjungi Airla.

Airla terus memperhatikan pintu ruangan, setiap pintu itu terbuka pasti hanya Lia, Roy ataupun Virgo, lalu Darren di mana?.

Senyuman menggembang sempurna di bibir Airla saat pintu ruangan itu terbuka dengan adanya Darren yang tersenyum ke arahnya.

Perlahan darren menginjakkan kakinya memasuki ruangan serba putih itu, ia menggenggam tangan Airla dengan rasa bersalah, karena tiga hari Airla sakit, ia sama sekali tidak ada kabar.

"Maaf ya, baru bisa jenguk" Ucap Darren di sertai senyum tipis.

Airla mengangguk lalu beralih menggenggam tangan Darren dengan kuat, seakan tidak ingin terlepas lagi.

"Jangan tinggalin Airla ya, mama sama papa lagi sibuk ngurus pernikahan kak Virgo sama kak Aney. Mereka mau nikah, sebelumnya mereka mau ngundur pernikahannya cuma karena Airla tapi Airla nggak mau" Ucap Airla menjelaskan.

"Iya, Darren nggak bakal ninggalin Airla" Darren tersenyum lalu mengecup singkat punggung tangan Airla yang terdapat luka akibat sakit yang di deritanya.

Airla menutup matanya sejenak lalu membukannya kembali.

"Kenapa, sakit?" Tanya Darren yang khawatir.

Airla menggelengkan kepalanya dan tetap tersenyum untuk Darren. Suara pintu ruangan yang terbuka membuat Airla dan Darren kompak mengalihkan pandangannya.

Reyno, Naga, Rafa, Ersso dan Azen, mereka datang untuk menjenguk airla?

Ke lima cowok itu menatap Airla dengan rasa bersalah, bersalah karena telah menyakitinya.

"Cepat sembuh ya, la.." Ucap Ersso yang menepuk pelan pundak Airla, Airla tersenyum dengan mata yang kini berlapis kaca.

Airla mengalihkan pandangannya menatap Reyno. "Kak Reyno" Panggil Airla yang membuat Reyno menatapnya.

"Airla sakit kak"

"Kak Reyno benci'kan sama Airla, kak Reyno seneng kan lihat Airla kayak gini, dan kalian" Reyno menggelengkan kepalanya kuat ia menaikkan pandangannya menatap gadis yang terus memanggil namanya 'kak Reyno' dengan lembutnya.

"Airla takut di rumah sakit"

"Tempat Airla kehilangan Divo" Ucap Airla dengan napas yang memberat, karena rasa sakit di sekujur tubuhnya sekarang.

"Maafin kak Reyno, kak Reyno nggak pernah benci sama Airla. Itu semua cuma bohong, la"
Reyno berjalan mendekati Airla yang kini berada di sampingnya.

Airla menatap mata Reyno dalam, benar-benar tidak ada kebohongan di sana.

                             ★★★★

Kini di dalam ruangan serba putih itu hanya ada Darren dan Airla. Darren terus mengusap lembut luka yang ada di tangan Airla.

Gadis itu kini terduduk di atas brankar, dengan infus yang masih menempel di tangannya.
Sesekali ia melirik Darren yang terus melamun.

Airla mengangkat tangannya yang di terus di usap oleh Darren, membuat cowok itu sadar dari lamunannya.

Bukan karena ingin menyadarkan Darren, Airla mengangkat tangannya untuk membersihkan darah yang terus keluar dari hidungnya.

Darren yang melihatnya segera mengambil tisu yang berada di atas nakas lalu memberikannya kepada Airla.

Setelah darah yang keluar dari hidung Airla berhenti, Darren segera membantu Airla untuk merebahkan tubuhnya.

"Airla harus sembuh, Airla milik Darren" Ucap Darren yang membuat gadis di depannya tersenyum tipis.

                             ★★★★

Airla 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang