04 - 𝒂𝒏𝒙𝒊𝒆𝒕𝒚 𝒑𝒊𝒍𝒍𝒔

60 17 6
                                    

•••

Senyap. Langsung tidak ada sepatah kata yang keluar di antara mereka. Atau senang cerita, awkward. Changmin fokus membalut tangan Sarang, manakala gadis itu tidak keruan. Changmin dapat membaca riak itu.

" Sekejap, saya pergi buatkan air." Changmin memecahkan suasana setelah selesai kerjanya. Dia berdiri, berura ura untuk ke dapur.

" Changmin." panggilan itu memberhentikan langkah Changmin. Lari rentak jantungnya mendengar namanya disebut oleh bibir itu buat pertama kalinya.

" P- pasal tadi. I'm sorry. I'm just anxious." Sarang tunduk merenung tangannya yang berbalut.

" Gwenchana." sepatah Changmin membalas. Baru sahaja ingin mengayunkan langkah, Sarang memanggil Changmin sekali lagi.

" Um, do you have anxiety pills?"

Barulah Changmin mengerti kenapa riak gadis itu kelihatan resah, mengalahkan cacing kepanasan. Dia mengangguk sebelum menghala ke dapur. Selesai menyiapkan air dan pil seperti diminta oleh Sarang, Changmin berlalu ke ruang tamu semula.

" Yogi." hanya dua biji pil sahaja dia letakkan di atas tapak tangan Sarang.

" Gumawo." pantas Sarang menelan pil itu. Rakus dia meneguk air di dalam gelas.

" An Sarang, slowly." lembut sahaja Changmin berbicara.

Setelah beberapa ketika, barulah Sarang dapat menenangkan diri. Kalau tidak, segala perlakuan dan percakapan langsung tak dapat dikawal.

" Pasal handkerchief." tiba tiba Sarang membuka bicara.

Changmin merenung Sarang, sedia menunggu ayat seterusnya yang ucapkan olehnya.

" Is it yours?" satu sapu tangan maroon dia hulur.

Changmin hanya mengangguk seraya menyambut sapu tangan itu. Penyebab utama dia dapat nombor telefon Sarang tempoh hari. Tetapi dia langsung tidak berani contact number itu. Malu punya pasal.

" Let's keep a distance from each other." ujar Sarang, tiba tiba.

Terpinga pinga lelaki itu merenung Sarang. Entah apa salahnya sehinggakan Sarang menjadi sebegitu. Padahal itu kali kedua mereka berjumpa secara berdepan.

" W- why? Did I do something wrong to you?" serba salah Changmin menyoal.

" Aniya." buat kali pertama dalam sejarah Changmin dapat melihat senyuman di bibir Sarang. Automatik terpana lelaki itu.

" I'm telling you about this because I care. Saya cuma taknak bagi harapan palsu." tokok Sarang lagi.

" Telling me what Sarang? Saya tak faham. Kalau saya ada buat something, just let me know. I'm sorry okay." kalut Changmin bersuara. Dia benar benar keliru dan takut dengan apa yang Sarang ingin sampaikan.

" I had been married."

•••

𝙝𝙖𝙧𝙙 𝙩𝙤 𝙡𝙤𝙫𝙚. 𝙟𝙘𝙢Where stories live. Discover now