23

213 26 0
                                    

Hi readers!
Up-nya tinggal beberapa part lagi lhoh ya, makanya cusss langsung baca.

★★★★


"Darren...." Panggil Airla yang tak kunjung mendapat balasan dari cowok yang kini berdiri di depannya dengan tatapan kosong menatap Airla.

"Darrennn" Airla menggapai bahu Darren lalu menggoyangkannya pelan membuat cowok itu tersadar dari lamunanya lalu memeluk tubuh gadis itu erat, seakan tidak ingin terlepas lagi hingga kapanpun.

Airla yang tengah duduk di atas brankar rasanya ingin terlepar saat itu juga. Perlahan tangan Airla naik mengusap punggung Darren.

"Darren kenapa" Tanya Airla parau.

Darren menggelengkan kepalanya pelan dan Airla bisa merasakan bahwa cowok itu menggeleng dalam tengkuk lehernya. Airla mengurangi pelukannya lalu menatap mata Darren yang terlihat memerah dan di lapisi kaca.

Roy, Lia, Virgo dan Aney terdiam saat menatap Darren dan Airla, mereka sadar bahwa Darren dan Airla semakin dekat sekarang. Mungkin perpisahan akan menyakitkan untuk keduanya.

"Jangan pergi, La" Ucap Darren pelan dengan mata yang memanas, seakan air mata yang sendari tadi ia bendung ingin tumpah saat itu juga. Lia yang membereskan baju-baju Airla pun menoleh ke arah Darren.

Semua mata tertuju pada cowok itu.

"Kenapa Airla nggak boleh pergi?" Tanya Airla yang sedikit kecewa.

"Darren nggak siap kehilangan Airla" Virgo menaikkan tangannya lalu mengusap pipi Airla dengan lembut.

Airla menggapai jari-jemari Darren yang berada di wajahnya lalu menatap Darren dengan sendu.

"Airla pengin sembuh, Darren" Airla tersenyum tipis berusaha menutupi luka hatinya sekarang. Luka jika harus pergi dari Darren. Darren terdiam lalu membalikkan badannya menatap Roy dan Lia secara bergantian.

"Om, tante. Jangan biarin Airla ke luar negeri. Darren sayang Airla," Ucap Darren dengan suara yang menyerak. Hal itu membuat Airla menatap Darren tidak suka.

"Darren sayang sama Airla nggak bikin Airla sembuh kan?"

Ucapan itu terlontar dari bibir pucat milik Airla, Darren kembali membalikkan badannya menatap Airla dalam.

"Airla mau sembuh Darren" Lanjut gadis itu.

"Nggak la, lo nggak boleh pergi" Ucap Darren memohon, air mata yang sendari tadi cowok itu tahan kini tumpah membasahi pipinya, membuat hati Airla hancur begitu juga.

"Darren jangan nangis. Airla hancur" Tangan Airla naik menghapus jejak air mata Darren.

Setelah Airla menghapus air mata Darren, gadis itu beralih memegang dadanya yang terasa sesak dan sangat sakit.

"Kalau Airla nggak keluar negeri, Airla akan tetep pergi" Lanjutnya pelan.

"GUE CINTA SAMA LO, LA!!"

"GUE SAYANG!!"

"GUE NGGAK MAU KEHILANGAN LO!!"

"NGERTI PERASAAN GUE, LA"

"GUE NGGAK MAU LO PERGI GITU AJA DARI GUE SETELAH LO BIKIN GUE NGGAK MAU KEHILANGAN SOSOK LO. AIRLA"

Ucap Darren dengan nada yang meninggi membuat Virgo, yang sendari tadi diam menarik Darren hingga keluar dari ruangan Airla.

Tubuh Airla bergetar hebat rasa sesak dan sakit yang tercapur di dalam dadanya sekarang. Bukan hanya Darren yang tidak mau kehilangan. Tapi Airla juga.

Lia berjalan mendekati Airla lalu memeluk lembut anak gadisnya itu dengan penuh rasa sayang dan pasti satu. Tidak mau kehilangan sosok anaknya itu.

★★★★

"Darren! Lo nggak boleh kayak gitu!"

"Airla lagi sakit, lo harusnya semangatin dia untuk sembuh. Bukan malah menghambat pengobatan Airla, lo pikir dengan ucapan lo tadi Airla nggak sakit. Ha?"

Virgo berusaha mengatur napasnya, tidak mau terlalu larut dalam emosi, mereka berdua masih berada di dalam rumah sakit dan pastinya tidak mau membuat keributan.

Darren terdiam lalu terduduk di kursi tunggu yang berada di depan ruangan Airla. Napasnya memberat, ia mengacak rambutnya frustasi.

"Gue sayang sama Airla udah lama"

"Diem-diem gue selalu buntutin dia saat dia pulang sendirian malam-malam dari markas TG, karena gue takut dia kenapa-napa di jalan"

"Gue selalu merhatiin Airla setiap gue ketemu sama dia. Di sorot matanya gue nemuin kebahagiaan dan sakit"

"Gue nggak pernah punya pikiran untuk nyatain perasaan gue secara terang-terangan sama Airla. Karena gue takut. Gue nyakitin hatinya"

"Gue berusaha ngumpulin nyali buat selalu nanyain kabarnya"

"Gue selalu inget janji gue sama Divo. Janji kalau gue bakal terus jagain Airla"

"Dulu gue nentang janji yang Divo berikan sama gue. Tapi Divo tetap menganggap itu sebuah janji gue"

"Divo terus datang ke mimpi gue sambil tersenyum. Dan gue cuma bisa bangun dan ngerasa bersalah. Apa divo nggak tau setelah dia pergi gue juga nggak pernah ada di sisi Airla. "

"Seiring waktu gue jagain Airla. Ternyata gue cinta sama dia"

Bahu Darren bergetar hebat butir-butir cairan bening itu terus turun membasahi pipinya, di campur rasa emosi karena takut kehilangan.

"Airla bakal sembuh. Lo nggak perlu gini. Airla ke luar negeri untuk berobat bukan ninggalin lo. Airla pergi untuk sembuh dan dia pengin lihat wajah lo lagi.

"Lo jangan egois kayak gitu Ren. Kalau lo larang Airla pergi demi kebaikannya. Lo tau apa akibatnya?"

"Airla pergi nggak akan balik lagi. Dan Airla nutup mata tanpa ngebuka lagi."

★★★★

Udah dulu gezzzzzz
Besok up kalau nggak sibuk!

Airla 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang