BAGIAN 27

343 86 33
                                    

Guys, sekarang METAFORGAYA update tiap hari lho. Ikutin terus yaaaaa. Jangan lupa vote dan comment :)

***

META.

Gol

Sekali lagi, aku membaca isi komentar followers-ku di postingan fotoku dan Gaya. Rata-rata, mereka mendoakan agar kami bisa segera mendeklarasikan status hubungan. Tentu, komentar-komentar itu membuatku terkikik.

Selain komentar positif, ada komentar buruk. Rata-rata disampaikan oleh akun anonim. Ada beberapa akun yang membuatku bahkan langsung menegakkan badan. Sekali lagi, kubaca beberapa komentar yang ada.

Anaknya enak-enakkan pacaran. Bapaknya nyariin. Dasar manusia zaman sekarang!

Komentar itu menjadi salah satu komentar yang paling lama dilihat dari akun bernama Kenzo. Ketika ada komentar dari seseorang, tentu, biasanya akan ada balasan dari netizen lain. Dalamnya makin parah!

Udah nggak aneh! Influencer rata-rata begitu. Pencitraan. Konten positif. Eh, ternyata itu cuma kedok!

Masa sih Meta sejahat itu ninggalin orangtuanya? Ya ampun! Nggak nyangka.

Wey. Serius nih komentar? Meta kabur dari rumah?

Lonte emang dasar begitu. Pencitraan di depan. Sisanya? Bisa nilai sendiri dari foto ini!

Aku melempar ponsel ke atas kasur. Ya ampun. Siapa akun anonim yang mengomentari postinganku? Kenapa dia bisa tahu kalau aku kabur dari rumah? Gila! Ditambah, ada banyak komentar yang membuatku mendadak lemas.

Sandrina! Aku harus menghubunginya. Aku nggak bisa menyimpan kegundahan ini lama-lama.

"Hem!"

Seperti biasa, pagi-pagi begini, dia seperti kudanil kepaksa bangun.

"Aku diserang haters!" tegasku.

"Dari dulu juga udah banyak. Bedanya, dulu kamu nggak baca!"

Aku mengembuskan napas. "Tapi ini benar-benar keterlaluan. Ada salah satu akun yang menggiring opini netizen, Met. Mereka jadi berpikir yang enggak-enggak. Dianggap durhaka, ninggalin ortu, dan berbagai komentar lain."

"Terus aku harus gimana?" Sandrina mengacak rambutnya.

"Ya gimana, kek. Bantuin jawabin gitu!" Aku memberenggut. "Gimana sih jadi menejer!"

"Nggak bakal mempan, Ibu Meta yang terhormat." Sandrina mencebik. "Ngelawan netizen sama dengan buang-buang waktu. Mereka akan tetap berekspektasi. Kecuali kalau kamu tutup komen, atau kalau enggak, hapus foto-foto bareng Gaya."

Ucapan itu membuatku sedikit memicingkan mata. "Masa sih, aku harus ngelakuin itu?"

"Ya, pilihan ada di tanganmu. Kamu diem, nggak usah baca!" tegas Sandrina. "Tapi kalau memang nggak bisa ngontrol emosi, mending hapus aja. Biar orang nggak berasumsi lagi!"

Perkataan itu membuat badanku lemas. Sayang banget kalau foto itu harus dihapus. Aku merasa sangat bahagia saat jalan ke Kawah Putih.

Bahagia main ke Kawah Putih, atau bahagia karena jalannya bareng Gaya?

Ish! Ganggu banget sih pikiranku yang satu itu.

"Udah ada keputusan?" Sandrina menyadarkanku dari lamunan.

"Nanti deh, aku pikirin lagi." Aku mengangguk-angguk. "Oh iya, soal kontrak itu gimana?"

Mendengar pertanyaan itu, wajah Sandrina mendadak cerah. Dia yang awalnya terlihat ogah-ogahan di atas kasur, kini duduk menegak. "Kebetulan kamu ngingetin. Ih, aku speechles siah, Met."

METAFORGAYA  (Segera Terbit)Место, где живут истории. Откройте их для себя