26

220 27 0
                                    

Up dua part sekaligus
Happy reading ❤😗

****

"Tante aku boleh bawa Airla jalan ke taman belakang rumah sakit?" Tanya Darren yang mendapat tatapan khawatir dari Lia.

"Boleh, Airla sempet bilang kalau Airla bosen di sini terus, mungkin kalau Airla keluar bisa menghilangkan rasa bosennya itu. Tapi tante pesen sama kamu, tolong jagain Airla, jangan lama-lama perginya"

"Iya tante, Darren nggak bakal lama-lama, karena Airla juga butuh istirahat"

Lia tersenyum. Darren memasuki ruangan Airla dengan perlahan, Airla yang semula hanya terbaring, menoleh menatap Darren dengan sorot mata sayu-nya.

Darren mendekatkan kursi roda pada brankar tempat Airla terbaring lalu mengangkat tubuh Airla tanpa seizin gadis itu. Awalnya Airla kaget tetapi ia hanya diam saat Darren mendudukkannya di kursi roda.

Airla mendongakkan kepalanya menatap Darren yang berada di belakangnya hendak mendorong kursi roda tersebut. Darren juga menundukkan pandangannya untuk menatap Airla.

Darren bisa melihat wajah pucat Airla, sedangkan Airla bisa melihat mata sembab Darren, Airla yakin cowok yang ia cintai itu habis menangis.

Hening.

Airla mau Darren dan Darren benar-benar datang kesini untuknya sebelum ia benar-benar pergi.

"Darren mau bawa Airla kemana?" Tanya Airla yang menegakkan pandangannya kedepan.

Darren tak menjawab ia mendorong kursi roda Airla tanpa sepatah kata apapun. Airla menghela napasnya.

"Airla nggak mau keluar, mau istirahat, capek" Ucap Airla yang membuat cowok itu memberhentikan kursi rodanya lalu berjalan dan berjongkok di depan gadis pucat itu.

"Kali ini aja, gue pengin ajak lo ke taman belakang" Ucap Darren sedikit memohon, Airla mengalihkan pandangannya tak mau menatap Darren.

"Nggak mau" Airla menepis pelan tangan Darren yang akan menggapai tangannya.

"La, please. Gue punya kejutan buat lo"

"Airla nggak lagi ulang tahun"

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo"

"Airla nggak mau denger"

"Gue mau sama lo"

"Airla nggak mau sama Darren"

"Gue mau nembak lo!"

Darren menampar mulutnya sendiri pelan, bisa-bisanya mulutnya tidak bisa di ajak kompromi dan langsung keceplosan begitu saja.

Airla menahan senyumnya, terlihat sekali jika kedua pipi Airla memerah karena salah tingkah dengan ucapan Darren tadi.

"Jangan" Bantah Airla yang memanyungkan bibirnya kesal karena melihat raut wajah Darren yang bete.

"Kenapa?" Tanya Darren pelan.

"Nanti Airla mati kalau di tembak, hehe" Balas Airla cengengesan, Darren yang gemas langsung mengacak-acak rambut gadis di depannya itu.

Airla yang semula cengengesan langsung melunturkan tawanya itu, Darren terdiam sejenak melihat Airla yang kembali termenung.

"La..." Panggil Darren.

Gadis itu mendongakkan kepalanya menatap Darren yang sudah berdiri di depannya.

"Kenapa langsung diem? Kesel ya, maaf udah di berantakin" Darren kembali menata rambut Airla, Darren pikir Airla kesal karena dirinya membuat rambut Airla berantakan. Padahal tidak sama sekali.

Airla langsung terdiam karena mengingat sesuatu yang tiba-tiba terlintas di pikirannya, dimana dua hari lagi ia akan berangkat ke Singapore untuk pengobatannya.

"Darren, Airla sakit lhoh. Darren lupa?" Ucap Airla yang membuat Darren kembali melosorkan tubuhnya, berjongkok di depan Airla yang masih diam di atas kursi rodanya.

"Hm. Darren nggak lupa kok. Tapi Darren lihat hari ini kamu kelihatan baik-baik aja, nggak sakit" Balas Darren. Airla tersenyum tipis lalu menggapai kedua bahu Darren.

"Jangan kayak kemarin lagi ya, Darren marah-marah nggak jelas karena Airla mau pergi" Ucap Airla yang membuat Darren merasa bersalah.

"Maaf ya..."

"Nggak apa-apa, dorong gih katanya mau ke taman" Airla menggapai tangan Darren berniat untuk menariknya berdiri, namun Airla malah melihat luka di tangan Darren.

"Tangannya kenapa luka?" Tanya Airla yang membuat Darren menarik tangannya lalu menyembunyikannya di belakang punggung.

"Nggak apa-apa"

"Aku mau lihat"

"Nggak boleh, nggak kenapa-napa kok"

"Kalau nggak kenapa-napa, kenapa bisa luka?"

Darren menahan tawanya saat melihat wajah bete Airla, namun tatapan itu berubah menjadi tajam tak suka.

"Lihatin nggak!"

"Hehehe, iya iya" Darren memperlihatkan punggung tangannya yang terdapat luka yang sudah membiru akibat meninju tembok kemarin.

"Kenapa?"

"Ninju tembok"

Airla menghela napas panjang lalu menatap dalam mata Darren. Cowok itu menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.

"Ngelihatinnya jangan gitu, udah ah ayo ke taman" Darren berdiri lalu mendorong kursi roda Airla. Dalam hati cowok itu berdoa agar Airla tidak bertanya-tanya lagi padanya.

****

Airla tersenyum saat ia bisa merasakan hembusan udara segar di taman yang cukup luas dengan beberapa suster dan pasien yang berjalan kesana kemari,menjalani kemoterapi dan lain-lain.

Akhirnya gue bisa lihat senyuman manis itu terbit lagi

Darren memutar kursi roda Airla untuk berhadapan dengan tempatnya duduk, mereka berdua kini tengah berhadapan dengan jantung yang berdisko.

"Airla cepet sembuhnya, biar kita bisa nikah"

Arrkkhhh

Dengan salah tingkah, Airla memukul bahu Darren membuat cowok itu meringis pelan karena tinjuan yang lumayan keras dari tangan Airla.

"Katanya sakit, ninjunya kuat banget" Ucap Darren yang masih memegangi bahunya.

Airla hanya tersenyum malu sambil memainkan jari-jemarinya. Sedangkan Darren tak berhenti menatap Airla dengan sorot mata yang mampu membuat gadis di hadapannya glagapan.

****

Hubungan Darren sama Airla itu naik turun guys jadi kalau mau lihat hubungan Airla ama Derren naik itu sedikit mustahil😗

Penasaran yak?🙂

Lopyu kalean❤

Airla 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang